Bahan: 3 ekor ikan peda (250-300 gram), cuci, tiriskan 1 1/2 sdm air asam jawa + 125 ml air panas, rendam, saring 3 buah cabai hijau, iris serong 3 buah cabai merah, iris serong 6 buah cabai rawit utuh 6 buah bawang merah, iris tipis 3 siung bawang putih, iris tipis 1/2 sdt garam 1-2 sdm gula merah Cara Pembuatan: Goreng ikan peda sampai matang, tiriskan. Tumis kedua macam bawang sampai harum dan kecokelatan, masukkan semua cabai, aduk-aduk sampai layu. Tuang air asam, garam, dan gula merah, aduk rata, didihkan. Masukkan peda goreng, matikan api segera Sumber : Buku Resep Masakan Nusantara
Bahan: 500 gram ikan sungai, bersihkan, potong2 2 sdt air asam jawa + 1 sdt garam + 2 sdm air 7 buah bawang merah, iris tipis 3 siung bawang putih, iris tipis 3 cm kunyit, iris tipis 3 batang daung bawang, potong 1 cm 30 lembar daun kemangi 1-2 buah tomat, cincang kasar 1 sdt air asam Jawa atau 1/2 sdt cuka 1/4 sdt gula pasir 1 sdt garam 350 ml air Cara Pembuatan: Kerat badan ikan, lumuri dengan campuran asam Jawa dan air. Diamkan +- 15 menit, tiriskan. Tumis bawang putih dan merah dengan 3 sdm minyak goreng sampai harum, masukkan tomat, beri air, air asam / cuka, dan gula, didihkan. Masukkan daun bawang, ikan, dan kemangi. Masak sampai matang, kuah terasa asam, dan masih cukup banyak. Sumber : Buku Resep Makanan Nusantara
Anda yang di pulau Jawa mungkin jarang mendengar Sate Kambing Bumbu Santan, karena sate ini memang asalnya dari Banjarmasin dan Jarang kita temukan di Pulau Jawa. Sejak dulu, Resep Sate Kambing Bumbu Santan Khas Banjarmasin ini menjadi sangat istimewa karena diolah menggunakan santan dan kelapa sangrai. Saat dinikmati, citarasanya sangat selaras dengan kenikmatan makanan pendampingnya, yaitu Ketupat Banjar atau Ketupat Kandangan yang juga dibuat dengan bahan santan. Bahan-bahan yang di siapkan 500 gram daging kambing dan lemaknya, potong-potong 1 sdt garam 1 sdt bubuk lada putih bubuk 2 mata asam jawa, larutkan dengan 2 sdm air 3 sdm minyak goreng untuk menumis Tusuk sate Kecap Manis untuk bumbu saat membakar Bumbu yang di Haluskan 7 but...
Hampir terdapat di belantara budaya Nusantara istilah 'tapih' sudah dikenal secara luas karena semua masyarakat mengenakan tapih dalam kehidupan sehari-hari. Ada yang digunakan sebagai selempang di bahu, ada yang dikenakan dalam ikatan di pinggang, serta selimut ketika tidur. Masyarakat di Banjarmasin mengenal tapih sebagai pakaian sehari-hari yang melekat di tubuh, digunakan untuk tutup kepala buat wanita, dijadikan selimut tubuh ketika duduk di warung pada subuh hari yang dingin, dijadikan kewajiban yang sakral untuk beribadah shalat maupun mengaji, malah dijadikan ayunan bayi tidur bapukung dan semboyan adat duduk bagi pengantin waktu akad nikah dan aqiqah anak. Sesuatu yang menarik adalah ketika para gadis mandi turun ke sungai, maka tapih akan diselimutkan pada tubuh dengan mengikat kedua ujung di bahu kanan. Sementara kaum ibu menutup tubuh dengan tapih di batas dada seraya melingkarkan handuk di bahunya. Tapih pun menjadi alat permainan re...
Kelahiran anak pertama selalu menjadi hal yang mendebarkan dan penuh harap. Di Indonesia, ada berbagai prosesi adat yang dilakukan guna menyambut dan mendoakan calon jabang bayi yang dikandung oleh ibunya. Salah satunya adalah upacara daur hidup Mandi Tian Mandaring yang dilakukan suku Banjar. Prosesi ini dikhususkan untuk kehamilan anak pertama di usia tujuh bulan. Menurut keyakinan orang Banjar, makhluk halus sangat tertarik untuk mengganggu wanita yang sedang hamil. Bahkan proses kehamilan juga sangat rentan dengan gangguan makhluk halus. Sehingga dengan diakan acara mandi tian mandaring, diharapkan ibu dan anak yang akan dilahirkan selalu dilindungi dan lahir dengan selamat. Peralatan dan Perlengkapan Upacara Ada beberapa peralatan yang harus disiapkan dalam prosesi ini, antara lain banyu yasin (air yang sudah dibacakan surat Yasin), banyu tuju , banyu baya (biasanya sudah disiapkan oleh dukun bayi), dan mayang balik tilantang . Se...
