Ritual
Ritual
Kepercayaan Jawa Tengah Pekalongan
Sadranan
- 8 Desember 2014

Sadranan adalah tradisi masyarakat nelayan dalam rangka mensyukuri hasil laut yang mereka peroleh dari laut. Bentuk rasa syukur tersebut diwujudkan dalam satu kegiatan yang melibatkan seluruh nelayan beserta keluarganya. Bagi nelayan daerah pekalongan, Sadranan atau sedekah laut biasanya dilaksanakan setiap tahun. Perayaan sadranan di sana diselenggarakan bersamaan dengan perayaan hari nelayan, atau hari koperasi, atau hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Secara harfiah, sedekah laut berasal dari kata Sodaqoh yang berarti menyisihkan sebagian rezeki yang kita peroleh yang kemudian diberikan kepada orang yang membutuhkannya. Rezeki yang diperoleh dari Tuhan melalui pekerjaan melaut itulah yang kemudian dibagi kepada orang-orang yang membutuhkan di lingkungan sekitarnya melalui kegiatan-kegiatan yang menggembiakan seperti lomba-lomba, pasar murah, pertunjukan kesenian, dan lain-lain. Dalam acara sadranan tersebut tersebu, seluruh masyarakat nelayan tidak melakukan aktivitas melaut. Mereka beramai-ramai mengikuti dan terlibat dalam acara sdranan tersebut.

Dalam pelaksanaan sadranan, dilakukan beberapa ritual. Kata ritual sendiri berasal dari kata “spiritual”, yaitu aliran dalam ilmu kasunyatan yang memungkiri kejasmanian dan mengupas segala-galanya dari sudut kerohanian dan segala sesuatunya dikembalikan pada kesadaran tertinggi dalam lapisan kesadaran manusia. Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa ritual adalah bagian dari olah spiritual dengan simbol-simbolnya yang diyakini dan dilakukan oleh masyarakat nelayan dari dulu sampai sekarang. Berbagai macam simbol yang diwujudkan dalam ritual Sadranan antara lain adalah sumber kehidupan dilambangkan dengan air yang diambil dari tujuh sumber, kebahagiaan disimbolkan dari mainan anak-anak, keselamatan yang dilambangkan dengan bubur merah-putih, pelestarian alam yang dilambangkan dengan ikan, pengorbanan dn keiklasan dilambangkan dengan kepala kerbau, kemuliaan dilambangkan dengan bentuk uang, rumah, janur kuning dan bambu kuning, serta keteladanan yang dilambangkan dengan pohon pisang, pai dan tebu.

Pada acara Sadranan, masyarakat nelayan kota Pekalongan selalu melarung sesaji ke tengah laut. Sesaji tersebut dibuat secara gotong-royong. Sesaji disajikan dalam bentuk replika kapal yang di dalamnya berisi:

  1. Kebo Segeluntung yaitu satu ekor kebau yang terdiri dari kepala kerbau, jeroan, an empat buah kaki kerbau. Ini melambangkan bentuk pengorabanan secara ikhlas dan berujung untuk membuang kebodohan. Dengan melarung sesaji tersebut, masyarakat nelayan dan masyarakat pekalongan pada umumnya berharap agar mereka senantiasa selamat dalam mnjalankan tugasnya masing-masing, baik sebgai pemimpin maupun sebagai warga masyarakat biasa.
  2. Bubur abang putih (merah putih). Bubur merah melambangkan keberanian, sedangkan bubur putih melambangkan hati yang suci. Alam bahasa Jawa, abang itu nyimpang dan putih diartikan nyisish. Artinya bahwa, dalam mencari nafkah harus berani dan juga jujur sehingga senantasa diberikan keselamatan oleh Tuhan.
  3. Jualan pasar, melambangkan keramaian pasar. Dalam jualan pasar tersebut, terbesit haraan agar tangkapan hasil laut mereka berlimpah ruah sehingga dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga.
  4. Mainan anak-anak, melambangkan pemberian kebahagiaan para nelayan kepada masyarakat.
  5. Kembang setaman, ini melambangkan keindahan dan keharmonisan.
  6. Kopi pahit dan kopi manis, teh pahit dan teh manis, air putih seglas serta rokok/ cerutu dan kinang. Minuman dan rokok melambangkan kesejukan.
  7. Cermin,bedak, parfum, lipstik, kain batik/ jarik, selenang dan sandal. Benda-benda sesaji yang juga dimasukan dalam replika kapal adalah seperangkat pakaian wanita lengkap. Benda terebut melambangkan keindahan.
  8. 3 (tiga) meter mori/ kain putih, benda ini melambangkan kebahagiaan yang hakiki sesuai dengan tujuan hidup manusia, yaitu kebahagiaan dan kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat.kebahagiaan dan kemuliaan terebut dapat tercapai dengan menyeimbangkan 3 (tiga) kesadaran yang dimiliki oleh manusia yaitu, Ego, Jiwa, dan Roh.
  9. Buah kependem, buah gemantung, tebu, padi, dan kelapa. Buah kependem (terpndam) dan buah gemantung )tergantung) melambangkan permohonan kepada Tuhan agar para nelayan diberikan rezeki yang berlimpah. Sedangkan tebu, padi dan kelapa melambangkan rezeki yang akan dinikmati oleh anak cucu.
  10. Ikan laut dan ikan darat,melambangkan keseimbangan dalam menjaga dan melestarikan sumber rezeki, baik di laut maupun di darat. Intinya, semua nlayan harus mampu untu menjaga kelestarian sumber mata pencaharian mereka.
  11. Air tujuh sumber, arti kata tujuh diambil dari bahasa Jawa yaitu “pitu”, merupakan akronim “pitulung” yang berarti pertolongan Tuhan, agar segla upaya dan usaha mereka mendapat ridho atau diberkahi.
  12. Tumpeng, bentuk tumpeng yang mengerucut keatas melambangkan doa dan permohonan kepada Tuhan agar masyarakat nelayan senatiasa diberikan keselamatan, keberkahan, dan rezeki yang halal sehingga dapat bermanfaat unutk hidup mereka.
  13. Pring (bambu) kuning, janur kuning, bunga melati yang dirangkai dengan benang warna-warni. Bambu berwarna kuning, lurus dan panjang melambangkan kelurusan hati untuk ikhlas berbuat baik untuk mencapai kemuliaan di hadapan uhan. Bunga melati yang harum baunya melambangkan permohonan agar “jajaran perikanan” menjadi harum dan bersinar namanya laksana bunga melati yang dirangkai dengan benang bersama janur kuning dan bambu kuning.
  14. Semua sesaji yang disebut di atas, kemudian dimasukkan dalam replika perahu dan dilarung (dibuang) ke laut lepas. Larung sesaji ke laut melambangkan keikhlasan dalam hal berpikir, bertindak dan berbuat.

 

Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/2006/sadranan

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline