Batik motif Semen Mentul sehari-hari dipakai oleh masyarakt Yogyakarta. Motifnya berupa dedaunan yang saling terhubung satu sama lain. Filosofi Orang yang memakai umumnya tidak mempunyai keinginan yang pasti. Sumber: http://www.batikbumi.net/2016/09/motif-batik-khas-yogyakarta.html
Batif motif Semen Kuncoro (baca: Muncar(Jawa) merupakan motif batik yang dipakai untuk keserahian Kraton Yogyakarta. Filosofi Orang yang memakai batik motif Semen Kuncoro dianggap akan memancarkan kebahagiaan pada wajahnya. Sumber: http://www.batikbumi.net/2016/09/motif-batik-khas-yogyakarta.html
Batik Nitik , berasal dari kata “nitik” yang berarti membuat titik, berasal dari teknik membatiknya. Ornamen yang biasanya tersusun dari garis, pada batik ini dirangkai dari titik-titik. Canting yang digunakan pun khusus, mulut canting dibelah untuk mempermudah proses nitik. Secara umum motif batik nitik adalah flora dan fauna. Setelah proses pambatikan selesai, kain pun diberi warna. Pewarnaan dilakukan beberapa kali untuk menghasilkan warna yang diinginkan. Pada umumya warna yang digunakan dalam batik nitik adalah warna sogan (cokelat kehitaman) yang menjadi ciri khas batik gaya Yogyakarta. Selanjutnya adalah proses melorot dan mengerok (menghilangkan malam atau lilin pada kain). Sumber: http://wargajogja.net/seni-dan-budaya/batik-nitik-tradisi-lama-dengan-potensi-besar.html
Pawon atau dapur tradisional dalam budaya Jawa merupakan representasi dari tata kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, baik dari tata letaknya, fungsinya, dan isinya. Pawon atau dapur tradisional juga menegaskan adanya deskriminasi seks dalam pembagian kerja. Dapur, dalam bahasa Jawa disebut pawon, mengandung dua pengertian: pertama, bangunan rumah yang khusus disediakan untuk kegiatan masak-memasak, kedua, dapat diartikan tungku. Kata pawon berasal dari kata dasar awu yang berarti abu, mendapat awalan pa dan akhiran an, yang berarti tempat. Dengan demikian, pawon (pa+awu+an) yang berarti tempat awu atau abu. Kenyataannya memanglah demikian, dapur atau pawon memang tempat abu (bekas pembakaran kayu/arang di tungku), sehingga dianggap sebagai tempat yang kotor. Dapur dalam kehidupan tradisional orang Jawa, memang tempat abu, di sana-sini nampak bergelantungan sawang (jelaga) yang hitam oleh asap api. Demikian juga peralatan memasak...
Salah satu alat dapur tradisional pada masyarakat Jawa yang saat ini sudah termasuk langka adalah genthong, terutama yang terbuat dari tanah liat. Zaman dahulu, genthong hampir dipastikan dapat ditemukan di setiap rumah masyarakat Jawa sebagai tempat menyimpan air untuk memasak. Tempatnya tidak pernah jauh dari dapur, yang diletakkan di luar atau di dalam dapur. Namun saat ini belum tentu ditemukan satu pun genthong di setiap kampung di Jawa. Jika pun ada, biasanya sudah tidak digunakan lagi sebagai fungsi utama, tetapi sudah difungsikan lain, seperti untuk memeram buah, tempat sampah, tempat perkakas lain, atau bahkan tidak digunakan sama sekali alias hanya ditaruh di gudang, di dapur atau bahkan disisihkan di luar rumah. Pada umumnya, genthong gerabah berbentuk silinder, bagian tengah cembung, bagian bawah datar, dan bagian atas (mulut) kecil berbibir dan kadang-kadang bertutup. Tingginya bervariasi mulai dari 40 cm hingga 80 cm dengan diameter bagian...
Tatanan sanggul belakang yang berbentuk bokor mengkurep tidak diberi jebehan, tetapi diberi hiasan berupa burung merak. Untuk sanggul ukel tekuk gaya Surakarta (Solo) ciri – cirinya berbentuk lebar atas dan dilengkapi hiasan untaian bunga melati yang disebut once “bangun tulak”. Bagian bawah sanggul dipasang untaian melati yang ditempatkan menjuntai ke depan dada, yang dinamai menurut bahasa Jawa sebagai tibo dodo. Rambut pada sisi kiri-kanan kepala ditata sedemikian rupa sehingga memunculkan bagian yang sedikit melebar dan agak meruncing yang dinamai sebagai sunggar. Di bagian atas sanggul disematkan hiasan kepala yang disebut cunduk menthul, yang berbentuk flora fauna seperti: bunga seruni, kupu, kijang, gajah, dan lain-lain. Jumlah cunduk methul anatara 7 (pitu dalam bahasa Jawa) melambangkan pitulung, ataupun berjumlah 9 yang melambangkan walisanga. Angka 5 pada jumah cunduk menthul mel...
Sebelum banyak dijumpai ember seperti sekarang ini, pada zaman dahulu setidaknya sampai sebelum Kemerdekaan, masyarakat Jawa masih banyak menggunakan klenthing sebagai tempat air sementara. Klenthing dipakai tidak hanya oleh masyarakat Jawa saja, tetapi juga banyak ditemukan di masyarakat lain. Masyarakat Jawa menggunakan klenthing untuk mengambil air dari sumber air, seperti sumur, belik, pancuran, telaga, sendang, dan sebagainya. Klenthing ada yang berukuran kecil dan besar. Dalam Kamus Jawa “Baoesastra Djawa” karangan WJS Poerwadarminta (1939), klenthing biasanya berukuran kecil, sementara jun berukuran besar. Memang tidak dijelaskan secara rinci, ukuran kecil dan besarnya. Sayangnya, dewasa ini sangat sulit mendapatkan alat dapur satu ini. Bahkan ketika Tembi survei ke beberapa museum budaya di Yogyakarta, tidak ditemukan alat dapur klenthing. Padahal, alat ini sudah biasa digunakan oleh nenek moyang masyarakat Jawa. Bahkan sering ditemukan artefak...
Kebudayaan tradisional Banyumas adalah wujud dari kekayaan budaya berwujud maupun tak berwujud yang muncul dan berkembang di tanah bekas Karesidenan Banyumas, mencakup Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Purbalingga, ugah Kabupaten Banjarnegara. Sesuai akan letak geografisnya, berbagai macam kesenian di wilayah itu didapat pengaruhnya pusat kebudayaan dari keraton Mataram Surakarta, Yogyakarta, dan Sunda. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, berbagai pengaruh dari luar Banyumas itu sekedar memperkaya khasanah saja, sebab kesenian Banyumas mempunyai karakternya sendiri, yaitu sebuah entitas budaya ngapak. Bahkan Kekhasan tradisi Banyumas mempengaruhi terhadap budaya sekitar, diantaranya wilayah Pekalongan dan bekas karesidenan Kedu. Sumber: https://ibnuasmara.com/tari-tradisional/
Wonogiri merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, terletak di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir Pantai Selatan, bagian barat berbatasan dengan Gunung Kidul di Provinsi Yogyakarta, Bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Pacitan. Ibu kotanya terletak di Kecamatan Wonogiri. Latar belakang terciptanya Batik Wonogiri atau dikenal dengan Batik Wonogiren merupakan tradisi Tirtomoyo diawali oleh seorang abdi dalem Pura Mangkunegaran yaitu Kanjeng Wonogiren yang merupakan sang kreator terciptanya Batik Wonogiren sekitar tahun 1910-an. Batik Wonogiren memiliki ciri khas eksklusif yaitu remukan (retakan). Remukan tercipta dari ketidak sengajaan saat proses membatik, akan tetapi para konsumen mengira remukan-remukan tersebut merupakan ciri dari Batik Wonogiren dan terlihat seperti alami dan indah. Para ko...