Tidak banyak yang tahu bagaimana ekspedisi pasuka Majapahit untuk menaklukan Nusantara terutama di Kalimantan. Semua kisah yang ada diceritakan didalam bentuk budaya tutur karena orang Dayak tidak mengenal sistem tulisan. Namun yang kita ketahui pasti sekitar tahun 1355 M terjadi serangan ke Kalimantan Bagian Selatan untuk menaklukan Kerajaan Dayak Maanyan yaitu kerajaan Nansarunai dimana Raja Majapahit, Hayam Wuruk, memerintahkan Empu Jatmika memimpin armada perang untuk menyerbu Kerajaan Nan Sarunai. Pada tahun 1355 itu, pasukan Empu Jatmika berhasil menaklukan Kerajaan Nan Sarunai dan menjadikannya sebagai bagian dari Majapahit dan diubah nama menjadi Kerajaan Dipa. Peristiwa ini diabadikan oleh orang Dayak Maanyan dalam tutur wadian berupa pusi ratapan yang dilisankan dalam bahasa Maanyan, disebut USAK JAWA atau “Penyerangan oleh Kerajaan Jawa” (Ganie, 2009). Tentang runtuhnya Kerajaan Nan Sarunai, Fridolin Ukur menyebutnya sebagai sebuah kerajaan orang Daya...
Pada zaman dahulu, Sebelimbingan adalah kota yang makmur. Banyak rumah dan gedung-gedung megah. Warga hidup berkecukupan. Tak ada kemiskinan. Kemakmuran itu bukan karena pertanian, tapi dari pertambangan. Konon, empat prajurit Pangeran Diponegoro yang kalah dalam perang melawan Belanda melarikan diri lewat jalur laut. Berlayar dari pulau ke pulau, mereka tiba di pulau kecil yang dari kejauhan tampak selalu diselimuti kabut. Pulau Laut. Dari pantai, mereka naik ke darat dan merahasiakan asal-usulnya. Kepada penduduk setempat, mereka mengaku sebagai petani yang merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Keadaan masih berbahaya bagi mereka. Kaki tangan Belanda ada di mana-mana. Mereka tak mau ambil risiko: ditangkap, dikembalikan ke Pulau Jawa, dibuang atau dipenjara. P...
Raja Banjar tercenung dengan wajah murung di anjungan perahu kerajaan yang tengah berlayar. Matanya menatap ombak lautan dan burung camar yang beterbangan di kejauhan. Hatinya risau. Pekan lalu, nakhoda perahu dagang asal Hindustan bersama anak buahnya datang ke istana. Gugup dan terbata-bata, nakhoda keling itu melapor. Di perairan muara Kerajaan Banjar, tanpa sebab yang jelas, perahu yang dikemudikannya kandas. Itu adalah laporan yang sudah kesekian kalinya ia terima, baik yang langsung datang dari korban maupun yang dari laporan aparat kerajaan. Kejadian aneh itu juga sering didengarnya dari nelayan dan pelaut dari kerajaan lain. Dalam selimut kabut, sampan dan perahu mereka tiba-tiba kandas. Kejadian aneh itu biasanya malam hari. Saat diperiksa, di bawah sampan atau per...
Singkat cerita, pada zaman dahulu, ada seorang Datu sakti mandraguna sedang bertapa di tengah laut. Namanya, Datu Mabrur. Ia bertapa di antara Selat Laut dan Selat Makassar. Maksud pertapaannya itu adalah memohon kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah pulau. Jika dikabulkan, pulau itu akan menjadi tempat bermukim bagi anak-cucu dan keturunannya, kelak. Di malam hari, ada kalanya tubuh Datu Mabrur seakan membeku. Cuaca dingin, angin, hujan, embun dan kabut menyelmuti tubuhnya. Siang hari, terik matahari membakar tubuhnya yang kurus kering dan hanya dibungkus sehelai kain. Ia tidak pernah makan, keuali meminum air hujan dan embun yang turun. Di hari terakhir pertapaannya, ketika laut tenang, seekor ikan besar tiba-tiba muncul dari permukaan laut dan terbang menyerangnya.Tanpa beringsut daritempat duduk maupun membuka mata, Datu Mabrur menepis serangan mendadak itu. Akhirnya, ikan itu terpelanting dan jatuh kembali ke air. Demikian berulang-ulang. Sementara, di sekeliling kara...