Kue tradisional indonesia ini terbuat dari sedikit bahan dan mudah membuatnya, pastinya dengan rasa yang enak. Membuat kue ini banyak disajikan saat pesta perkawinan adat tradisional indonesia. Bahan I: 200 gram tepung beras 750 ml air panas 275 gram gula merah, sisir halus 1/2 sendok teh garam Bahan Ii: 100 gram tepung beras 500 ml santan hangat, dari 1/2 butir kelapa 1/2 sendok teh garam Cara membuat Nangka Susu Merah, resep kue : Bahan I: seduh tepung beras dengan air panas. Tambahkan gula merah dan garam. Aduk rata. Saring. Tuang di loyang 20x20x4 cm yang dioles minyak dan dialas plastik. Kukus 60 menit diatas api sedang sampai setengah matang. Bahan II: seduh tepung beras dengan santan hangat. Tambahkan garam. Aduk rata. Tuang di atas bahan I. Kukus lagi 60 menit diatas api sedang sampai matang. Potong-potong dan sajikan. Untuk 16 potong Sumber : http://kueresep.com/steam-k...
Ubi Nagara adalah ubi lokal Kalimantan Selatan yang diusahakan oleh petani di lahan rawa lebak. Wilayah sentra ubi Nagara yaitu Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Ubi Nagara merupakan tanaman menjalar yang sangat adaftif tumbuh di lahan lebak dengan warna daun hijau berbentuk segitiga dan berbentuk menjari. Bentuk umbi membulat dan lonjong dengan warna kulit umbi kuning, sedangkan daging umbi ada yang berwarna kuning, putih, dan ada yang berwarna putih bercampur ungu. Rasa umbi tidak terlalu manis (sedang) dengan tekstur halus. Daya simpan umbi 3 -5 bulan. Ubi Nagara terdiri dari beberapa varietas, diantaranya Kyai Lama, Kyai Baru dan Maliku. Varietas yang banyak ditanam adalah Kyai Lama dan Kyai Baru, sedangkan Maliku jarang diusahakan karena umur tanaman yang lebih panjang (6 bulan). Potensi hasil ubi Nagara mencapai 44 – 45 ton/ha, namun di tingkat petani rata-rata produksi ubi Nagara baru berkisar 10 – 11 ton/ha. Ubi Nagara berpotensi menjadi baha...
Tamu dari luar daerah sering bertanya mengenai istilah khas dari kuliner Banjar, yaitu wadai 41. Mereka bertanya-tanya bagaimana bentuk dan rupanya kue yang dinamakan 41 itu. Ada yang beranggapan wadai 41 ini adalah satu macam kue, tetapi sebenarnya wadai 41 ini adalah jumlah dari wadai/kue khas dari daerah Kalimantan Selatan yang merupakan resep turun temurun sejak zaman Kesultanan Banjar. Kalimantan Selatan dengan mayoritas orang Banjar sebagai penduduknya telah lama mengenal dan dikenal sebagai pembuat atau penghasil wadai-wadai (kue-kue) tradisional yang beraneka ragam. Pembuatan wadai Banjar sejak dahulu sampai sekarang tetap berlanjut dan dilakukan masyarakat Banjar dengan berbagai jenisnya itu demikian juga unsur-unsur bahan pokoknya tidak jauh berbeda, hanya cara pengolahan dan bentuknya yang bervariasi. Sedangkan bahan yang digunakan untuk membuat bermacam jenis wadai Banjar tersebut memiliki makna atau nilai filosofis tersendiri dan sudah ditafsirkan serta diyakini mengand...
Nasi Astakona merupakan salah satu kuliner khas masyarakat Banjar yang berasal dari tradisi Kesultanan Banjar di Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam perkembangannya, nasi astakona dapat disajikan dalam prosesi pernikahan adat Banjar. Biasanya disantap pada acara Badadapatan (santap bersama setelah pengantin bersanding di pelaminan). Astakona merupakan sebuah kata yang terdapat dalam istilah sastra Indonesia lama yang berarti segi banyak. Hal ini dapat dilihat dari cara penyajiannya hidangan yang cukup banyak dan disajikan pada tempat khusus berupa talam yang bertumpang 3-5 susun. Hidangan umumnya terdiri dari 3 komponen pokok yaitu nasi, lauk pauk dan buah-buahan. Nasi Astakona disajikan dalam talam kuningan tumpang tiga berkaki tunggal. Diameter talam-talam yang disusun membentuk seperti kerucut ini ukurannya cukup variatif. Dari yang terbesar (45 cm), sedang (38 cm) hingga terkecil (32 cm). Ketiganya disusun bertingkat hingga mencapai tinggi sekitar 50 cm. Talam pertama berisi nasi...
Gangan Humbut Nyiur merupakan salah satu jenis kuliner khas yang berasal dari daerah Banjarmasin (Kalimantan Selatan). Makanan ini berbahan utama humbut nyiur ini sejak dahulu telah disajikan dalam acara-acara khusus yang diselenggarakan oleh masyarakat Banjar, seperti acara adat, acara keagamaan, maupun acara keselamatan kampung. Gangan Humbut Nyiur masih dapat dijumpai terutama sekitar Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=2429
Rumah adat Kalimantan Selatan dinamakan Rumah Banjar Bubungan Tinggi. Rumah Banjar Bunbungan Tinggi mempunyai atap tinggi. Bagian depan rumah berfungsi sebagai teras yang dinamakan pelatar, tempat anggota keluarga bersantai. Rumah ini merupakan rumah panggung dan dibawahnya dapat digunakan untuk menyimpan padi dan sebagainya. Seluruh rumah terbuat dari kayu ulin dan atapnya dari sirap kayu ulin.
Sasirangan adalah kain adat banjar yang didapat dari proses pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak tertentu. Desain/corak didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benang/jenis bahan pengikat. Upaya untuk melindungi budaya Banjar ini, telah diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI
Sungga merupakan salah satu senjata yang digunakan oleh masyarakat pada Perang Banjar di daerah Benteng Gunung Madang, Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Senjata ini dipasang di bawah jembatan yang dibuat sebagai jebakan, sehingga apabila dilalui oleh musuh (tentara Belanda), maka jembatan tersebut akan runtuh dan musuh yang jatuh tertancap pada sungga tersebut.
Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Ba-Bubungan Tinggi adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan dan bisa dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan . Di dalam kompleks keraton Banjar dahulu kala bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton yang menjadi istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang disebut Dalam Sirap (bahasa Jawa: ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahaun 1780 pada masa pemerintahan Panembahan Batuah . sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Bubungan_Tinggi