yogyakarta
1.456 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Gunungan Dharat
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Gunungan Dharat memiliki bentuk mirip dengan Gunungan Estri . Rangkanya juga terbuat dari bambu. Namun mustaka Gunungan Dharat tidak berwarna hitam. Ilat-ilatan yang ada juga berwarna-warni.  Mustaka gunungan dikelilingi dengan upil-upilan , di luar lingkaran upil-upilan terdapat tlapukan bintang , dan di luar lingkaran tlapukan terdapat rengginang . Tlapukan terbuat dari ketan, berbentuk bintang dan beraneka warna. Sama seperti pada rengginang , tiap tlapukan diberi satu buah kucu dan lima buah upil-upil berbeda warna. Sama seperti Gunungan Estri , pada Gunungan Dharat juga terdapat ole-ole dan bethetan . Badan Gunungan Dharat juga ditutup dengan pelepah pisang. Eblek dan tedheng digantungkan sebagai hiasan. Gunungan Dharat tidak ditempatkan di jodhang , tapi pada dumpal . Dumpal merupakan kayu berbentuk bundar. Dumpal tersebut diikatkan pada batang bambu yang digunakan untuk memikul gunungan. Gunungan Darat melamb...

avatar
Aze
Gambar Entri
Bedhaya Kuwung-Kuwung
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bedhaya Kuwung-kuwung adalah salah satu karya tari klasik gaya Yogyakarta dan menjadi salah satu karya pusaka di Keraton Yogyakarta. Dalam lirik Kandha, disebutkan bahwa bedhaya Kuwung-kuwung lahir pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII (lahir 4 Februari 1839, naik tahta 13 Agustus 1877). Selain itu disebutkan pula dalam lirik Sindenan di dalam awal tarian seirama gendhing Kuwung-kuwung, ”...murweng gita, Kaping sapta,Sayidina Nungsa Jawa Adiningrat...”, Artinya,....telah siap perhelatan, (Sultan) yang ke tujuh, pemimpin bangsa Jawa Adiningrat. Daftar gerakan tari berupa deskripsi, pola lantai, dan pencocokan dengan gending beserta siklus gongannya – menggunakan naskah yang ada di Keraton Yogyakarta, yaitu Naskah K.159d-B-S 42, berisi naskah-naskah Cathetan Beksa Ringgit Tiyang, Bedhayasarta Srimpi, pada naskah beksa Bedhaya Kuwung-kuwung (halaman 51–60). Bedhaya Kuwung-kuwung lahir dan dipergelarkan pada masa perubahan besar dunia pendidikan ba...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Gunungan Gepak
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Gunungan Gepak berbeda dengan gunungan lain. Gunungan ini berwujud keranjang-keranjang yang berisi lima jenis kue kecil yang tediri dari lima jenis warna seperti wajik, jadah, lemper, roti bolu, dan bolu emprit. Di atas tumpukan kue tersebut diletakkan buah-buahan. Tiap jenis buah terdiri dari dua biji, berpasangan sebagai satu jodoh. Kue dan buah-buahan tersebut tidak disusun meninggi namun hanya diletakkan saja pada jodhang dan diselimuti dengan kain bangun tulak sehingga tampak sebagai tonjolan-tonjolan tumpul ( gepak ). Karena itulah gunungan ini disebut sebagai Gunungan Gepak . https://kratonjogja.id/tak-benda/Lainnya/15/jenis-jenis-gunungan-keraton-yogyakarta

avatar
Aze
Gambar Entri
Gunungan Pawuhan
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wujud Gunungan Pawuhan mirip Gunungan Estri dan Dharat , namun dengan ukuran yang lebih kecil dan bagian mustakanya diganti dengan bendera berwarna putih. Rangka Gunungan Pawuhan juga terbuat dari bambu. Bagian atas dari gunungan ditusuk dengan lidi-lidi bambu yang setiap ujungnya diberi picisan . Picisan terbuat dari timah yang dicairkan dan dibentuk seperti koin-koin kecil. Sebagai hiasan, di sekeliling badan gunungan dipasang buntal yang terbuat dari daun udan mas, cowekan, dan kembang merah yang disusun bergantian. Buntal tersebut tampak menjuntai pada badan gunungan. Sama seperti Gunungan Dharat , Gunungan Pawuhan dipikul menggunakan dumpal . Pawuhan berasal dari kata uwuh yang berarti sampah. Gunungan ini dinamakan demikian karena berisi segala macam sisa bahan gunungan yang lain. Gunungan ini dimaksudkan agar tidak ada material yang terbuang percuma. sumber :https://kratonjogja.id/tak-benda/Lainnya/15/jenis-jenis-gunungan-keraton-yogyakar...

avatar
Aze
Gambar Entri
Gunungan Brama / Kutug
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Gunungan Brama mirip Gunungan Estri . Bentuknya seperti silinder tegak dengan bagian tengah sedikit mengecil. Gunungan Brama juga terbuat dari ole-ole , rengginang , kucu , dan upil-upil . Rangkanya terbuat dari bambu dan badannya ditutup dengan pelepah pisang. Bagian atas gunungan dihias dengan bendera-bendera segitiga berwarna merah, sedang badan gunungan dihias dengan ole-ole yang dirangkai mirip jala. Bagian puncak Gunungan Brama memiliki lubang untuk menempatkan anglo , tungku kecil dari tanah liat. Anglo yang diisi arang membara digunakan untuk membakar kemenyan, sehingga terus-menerus mengepulkan asap tebal. Gunungan Brama merupakan gunungan yang hanya dikeluarkan saat Garebeg Maulud Tahun Dal , perayaan yang hanya diadakan setiap delapan tahun sekali. Berbeda dengan gunungan lain yang dibagikan ke masyarakat, Gunungan Brama hanya dibagikan kepada keluarga sultan saja. Gunungan dalam berbagai wujudnya merupakan wujud sedekah dari seorang...

avatar
Aze
Gambar Entri
Jemparingan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jemparingan merupakan olah raga panahan khas Kerajaan Mataram. Berbeda dari panahan pada umumnya yang dilakukan sambil berdiri, jemparingan dilakukan dengan duduk bersila. Hingga kini jemparingan masih lestari, baik di Yogyakarta maupun di Surakarta. Asal usul jemparingan di Kesultanan Yogyakarta, atau juga dikenal sebagai jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta, dapat ditelusuri sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), raja pertama Yogyakarta, mendorong segenap pengikut dan rakyatnya untuk belajar memanah sebagai sarana membentuk watak kesatria. Watak kesatria yang dimaksudkan adalah empat nilai yang harus disandang oleh warga Yogyakarta. Keempat nilai yang diperintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk dijadikan pegangan oleh rakyatnya tersebut adalah sawiji , greget , sengguh , dan ora mingkuh . Sawiji berarti berkonsentrasi, greget berarti semangat, sengguh berarti rasa percaya diri, dan ora mingkuh ber...

avatar
Aze
Gambar Entri
Samir
Pakaian Tradisional Pakaian Tradisional
Daerah Istimewa Yogyakarta

Samir merupakan kelengkapan busana Abdi Dalem Keraton Yogyakarta. Berbentuk menyerupai pita atau selempang kecil dengan hiasan gombyok di kedua sisi. Sekilas samir hanya berfungsi sebagai aksesori semata, namun samir merupakan kelengkapan yang sangat penting dan tidak sembarang orang boleh memakainya. Di Keraton Yogyakarta, samir adalah tanda, bahwa Abdi Dalem yang memakainya sedang menjalankan tugas, atau disebut ayahan . Tugas itu dapat berupa tugas di dalam lingkungan keraton seperti membawa pusaka, membawa makanan untuk Sultan, memberi sesaji, menabuh gamelan, ataupun ketika mengajar dalam forum resmi keraton. Juga ketika menjalankan tugas di luar lingkungan keraton, seperti menjadi utusan dalam upacara Labuhan atau Garebeg . Selain sebagai tanda tugas, samir juga menunjukkan perbedaan dalam jenjang kepangkatan Abdi Dalem . Samir dibedakan berdasar pangkat yang dimiliki Abdi Dalem yang mengenakannya. Bahan dasar samir adalah kain cindhe mot...

avatar
Aze
Gambar Entri
Tingalan Jumenengan Dalem
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tingalan Jumenengan Dalem adalah serangkaian upacara yang digelar berkaitan dengan peringatan penobatan/ kenaikan tahta Sultan. Puncak acara dalam rangkaian peringatan ini adalah Sugengan yang digelar untuk memohon usia panjang Sultan, kecemerlangan tahta Sultan, dan kesejahteraan bagi rakyat Yogyakarta. Setelah sugengan kemudian digelar acara labuhan di beberapa petilasan yang dianggap sakral bagi Keraton Yogyakarta. Selain upaya untuk berdoa memohon keselamatan, upacara labuhan baik di gunung maupun tepi laut juga untuk melaksanakan tugas Sultan untuk selalu menjaga keselarasan alam, “ Hamemayu Hayuning Bawono ”. terdii dari beberapa rangkaian kegiatan ritual seperti Ngbebluk, Ngapem, Mempersiapkan Ubarampe, Sugengan,dan prosesi Upacara Labuahan. sumbe r: https://kratonjogja.id/ulang-tahun-kenaikan-tahta/6/tingalan-jumenengan-dalem

avatar
Aze
Gambar Entri
Beksan Bugis Gaya Yogyakarta
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Istana Yogyakarta. Beksan Bugis merupakan tarian yang menyajikan gambaran prajurit Bugis sedang berlatih perang. Di antara keteguhan ndalem Kepatihan, beksan Bugis digarap penataan tarinya di bawah pimpinan seorang guru tari Keraton Yogyakarta, yaitu Raden Riyo Kertaatmadja, yang tangkas menerjemahkan gagasan Danureja V ke dalam kerja kretif kesenian. Proses penggarapan beksan Bugis menggelinding sebagai keberlanjutan dari kreativitas kesenian. Saat dirasa layak tampil di istana, Danureja mempersembahkannya kepada Keraton. Sinuhun Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono VII akhirnya pada saat itu memberikan legitimasi yang anggung kepada beksan Bugis sebagai tari istana. Beksan Bugis memang tidak jauh dari kehadiran suku Bugis dari tanah Sulawesi. Para pelaut unggul itu mengarungi hamparan lautan merantau menuju ke Jawa, di antara mereka adalah prajurit keraton yang kemudian ditempatkan di kepatihan. Di sepanjang tarian, para penari bergerak dinamis dengan undheng gilig di ke...

avatar
Sri sumarni