Kuliner khas Kota Pati yang selanjutnya adalah Opor Ayam Ibu Saudah. Makanan khas ini tepatnya berada di Keecamatan Gunungwungkal. Opor Ayam Ibu Saudah ini memang jika dilihat sepintas seperti opor ayam biasa. Namun yang membuat Opor Ayam Ibu Saudah ini istimewa adalah porsi potongan ayamnya yang sangat besaar. Lauk pauk lainnya yang dapat disandingkan dengan Opor Ayam Ibu Saudah ini diantaranya adalah tahu, sayur tewel, sambel, dan tempe goreng yang sudah dijamin kelezatannya. Bagi kalian yang ingin mencicipi Opor Ayam yang sangat istimewa ini silahkan mampir ke warung makan Ibu Saudah yang berada tak jauh dari Polsek Gunungwungkal. Untuk menikmati seporsi Opor Ayam Ibu Saudah ini tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Makanan khas yang satu ini hanya dibandrol dengan harga Rp 10.000 saja kok. Sangat bersahabat di kantong anda bukan. Jadi tunggu apalagi, segeralah mampir untuk menikmati kuliner khas yang satu ini. https://elrajab.com/makanan-khas-pati/
Sehei Lauk Manjuhan Basantan Kalteng (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Sop Bawak Saretak Bahandang Kalteng (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Tanteloh Haruang Kalteng (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Pada suatu hari, Sangumang pergi memancing ikan. Lalu ia berkata pada ibunya, "Oh ibu, sediakanlah untukku beras kira-kira satu karung, akan mau pergi memancing." "Untuk apa Ngumang? Lauk kita masih banyak. Daging rusa, daging babi hasil buruanmu masih banyak. Mau pakasem, mau wadi, mau pundang semuanya ada. Apa yang kau cari lagi?” "Tapi, bu, aku hendak mencoba pancing kepunyaan ayah. Mana dia pancing itu?" "Ada sa." kata ibunya "Dimana ?" kata Sangumang mengulangi pertanyaannya. "Di tempat padi itu, ada saja pancing bapakmu beserta talinya. Hanya saja tangkainya tidak ada." "Biar saja, bu, nanti bisa saya mencari di tengah jalan." Lalu Sangumamg segera menyediakan bekal untuk anaknya diambilnya sebuah kuali kecil, sendok kecil, kendi kecil, lalu beras yang ditaruh di dalam karung besar. Sesudah makan, minum Sangumang mengambil mata pancing ayahnya, lalu dimasukkan juga ke dalam keranjang. Segera Sangumang berangkat sambil mengangkat satu karung bera...
Pada zaman dahulu kala, di kampung Tambang Danau, hiduplah seorang janda serta seorang anaknya laki-laki, yang bernama Bowak. Setelah Bowak berusia kurang lebih dari dua belas tahun, ia tidak lagi turut serta ibunya pergi ke ladang, tetapi tinggal menjaga rumah sambil membuat makanan babi. Tiap petang babi dan ayam-ayamnya diberinya makan. Tiap-tiap hari apabila matahari sedang naik, duduklah si Bowak mengiris-iris keladi dan ubi kayu, lalu memasaknya dicampurkan dengan dedak untuk makanan babi-babinya yang sangat banyak itu. Kalau babi sudah cukup besar, dan ada yang memerlukan, babi itupun dijualnya. Sedangkan hasil penjualannya dipergunakan Bowak dan ibunya membeli keperluan hidup sehari-hari, seperti pakaian, keperluan dapur serta memperbaiki kerusakan-kerusakan rumah mereka. Sambil memotong-motong keladi, Bowak berpantun-pantun dan menyanyi-nyanyi, katanya "Memotong-motong burung Tingan tidak berselang hari. "Mencincang-cincang naga putih setiap panas hari". Pantu...
Pada suatu hari Pak Paloy, berangkat ke hutan hendak mencari kulat, rebung dan daun paku-pakuan untuk gulai mereka anak-beranak. Maka ia pun membawa bakul yang dipikulnya diatas bahunya lalu berangkat. Sampai di hutan Pak Paloy, menemukan sebuah kumpulan kulat, banyak sekali kulat (cendawan) itu sehingga memutih kelihatannya tanah itu. Maka Pak Paloy mulai memetik cendawan itu lalu dimasukkannya ke dalam bakulnya. Ketika ia memetik cendawan itu dengan tak terasa sampailah ia ke suatu tempat di mana banyak sekali bunga-bungaan. Ada yang putih, kuning, merah dan masih banyak lagi warna-warninya, cukup macam bunga-bungaan yang ada di situ. Pak Polay pun melepaskan bakulnya dari atas bahunya lalu menuju bunga-bungaan itu. Diciumnya bunga-bungaan itu disana-sini. "Bunga itu bagus, tetapi kurang harum " kata Pak Polay, baiklah aku pergi ke sana barangkali yang itu bagus dan harum baunya serta bagus rupanya, boleh aku memetiknya untuk Bu Paloy." "Bunga ini harum baunya tetapi tidak...
Cerita ini mengisahkan seorang Kahayan bernama Bagalah. Ia adalah seorang kaya raya yang banyak sekali menyimpan guci-guci. Ia memelihara seekor anjing. Anjing itu memang anjing kesayangannya dan karena itu dinamainya Bagalah. Bahkan tempat memberi makanannya pun piring malawen, tidak boleh sembarangan. Entah bagaimana pada suatu ketika, saat mereka berdua (istrinya) pergi bekerja di ladang, anjing yang ditinggalkannya ini tiba-tiba menghilang, tak tahu kemana perginya sebuah guci juga hilang pada saat yang bersamaan. Ia bertanya-tanya dalam hatinya, siapakah gerangan yang sampai hati mencuri anjing dan guci tersebut. Sakit hatinya bukan kepalang, terutama memikirkan gucinya. Demikianlah pada zaman itu ia mengembara ke-mana-mana, sepanjang sungai Kahayan, ke hulu sungai Katingan, Seroyan, mencari kemanakah perginya anjing itu. Setelah agak lama ia diam di kampung Sembuluh, disitulah ia mendengar seseorang bernama Bagalah. Ia heran mengapa nama orang tersebut sama...
Batu Rahaden terletak di dalam sungai Lahei, sebuah anak sungai Barito, dekat kota Muara Teweh. Tempat tersebut lebih dikenal dengan nama Riam Rahaden, karena di situ terdapat sebuah riam yang pada saat-saat musim kering atau kemarau sangat sukar dilalui, lagi pula berbahaya sekali karena arusnya deras. Di dinding batu di sisi riam itu, yang rupanya seperti tembok, terdapat sebuah lubang yang kira-kira sebesar genggam. Kalau diperhatikan di bagian dalamnya, lubang itu merupakan sebuah ruangan geronggang, sehingga lubang itu sesungguhnya merupakan jendela ruangan tersebut. Konon ceritanya dahulu kala, setiap orang yang lewat disana melihat tangan seorang wanita melambai-lambai keluar dari dalam lubang itu dan ditadahkannya, seolah-olah minta sesuatu. Katanya tangan yang menjulur itu ialah tangan seorang putri, yang karena kutukan, ia dikurung dalam ruangan itu dan tak dapat keluar untuk selama-lamanya. Bagi orang yang lewat di situ, apabila ia melihat tangan putri melamba...