Ki Lurah Bagong adalah nama salah satu tokoh punakawan dalam kisah pewayangan yang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur . Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu Semar . Dalam pewayangan Sunda juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan Bagong, yaitu Cepot atau Astrajingga . Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah anak tertua Semar. Dalam wayang banyumasan Bagong lebih dikenal dengan sebutan Bawor . Ciri fisik Sebagai seorang panakawan yang sifatnya menghibur penonton wayang , tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesan memble . Dalam figur wayang kulit, Bagong membawa senjata kudi . Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga panakawan lainnya, yaitu Semar , Gareng , dan Petruk , ma...
Kota Salatiga, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km sebelah selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta, dan berada di jalan negara yang menghubungan Semarang-Surakarta. Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kota ini berada di lereng timur Gunung Merbabu, sehingga membuat kota ini berudara cukup sejuk. Salatiga, kota yang terletak persis di sebelah selatan Semarang, bukan hanya menjadi kota yang menghubungkan pelabuhan Semarang dan Kasunanan Surakarta. Sejak dulu, kawasan ini memang punya pengalaman historis yang panjang dan menarik. Ada beberapa sumber yang dijadikan dasar untuk mengungkap asal-usul Salatiga, yaitu yang berasal dari cerita rakyat, prasasti maupun penelitian dan kajian yang cukup detail. Dari beberapa sumber tersebut Prasasti Plumpungan-lah yang dijadikan dasar asal-usul Kota Salatiga...
Benteng Van Der Wijck adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun pada abad ke 18. Benteng seluas 3606,625 m2 dan tinggi 9,67 m ini terletak di Gombong, sekitar 21 km dari kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, atau 100 km dari Candi Borobudur, Magelang. Berbeda dengan pemahaman umum mengenai keberadaan Benteng Van der Wick yang dianggap sebagai benteng pertahanan, saya mendapatkan informasi bahwa keberadaan benteng yang didirikan tahun 1817 (menurut Pak Narto) atau 1818 (menurut tulisan di benteng) dahulunya adalah benteng tempat menaruh persediaan pangan untuk kebutuhan ekonomi dan perdagangan. Tidak ada yang tahu siapa yang mendirikan benteng ini. Nama “Van der Wick” adalah nama yang disematkan setelah paska kemerdekaan dengan merujuk bahwa pernah salah satu kapten Belanda bernama Van der Wick meminta namanya disematkan di benteng tersebut setelah berhasil mengalahkan perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830. Namun beliau merunut lebih jauh bahwa nam...
Sadranan adalah tradisi masyarakat nelayan dalam rangka mensyukuri hasil laut yang mereka peroleh dari laut. Bentuk rasa syukur tersebut diwujudkan dalam satu kegiatan yang melibatkan seluruh nelayan beserta keluarganya. Bagi nelayan daerah pekalongan, Sadranan atau sedekah laut biasanya dilaksanakan setiap tahun. Perayaan sadranan di sana diselenggarakan bersamaan dengan perayaan hari nelayan, atau hari koperasi, atau hari kemerdekaan Republik Indonesia. Secara harfiah, sedekah laut berasal dari kata Sodaqoh yang berarti menyisihkan sebagian rezeki yang kita peroleh yang kemudian diberikan kepada orang yang membutuhkannya. Rezeki yang diperoleh dari Tuhan melalui pekerjaan melaut itulah yang kemudian dibagi kepada orang-orang yang membutuhkan di lingkungan sekitarnya melalui kegiatan-kegiatan yang menggembiakan seperti lomba-lomba, pasar murah, pertunjukan kesenian, dan lain-lain. Dalam acara sadranan tersebut tersebu, seluruh masyarakat nelayan tidak melakukan aktivitas m...
Tradisi ini dilaksanakan pada malam hari sebelum tanggal 17 Agustus. Tradisi ini diisi dengan sambutan dari berbagai pihak, penyampaian pesan-pesan moral perjuangan dan kemerdekaan, serta ditutup dengan barikan. Barikan adalah kegiatan makan bersama sambil duduk lesehan menghadap tumpeng yang berisi nasi dan aneka lauk sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan, kebersamaan dan nilai-nilai sosial warga, dan kesederhanaan dan tepo sliro . Sumber: http://blog.travelio.com/destination/tradisi-17an-di-berbagai-kota/
Jaranan Sentherewe ini merupakan kesenian yang telah dikenal sejak abad 13. Uniknya, visualisasi kesenian ini telah terpahat pada relief Candi Penataran di Blitar. Jaranan Sentherewe ini dimainkan dengan 2 buah jaranan dan 1 buah jejaplok yang diiringi 1 buah kendang, 2 buah serone dan 1 buah kempul. Ada kisah menarik di balik Jaranan Sentherewe. Kesenian ini mengisahkan keperkasaan pasukan berkuda milik Raja Klana Sewandana. Pasukan ini bertempur melawan musuhnya yang diwujudkan dalam bentuk barong dan jejaplok. Kesenian ini diselenggarakan untuk mengumpulkan warga pada acara bersih desa. Namun, sekarang ini Jaaranan Sentherewe juga ditampilkan untuk menjadi hiburan pada upacara Kemerdekaan RI di Tulungagung. Gigi taring caplokan jaranan sentherewe Tulungagung berada di bawah yang bermakna menjadi kekuatan menopang. sumber: http://www.kompasiana.com/bunnan/jaranan-thik-ponorogo-dikembangkan-oleh-pelarian-majapahit_5741dc59537a61351502b55b
Kue awuk-awuk merupakan makanan khas Jawa Tengah. Kue ini merupakan kudapan tradisional berbahan dasar ketan, kelapa parut, dan gula pasir. Jajanan manis ini biasanya disajikan untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia karena menggunakan dua warna: merah dan putih. Bahan: 500 gr tepung ketan 1 butir kelapa setengah tua diparut 225 gr gula 1 sdt garam Pewarna makanan merah secukupnya Daun pisang secukupnya Cara Membuat : Campur tepung ketan, kelapa parut, gula, dan garam. Bagi dua adonan, 1/3 adonan diberi warna merah, 2/3 tetap warna putih. Aduk rata masing-masing adonan. Masukan adonan putih di Loyang yang telah diolesi minyak dan dialasi daun pisang. Ratakan adonan setebal 3 cm. Lalu, tambahkan adonan merah di atasnya dan ratakan. Kukus selama 30 menit atau hingga matang, kemudian potong-potong sesuai selera. Sumber: https://cantik.tempo.co/read/news/2016/05/27/3387745...
Ondol-odol merupakan makanan yang sangat populer sekali di wilayah Indonesia, karena ondol-ondol ini mempunyai citarasa yang sangat nikmat dan mempunyai tekstur yang sangat kenyal ketika digigit. ondol ondol ini sangat disukai sekali oleh semua kalangan masyarakat luas mulai dari anak-anak, para remaja, sehingga orang dewasa pun sangat menyukai cemilan yang satu ini, karena dari rasanya yang enak itu membuat semua orang pada ketagihan sekali dengan cemilan yang satu ini. Ondol-ondol ini khas dari Semarang. Ondol-ondol ini sering kita temui di pinggir-pinggir jalan (pedagang kaki lima), warung terdekat dan tempat-tempat penjual yang lain-nya. Nah tetapi dari pada kita membeli ditempat-tempat penjual, sebaiknya kita mencoba mempraktekan-nya saja di rumah bersama keluarga dan teman-teman anda, supaya hasil yang kita dapatkan-nya lebih maksimal lagi. Bahan yang di siapkan Siapkan 165 gram tepung tapioka/ tepung kanji Siapkan 3 batang daun bawang di iris dengan...
Sejarah Kota Semarang dimulai sejak abad ke-8 Masehi, daerah pesisir utara yang bernama Pragota (sekarang bernama Bergota) merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Sebenarnya daerah tersebut merupakan pelabuhan yang di depannya terdapat banyak pulau-pulai kecil. Dikarenakan pengendapan yang kian banyak hingga sekarang, akhirnya membentuk sebuah daratan. Pelabuhan masa lampau itu diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu yang memanjang ke Simongan. Di daerah itu terdapat sebuah tempat keberadaan armada milik Laksamana Cheng Ho (1405 M). Pendaratan kapal milik Laksamana Cheng Ho di bangun sebuah kelenteng dan masjid yang sekarang dinamakan Kelenteng Sam Po Kong. Suatu hari (Abad 15 M), ada seorang Pangeran dari Demak yang menyebarkan Islam ke daerah Pragota, bernama Pangeran Made Pandan. Dari waktu ke waktu, daerah tersebut semakin subur dengan banyaknya pepohonan dan rerumputan yang tumbuh lebat, dari sela-sela kesuburan tanaman itu muncullah pohon asam...