Pakaian Tradisional
Pakaian Tradisional
Pakaian Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta Jogjakarta
Samir
- 28 Desember 2018

Samir merupakan kelengkapan busana Abdi Dalem Keraton Yogyakarta. Berbentuk menyerupai pita atau selempang kecil dengan hiasan gombyok di kedua sisi. Sekilas samir hanya berfungsi sebagai aksesori semata, namun samir merupakan kelengkapan yang sangat penting dan tidak sembarang orang boleh memakainya.

Di Keraton Yogyakarta, samir adalah tanda, bahwa Abdi Dalem yang memakainya sedang menjalankan tugas, atau disebut ayahan. Tugas itu dapat berupa tugas di dalam lingkungan keraton seperti membawa pusaka, membawa makanan untuk Sultan, memberi sesaji, menabuh gamelan, ataupun ketika mengajar dalam forum resmi keraton. Juga ketika menjalankan tugas di luar lingkungan keraton, seperti menjadi utusan dalam upacara Labuhan atau Garebeg.

Selain sebagai tanda tugas, samir juga menunjukkan perbedaan dalam jenjang kepangkatan Abdi Dalem. Samir dibedakan berdasar pangkat yang dimiliki Abdi Dalem yang mengenakannya.

Bahan dasar samir adalah kain cindhe motif putih hitam dengan dasar warna merah, atau sering disebut cindhe bang-bangan. Kain cindhe, disebut juga cindai atau patola, merupakan nama kain sutra dibuat menggunakan teknik tenun ikat ganda. Kain patola mulai dikenal di Nusantara sekitar abad 15. Kain ini berasal dari Gujarat, India. Karena nilainya yang sangat tinggi, patola kemudian ditiru di sepanjang nusantara, baik dari segi teknik pembuatan maupun motifnya.

Kain cindhe yang sekarang digunakan sebagai samir di Keraton Yogyakarta hanyalah kain yang bermotif cindhe saja, tidak mengacu pada bahan maupun teknik pembuatannya. Motifnya berdasar motif kain cindhe yang berasal dari daratan Tiongkok.

Berdasar surat edaran yang dikeluarkan oleh Kawedanan Parentah Hageng berangka 79/PHK/1992 yang mengatur pemakaian samir bagi Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, kain cindhe yang digunakan untuk samir memiliki panjang 66 cm dan lebar 5,5 cm. Bagian sampingnya diberi plisir dan ujungnya diberi rumbai-rumbai berupa gombyok monte. Sebuah plat logam dengan lebar satu jari dan tambahan berupa lambang keraton (HABA) diberikan di antara kain dan rumbai.

Warna plisir, rumbai-rumbai, dan plat logam berbeda-beda tergantung pangkat pengguna samir tersebut.

  1. Abdi Dalem dengan pangkat Jajar, menggunakan samir dengan gombyok monte warna putih, plat logam dengan blok HABA warna putih, dan plisir warna putih.
  2. Abdi Dalem dengan pangkat Bekel Enom, menggunakan samir dengan gombyok monte warna biru muda, plat logam dengan blok HABA warna putih, dan plisir warna putih.
  3. Abdi Dalem dengan pangkat Bekel Sepuh, menggunakan samir dengan gombyok monte warna biru tua, plat logam dengan blok HABA warna putih, dan plisir warna putih.
  4. Abdi Dalem dengan pangkat Lurah/Panewu, menggunakan samir dengan gombyok monte warna merah, plat logam dengan blok HABA warna putih, dan plisir warna putih.
  5. Abdi Dalem dengan pangkat Wedana, menggunakan samir dengan gombyok monte warna hijau tua, plat logam dengan blok HABA warna putih, dan plisir warna putih.
  6. Abdi Dalem dengan pangkat Riya Bupati Anem ke atas, menggunakan samir dengan gombyok monte warna kuning, plat logam dengan blok HABA warna kuning, dan plisir warna kuning.

Aturan tersebut ditandatangani oleh KGPH Benowo selaku Penghageng Parentah Hageng Karaton Ngayogyakarta pada tanggal 6 Rejeb Jimawal 1925, atau 31 Desember 1992.

Pada umumnya samir dikenakan dengan cara dikalungkan pada leher dengan kedua ujung bertemu di dada. Namun pada busana Manggung Putri, yaitu para pembawa kelengkapan upacara yang mengiringi Sultan saat duduk di takhta, samir dikenakan dengan cara melilitkannya pada leher. Saat tidak dikenakan, seperti saat Abdi Dalem baru saja menyelesaikan tugas dari Sultan, samir akan diselipkan pada bagian pinggang bagian kanan.Tidak diketahui tepatnya kapan samir mulai dipergunakan dalam kehidupan kerajaan di Jawa. Namun penggunakan kalung sebagai penanda tugas telah dapat ditemui sejak dalam kisah pewayangan. Dalam kisah Mahabharata, tepatnya dalam perang Bharatayudha, ksatria yang mendapat tugas menjadi panglima perang atau senapati akan mengenakan kalung dari untaian bunga. Tanda ini berlaku bagi kedua belah pihak yang bertempur, baik Pandawa maupun Kurawa.

sumber :https://kratonjogja.id/tak-benda/Pakaian/9/samir-selempang-khas-penanda-tugas

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline