Cisungsang sebuah daerah yang memiliki luas ± 2.800 km2. Terletak di kaki Gunung Halimun, Desa Cibeber Kabupaten Lebak, kawasan ini dikelilingi oleh 4 (Empat) desa yaitu Desa Cicarucub, Bayah, Citorek, dan Cipta Gelar. Nama Cisungsang pada awalnya berasal dari nama salah satu sungai yang mengalir dari Talaga Sangga Buana. Talaga ini mengalir ke 9 (sembilan) sungai yaitu Sungai Cimadur, Ciater, Cikidang, Cisono, Ciberang, Cidurian, Cicatih, Cisimeut, dan Cisungsang. Wilayah Cisungsang dapat ditempuh dengan waktu 5 jam saja dari kota Rangkasbitung Kab. Lebak atau berjarak ± 175 Km dari pusat kota Provinsi Banten. Kondisi jalan menuju lokati tersebut cukup baik dan dapat ditempuh dengan kendaraan apapun. Kebudayaan Kawasan ini dipimpin oleh seorang Kepala Adat, yang penunjukannya melalui proses wangsit dari karuhun. Dikawasan ini sudah penggantian kepala adat dan telah terjadi 4 generasi yaitu generasi pertama oleh dipimpin oleh Embah Buyut yang berusia ± 350 tahun, generasi kedua...
Seren Taun merupakan pesta panen untuk mensyukuri hasil alam yang telah diterima masyarakat digelar satu tahun sekali. Cisitu, Lebak Banten merupakan salah satu wilayah yang rutin mengadakan Seren Taun, selain Ciptagelar yang sudah masuk kawasan Sukabumi. Tiga hari sebelum upacara adat, biasanya musik dangdut, wayang golek serta tari jaipong ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Sebelum upacara adat dimulai akan ada ibu-ibu yang menumbuk padi yang membentuk sebuah irama disebut dengan gegendek lisung, diiringi dengan angklung buhun serta beberapa pria membawa padi. Tradisi turun temurun Seren Taun menjadi kearifan lokal yang harus dijaga kelestariannya.
Sejak Provinsi Banten berpisah dari Jawa Barat. Seba Baduy dilaksanakan dengan difasilitasi Pemerintah Provinsi Banten, dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai panitia. Peserta Seba Baduy (masyarakat Kanekes) yang datang selalu menunjukan peningkatan. Dari 500 orang pada tahun 2002, kini pada pelaksanaan terakhir tahun 2014 terhitung 1.750 jiwa, tahun 2015 ini diprediksi 2000 orang lebih yang datang ke Pendopo Lama Gubernur Banten, dengan pakaian khasnya; Jamang Sangsang Hitam, Lomar, Sarung, Koja dan tanpa alas kaki. Diawali pada sore Kamis, 23 April 2015, acara Seba diawali dengan kumpulan warga Baduy dari berbagai kampung di rumah Jaro Dainah, yang merupakan Jaro Pamarentah (kepala desa Kanekes), untuk mendapat arahan tentang pelaksanaan Seba. Selanjutnya pagi-pagi; Kamis, 24 April 2015, mereka berangkat menuju Pendopo Kabupaten Lebak di Rangkas Bitung. Bagi warga Baduy luar, diangkut oleh kendaraan roda 4 (empat) yang disia...
Wayang Garing bukanlah jenis pertunjukkan yang berpijak pada lakon, melainkan pada sederet guyon yang langsung melibatkan pemilik hajat (panitia) dan para penonton. Ibarat pertunjukkan teater, wayang garing mirip
Oleh banyak kalangan, Banten dikenal sebagai daerah para jawara. Jawara adalah jagoan atau pesilat yang disegani oleh masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang siap mempertahankan tanah tumpah darahnya. Dan dalam tradisinya, aktivitas pencak silat ini diikuti oleh jenis kuliner tertentu, yakni Rabeg. Selain aktivitas pencak silat, Rabeg juga populer kala ada acara tontonan tradisional warga, seperti Ubrug, Wayang, dan Jaipongan. Tak hanya itu, ia juga menjadi konsumsi saat ada perjamuan ritus peralihan yang dilakukan masyarakat, seperti perkawinan atau sunatan. Beberapa pedagang berspekulasi bahwa masakan ini berasal dari pengaruh Arab yang biasanya menggunakan daging kambing sebagai bahan dasar olahan. Dugaan ini diperkuat dengan penggunaan rempah-rempah yang menimbulkan rasa yang tajam. Konon, di daerah Arab juga ada sebuah kota yang bernama Rabeg. Tetapi, jika melihat pemakaian jeroan sebagai bahannya, masakan Rabeg ini juga identik dengan gulai khas Betawi ataupun ton...
Seba Badui merupakan tradisi yang dilakukan oleh Suku Badui yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Salah satu rangkaian acaranya adalah mereka berjalan kaki puluhan meter untuk bersilaturahmi dengan para pimpinan pemerintah Banten. Selain itu, ritual ini juga dimeriahkan dengan beragam atraksi, mulai dari wayang golek, panggung Tari Jaipong, beragam stand pameran karya kreatif warga Baduy, hingga pameran kuliner khas Banten. Sumber: https://www.travelagent.co.id/article/traveling-ideas/8-ritual-dan-tradisi-tahun-2018
Seren taun adalah upacara adat panen padi masyarakat Sunda yang dilakukan setiap tahun. Upacara ini berlangsung khidmat dan semarak di berbagai desa adat Sunda. Upacara adat sebagai syukuran masyarakat agraris ini diramaikan ribuan masyarakat sekitarnya, bahkan dari beberapa daerah di Jawa Barat dan mancanegara. Istilah Seren taun berasal dari kata dalam Bahasa Sunda seren yang artinya serah, seserahan, atau menyerahkan, dan taun yang berarti tahun. Jadi Seren taun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya. Dalam konteks kehidupan tradisi masyarakat peladang Sunda, seren taun merupakan sarana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil pertanian yang dilaksanakan pada tahun ini, seraya berharap hasil pertanian mereka akan meningkat pada tahun yang akan datang. Lebih spesifik lagi, upacara seren taun merupakan acara penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun untuk disimpan ke dalam lum...
SUMUR KERAMAT JATI HERANG Suasana sore ini begitu cerah, anak-anak di Kampung Tampeuyan yang sudah beberapa hari tidak dapat keluar rumah karena hujan terus-menerus mengguyur kampung yang subur itu, kini tampak bersenang-senang. Cuaca cerah seperti ini makin membuat anak-anak bersemangat dan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bermain di luar rumah sore ini. Kosim berlari sekuat tenaga mengejar temanteman sebayanya agar bisa menangkap salah satu dari mereka. Bermain kejar-kejaran pada sore hari sudah menjadi kebiasaan bagi anak-anak kampung itu, sambil menunggu beduk Magrib. Sesekali terdengar jeritan mereka yang polos karena hampir saja tertangkap oleh Kosim yang larinya begitu cepat. Jika mereka tertangkap oleh Kosim, jadilah mereka. Artinya, yang tertangkap akan berganti mengejar yang lainnya. Mereka tidak akan lelah bermain sampai waktu Magrib tiba atau dipanggil oleh orang tuanya untuk berangkat mengaji ke sebuah langgar di Kampung Tampeuyan. ”Nyai..., kopinya sudah belum...