Berlokasi di sebelah barat seberang kanal Benteng Speelwijk, bangunan Vihara Avalokitesvara Banten memiliki keunikan cerita tersendiri. Konon bangunan ini dilatarbelakangi oleh kisah asmara antara Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dengan Puteri Ong Tien sekitar tahun 1652. Rombongan imigran Tionghoa yang hendak berlayar ke Tuban, Jawa Timur, kehabisan perbekalan lalu mendarat di Banten. Kedatangan orang asing tersebut mendapat perlawanan penduduk setempat. Terjadilah perkelahian antara Puteri Ong Tien dengan penduduk Banten. Karena tidak berimbang, Puteri Ong Tien menyerah kalah. Kecantikan Puteri Ong Tien membuat Syarif Hidayatullah jatuh hati dan menikahi perempuan tersebut. Akan tetapi, pernikahan mereka menimbulkan perseteruan di kalangan pengikut Ong Tien. Sebagian dari mereka memeluk agama Islam dan sebagian lagi bertahan pada agama Buddha. Akhirnya Syarif Hidayatullah memutuskan untuk membangun sebuah masjid di Pacinan dan membangun vihara di Dermayon yang...
Meriam besar Ki Amuk dahulu berada di tepi dermaga pelabuhan Karangantu yang menghadap ke laut lepas. Di atas bagian moncongnya terdapat prasasti yang bertuliskan huruf Arab. KC Cruq menyebutkan bahwa prasasti tersebut merupakan Candra Sengkala yang merujuk angka tahun saka 1450 (1528-1529). Meriam Ki Amuk diperkirakan berhubungan dengan Meriam Ki Jimat yang dihadiahkan Sultan Trenggono dari Demak kepada Sunan Gunung Jati. Masyarakat kerap berziarah ke meriam ini karena dianggap keramat. Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1795/meriam-ki-amuk
Rendo Pengiring Pantung merupakan salah satu alat kesenian Tradisional masyarakat Baduy memberikan warna kehidupan budaya bervariasi, sebagai pembangkit rasa ingat para warga kepada amanat leluhurnya. Rendo hadir pada setahun sekali secara pasti, setelah selesai musim ngored, menjelang pohon padi mulai berbunga. Peristiwa ini merupakan waktu senggang yang digunakan untuk kesibukan membaca pantun,dalam membuka tabir sejarah perjalanan hidup leluhurnya. Kegiatan mantun biasanya dipimpin oleh tokoh masyarakat, yang lebih mengetahui, serta bertanggung jawab untuk menyampaikan amanat. Mantun merupakan upacar kecil yang dilakukan dari rumah ke rumah, pada malam hari untuk lek-lekan sampai larut malam. Sumber: http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/kesenian-masyarakat-baduy.html
Golok atau bedog menjadi atribut sehari-hari kaum laki-laki Bady. Ada dua macam golok yang dibuat dan digunakan oleh Masyarakat Baduy, yaitu golok polos dan golok yang berpamor. Golok polos dibuat dengan proses biasa, menggunakan besi baja bekas per pegas kendaraan bermotor yang ditempa berulang-ulang. Golok ini biasanya di gunakan untuk menebang pohon, mengambil bambu, dan keperluan lainnya, sedangkan golok yang berpamor adalah golok yang telah dipercayai kekuatannya memiliki urat-urat atau motif gambar yang menyerupai urat kayu dari pangkal hingga ujung golok pada kedua permukaannya. Proses pembuatannya lebih lama dan memerlukan percampuran besi dan baja yang khusus. Kekuatan dan ketajaman golok pamor melebihi golok polos biasa, di samping itu memiliki kharisma tersendiri bagi yang menyandangnya. Golok buatan orang Baduy –Dalam berbeda dengan buatan orang Baduy-Luar, perbedaannya terletak pada serangka dan perahnya, baik yang berpamor maupun tidak....
Kapak Baliung adalah alat untuk menebang pohon besar atau sbagai perkakas untuk membangun rumah. Di daerah lain disebut kapak, gagangnya terbuat dari kayu yang sedikit panjang (30-35cm). Tenaga dan tekan baliung lebih besar dan kuat dari pada golok, oleh karena itu baliung terbuat dari besi baja yang lebih besar dan tebal pada bagian pangkal. Sumber: http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/kesenian-masyarakat-baduy.html