Katofino Kapaea merupakan olahan pepaya muda khas desa Lokarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Olahan pepaya muda ini sering disantap bersama sambal terasi. Pengolahanya sangat mudah, pepaya muda yang berukuran kecil di belah dua beserta bijinya direbus menggunakan bumbu khas Muna http://news.baca.co.id/11736405?origin=relative&pageId=a1926a4c-d408-48e6-aa4c-d9fb79d2b9ce&PageIndex=1#list
Tradisi kasambu merupakan salah satu tradisi dalam siklus hidup yang sarat dengan muatan nilai-nilai penting dalam kehidupan. Hal ini untuk mencegah pandangan negatif masyarakat lain tentang proses kehamilan seorang perempuan. Bagi masyarakat suku Muna tradisional, tradisi kasambu melegitimasi bahwa anak yang dikandung seorang perempuan merupakan hasil dari perkawinan yang sah. Tradisi kasambu dipimpin oleh seorang sando. Sando adalah seseorang yang mengetahui seluk-beluk tradisi kasambu dan tuturan-tuturan berupa mantra yang merupakan syarat sah kegiatan kasambu. Kurangnya minat generasi muda suku Muna untuk mempelajari mantra- mantra tersebut menjadi motivasi penting bagi penulis untuk melakukan penelitian guna melestarikan salah satu warisan tradisi lisan berupa mantra-mantra dalam kegiatan tradisi kasambu. Selain sebagai salah satu bentuk pelestarian tradisi kasambu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan dan pembelajaran, terutama perke...
Kerajaan (Moronene) Rumbia adalah kerajaan Suku Moronene; terletak di Sulawesi, Kab. Bombana, prov. Sulawesi Tenggara. Raja bergelar Mokole. Raja sekarang: Alfian Pimpie, Mokole Moronene Rumbia ke-VII Beliau dilantik sebagai Mokole Moronene ke-VII, pada tanggal 1 mei 2012: http://bombanakab.go.id/?p=1430 Kerajaan Rumbia adalah pecahan dari Kerajaan Bombana. Kerajaan Bombana memiliki ikatan sejarah dan kebudayaan dengan Kerajaan Luwu. Raja (Mokole) Bombana Ke-I, Mokole Dendeangi adalah saudara kandung Sawerigading (Raja Luwu). Lalu, Kerajaan Bombana di pecah menjadi tiga kerajaan kecil semasa pemerintahan Mokole Bombana Ke-III, Mokole Nungkulangi. Karena memiliki tiga pewaris, maka Kerajaan Bombana di pecah menjadi tiga kerajaan, yakni: * Kerajaan Kabaena (diperintah Ratu Indaulu sebagai Mokole Kabaena Ke-I atau Raja Bombana IV), * Kerajaan Rumbia (diperintah Ratu Tina Sio Ropa sebagai Mokole Rumbia Ke-I atau Raja Bombana I...
Kabaena adalah wilayah yuridiksi Kerajaan Bombana masa lampau, yang masih memiliki ikatan sejarah dan kebudayaan dengan Kerajaan Luwu. Raja (Mokole) Bombana Ke-I, Mokole Dendeangi adalah saudara kandung Sawerigading (Raja Luwu). Lalu, Kerajaan Bombana di pecah menjadi tiga kerajaan kecil semasa pemerintahan Mokole Bombana Ke-III, Mokole Nungkulangi. Karena memiliki tiga pewaris, maka Kerajaan Bombana di pecah menjadi tiga kerajaan; yakni Kerajaan Kabaena (diperintah Ratu Indaulu sebagai Mokole Kabaena Ke-I atau Raja Bombana IV), Kerajaan Rumbia (diperintah Ratu Tina Sio Ropa sebagai Mokole Rumbia Ke-I atau Raja Bombana IV), dan Kerajaan Poleang (diperintah Raja Ririsao sebagai Mokole Poleang Ke-I atau Raja Bombana IV). Pembagian ini sekaligus mengakhiri era hierarki Kerajaan Bombana, dan dimulainya era ketiga kerajaan tadi. Sepanjang sejarah Kerajaan Kabaena telah memerintah 25 Mokole. Beberapa Mokole yang terkenal adalah Ratu Indaulu, Mokole Maligana bergelar Rangka...
