67 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Cara Main Kartu Cangkul Versi Anak Tahun 90an
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Siapa disini yang tidak tahu apa itu kartu cangkulan? Menurut https://id.wiktionary.org/ , cangkulan merupakan permainan dengan kartu besar yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara salah seorang pemain menurunkan kartu dari kelompok gambar yang sama, permainan dianggap selesai jika salah seorang pemain dapat menghabiskan kartunya. Kalau versi gua, cangkulan itu permainan yang sangat seru dimana permainan ini dimainkan oleh 2 sampai 4 orang aja. Jangan kebanyakan orang, gak seru nantinya

avatar
Floren07
Gambar Entri
Permainan Fakete Bulu Go'o
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Latar belakang sosial budaya permainan Fakete Bulu Go'o adalah bahwa permainan dapat dilakukan oleh seluruh anak-anak. Ini memberi petunjuk bahwa seluruh anak-anak itu dipandang sama, dan bahwa mereka perlu dilatih agar mampu dengan unsur-unsur pendidikan yang tersembunyi di dalam permainan, seperti yang telah dikemukakan di atas. Jadi permainan ini dapatlah digolongkan ke dalam permainan edukatif. Di dalam masyarakat Nias ketahanan berlari kencang, dan ketrampilan menangkap binatang atau mendapatkan apa yang dikejar merupakan ketrampilan yang perlu dikuasai di dalam hidup. Pelaku permainan ini sekurang-kurangnya terdiri dari dua anak laki-laki, yang berumur sekitar 10 tahun sampai 15 tahun. akete Bulu Go'o dikalangan masyarakat Nias diartikan berpegang daun lalang. Fakete Bulu Go'o berasal dari fa + kete + bulu + go'o yang sama dengan ber + pegang + daun + lalang, atau bermain dengan memegang daun lalang. Disebut-sebut daun lalang dalam nama permainan ini adalah karena daun terseb...

avatar
Widra
Gambar Entri
Permainan Famaikara
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Famaikara dapat digolongkan kepada permainan yang bersifat edukatif, karena itu harus dilatihkan kepada seluruh anak-anak sebagai alat sosialisasi untuk mengenal dan membiasakan diri dengan kehidupan masyarakat. Dikatakan demikian karena melalui permainan ini hendak ditumbuhkan kebiasaan-kebiasaan melempar secara tepat untuk mengenai sasaran, sebagai modal agar dapat membidik, menombak dan memarang dengan senjata secara tepat ke arah sasaran. Hal ini amat diperlukan di dalam pekerjaan-pekerjaan apapun sesudah dewasa nanti. Kata Famaika dapat diuraikan sebagai fa + mai + kara yang sama dengan ber + main + batu. Nama ini dapat dicocokkan dengan permainan itu sendiri, yang memang menggunakan batu di dalam melaksanakannya. Permainan ini dapat dimainkan oleh seluruh anak-anak di dalam masyarakat Nias karena di dalam masyarakat tidak dikenal kelas-kelas yang memisahkan yang satu dari yang lainnya Famaikara ini sudah cukup tua umurnya, terbukti dari sudah lamanya masyarakat mengenalnya....

avatar
Widra
Gambar Entri
Kalereng
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Permainan rakyat Kalereng ini memiliki beragam nama di indonesia serta memiliki varian yang begitu banyak. Ada yang menamainya marpungkul, marpansang dan marguli. Di daerah Kecamatan Pintu Pohan Meranti ini memiliki nama markadot. Dulunya permainan ini di mainkan anak-anak dengan memakai kemiri "gambiri" sebelum mengenal kelereng. Namun, seiring perkembangan zaman permainan dengan memakai kemiri ini bergeser dan kemudian permainan ini dimainkan anak-anak dengan memakai kelereng sebagai objek atau alat dalam bermain. Permainan ini cukup umum di Indonesia. Namun ada yang unik di Sibolga, karena cara memainkannya adalah dengan melentingkan kelereng ke sasaran yang hanya pakai satu tangan. Sumber : https://aturanpermainan.blogspot.com/2021/05/24-permainan-tradisional-khas-sumatera-utara.html

avatar
Hokker
Gambar Entri
Marsiayak Jongkok
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Marsiayak Jongkok merupakan permainan yang berasal dari Tapanuli Selatan. Permainan ini melibatkan 1 pangayak dan mewajibkan untuk lari di sekitar tempat yang sudah diberi batas. Lalu pengayak harus menangkap kita dengan hitungan 1 sampai 10 detik. Saat pangayak mencoba untuk menangkap kita, maka kita harus jongkok dan tidak bisa berlari lagi. Kalau kita ingin menyelamatkan teman kita agar bisa berlari lagi, pemain yang belum jongkok harus memegang kepala pemain yang jongkok.

avatar
Lunasiagian
Gambar Entri
Datu Husip
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Permainan Datu Husip mengasah kecerdasan, melatih kejujuran, rasa keadilan dan sportifitas. Para pemain terdiri dari dua regu, setiap regu terdiri dari 4 sampai 5 orang. Pemainnya bisa campuran antara anak laki dan perempuan. Pemilihan pemain antara kedua regu dilakukan cara memasangkan dua orang yang umur dan kecerdasan kira-kira setara, lalu diundi dengan ‘marpis’ atau ‘suit’ untuk menentukan masuk regu mana. Lalu ditambah dengan seorang pemain yang lebih senior, yang akan bertindak sebagai datu husip. Biasanya dimainkan malam hari di halaman rumah. Cara bermain adalah - misalkan Regu A dipimpin oleh Anton, anggotanya terdiri dari Bonar, Uli, Abel, Anita dan Budi. Regu B dipimpin oleh Bongguk, anggotanya terdiri dari Aldo, Meri, Dameria, Ardin dan Anggita. Untuk datu husip misalkan Tagor. Regu A dan Regu B menempati posisi terpisah dengan jarak sedemikian rupa, agar tidak saling mendengar apa yang dibicarakan oleh regu lain. Datu Husip menempati posisi tengah dan mempunyai petak tah...

avatar
Hokker
Gambar Entri
Marraja (Bermain Raja)
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Ketangkasan, kecerdikan, kerja sama beregu, kejujuran, dan sportifitas, adalah kunci dari permainan ini. Terdiri dari dua regu, masing-masing memiliki anggota antara 4 sampai 6 orang, menggunakan area seluas kampung. Biasanya dimainkan pada malam hari, karena itu hanya oleh anak laki. Pemilihan pemain antara kedua regu dilakukan cara memasangkan dua orang yang umur dan kelincahan tubuhnya kira-kira setara, lalu diundi dengan “marpis’ atau ‘suit’ untuk menentukan masuk regu mana. Masing-masing regu punya seorang pemimpin yang disebut ‘raja’. Sedangkan perlengkapan yang diperlukan hanya sebatang pohon atau tiang listrik yang akan disebut ‘tuul’, bagaikan pos atau benteng yang diperebutkan dengan cara menyentuhnya. Areal permainan menggunakan kompleks perumahan atau kampung. Sebelum permainan dimulai, kedua ‘raja’ berunding untuk menentukan aturan main. Misalnya, tolu tuul tolu dapot. Tolu berarti tiga. Lalu kedua raja mengundi dengan cara “marpis atau ‘suit’untuk menentukan siapa yang l...

avatar
Hokker
Gambar Entri
Marbiung-biung (Putar Beliung)
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Permainan ini melatih ketangkasan, keterampilan membuat mainan sendiri, serta sportifitas. Alat yang diperlukan adalah biji buah enau. Dipilih biji yang agak besar lalu di bagian perutnya dibuatkan dua lubang kecil. Bisa dibor. Dulu anak-anak melubanginya pakai pecahan kaca yang runcing, diputar-putar hingga biji enau itu berlubang. Itulah biung-biung. Belakangan biji enau digantikan dengan tutup botol kecap atau botol lainnya. Tutup botol dipipihkan dengan cara memukulnya dengan martil. Di bagian tengah kemudian diberi dua lubang kecil dan dimasukkan benang. Kedua ujung benang disatukan. Cara memainkannya adalah dengan cara membuat pilinan pada tali benang. Ujung benang direntangkan dengan tangan kiri-kanan sementara biung-biung di tengah. Diputar terus hingga menciptakan pilinan pada benang. Jika sudah cukup banyak pilinan, perlahan-lahan ditarik merentang, dikendurkan lalu ditarik lagi. Biung-biung di tengah bentangan benang akan ikut berputar bolak-balik. Biung- biung yang bagus a...

avatar
Hokker
Gambar Entri
Jambatan Tapanuli
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Marjambatan Tapanuli, atau Ular Naga, ada juga menyebutnya marole-ole. Dimainkan malam hari oleh anak laki maupun perempuan, kira-kira 8 anak atau lebih. Anak-anak akan berbaris di halaman. Dua orang saling berpegangan tangan diangkat ke atas, seolah gapura pintu gerbang ke jembatan. Sebelum mulai bermain, anak-anak dalam barisan akan berteriak bertanya: “Boi Maridi?” (Boleh menumpang mandi?” Kedua anak di gerbang akan menjawab “Boi!” (Boleh!) Setelah itu anak-anak akan masuk menyuruk ‘gapura - jembatan’ tangan kedua anak secara merunduk, sambil bernyanyi ramai-ramai: “ .. Jambatan Tapanuli, na denggan jala na uli. Manuruk hamu sudena, tartangkup na parpudi. Ole ole, langkat ni tobu hape. Molo poltak bulan i, mambuat boru hape. Boru ni ise tahe, boru ni raja ..! Tepat pada suku kata ‘ja’ di ujung syair, kedua tangan ‘gapura’ akan diturunkan menangkap anak yang tepat di bawahnya. Anak itu akan ditanya mau ikut anak ‘gapura’, lalu ia akan ‘ditawan’ di belakang anak penjaga gapura pili...

avatar
As.bookmark