Bahan-bahan : 500gr remis segar, bersihkan kotorannya, cuci bersih, tiriskan 5 butir bawang merah, iris 3 siung bawang putih, iris 4 bh cabe hijau (bisa ditambah cabe rawit merah jika suka pedas), iris serong 2 cm jahe, cincang kasar seruas lengkuas, geprek 1,5 sdt garam 1 sdm gula pasir 1/2 sdt penyedap rasa (jika suka) minyak untuk menumis secukupnya Cara membuat : Dalam wajan yang berisi minyak, tumis bawang merah, bawang putih jahe dan lengkuas hingga harum, masukkan remis, garam, gula pasir dan penyedap rasa, aduk rata. masak hingga air menyusut dan matang, cicipi rasanya jika kurang bumbu tambahkan sesuai selera. Sesaat sebelum diangkat, masukkan irisan cabe hijau, aduk rata. angkat. Tumis remis cabe hijau siap disajikan dengan nasi panas Sumber: https://www.kata.co.id/Food/Kuliner-Sulawesi-Tenggara/1815 http://dap...
Abstract Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan ritual kaago-ago dan fungsinya bagi masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara. Ritual kaago-ago adalah ritual yang diadakan sebelum pergantian musim, dari musim timur ke musim barat atau sebaliknya. Ritual ini dilakukan dalam wujud melakukan hubungan pertalian dengan agen-agen tertentu yang bukan manusia, tetapi jin dan setan, agar mereka tidak mengganggu manusia, atau memunculkan penyakit pada manusia. Ritual kaago-ago atau ritual pencegahan penyakit dilakukan karena pada saat pergantian musim, umat manusia merasa tidak nyaman, tertekan, panik, dan lain sebagainya. Untuk itu, mereka melakukan suatu strategi dengan cara menyiasati keadaan, sehingga dapat mengatasi suatu kondisi yang labil. Penelitian ini dilakukan di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Secara spesifik, kajian ini akan terfokus pada fungsi ritual kaago-ago dalam kehidupan orang Muna masa kini. Untuk mengungkap hal itu, d...
Keris pusaka emas aru palaka senjata pusaka dari raja – raja di kerajaan Buton. Rante Mas dan Keris Pusaka Emas Aru Palaka (La Tenritatta Arung Pakka Petta Malampe’E Gemme’na Daeng Serang Datu Marioriwawo). Kembaran Keris Pusaka ini diberikan juga oleh Aru Palaka kepada Sultan Buton ke 9 Sultan Qaimuddin Malik Sirullah Khalifatul Khamis, yang menerima suaka suaka politik Aru Palaka di Buton bersama Istrinya Imangkawani Daeng Talele bersama teman-temannya Arung Bila, Arung Apanang, Arung Belo, Arung Pattojo dan Arung Kaju pada bulan Oktober 1660. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2017/04/senjata-tradisional-sulawesi-tenggara/
Keris Meantu’u Tiworo Liya merupakan senjata digunakan untuk berperang jarak dekat, yang dimiliki salah satu pembesar dimasa pemerintahan Raja Liya atau Lakina Liya berkuasa yang bertugas mengamankan dan mengatur semua hasil tanaman rakyat atau tanaman sara yang berada diwilayah pesisir pantai. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2017/04/senjata-tradisional-sulawesi-tenggara/
Pade Ta'awu sendiri merupakan pusaka masyarakat suku tolaki di Mekongga maupun di Konawe. Pade Ta'awu atau Parang Ta'awu pada zaman dahulu dipergunakan oleh raja-raja atau Tamalaki (Panglima Perang) pada waktu peperangan. Pade Ta'awu sendiri Terbagi atas dua jenis Ta'awu banggania bentuknya lebih lebar, di simpan oleh tadu atau ketua kelompok, biasa di pakai untuk berburu kepala manusia pada tradisi Mongae yang diaman rambut para korban akan di simpan di gagang Ta'awu banggania Ta'awu tawa towu bentuknya tidak terlalu lebar, di pakai untuk perang dan di pakai oleh prajurit karena lebih mudah diayunkan. Ta'awu bisa di kenal dari pakemnya dan di buat oleh mbusupo turunan to sanggona.