Bambu Gila merupakan permainan tradisional di maluku, dimana permainan ini menggunakan kekuatan mistis. cara permainannya ada tujuh orang pria memeluk sebatang bambu dengan diameter 8 centi meter dan panjang 2,5 meter, kemudian seorang pawang membakar kemenyaan di dalam tempurung sambi membaca mantra dalam 'bahasa tanah', setelah itu asap di semburkan pada bambu. fungsi kemenyaan untuk memanggil roh para leluhur untuk memberikan kekuatan mistis pada bambu tersebut, agar dapat bertarung melawan bambu.
Masyarakat Maluku mengenal suatu kesenian tradisi unik yang erat hubungannya dengan nuansa mistis bernama bambu gila. Permainan bambu gila yang memiliki nama asli Baramasewel konon sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam dan Kristen di tanah Maluku. Cara memainkan bambu gila sangat sederhana, para pemain hanya memeluk dan menahan laju bambu yang bergerak melonjak sesuai kemauan sang pawang. Sebelum permainan bambu gila dimulai, sang pawang bertugas membakar kemenyan yang dibawanya menggunakan wadah dari tempurung kelapa. Asap dari pembakaran menyan kemudian “dimasukkan” ke dalam bilah bambu. Proses ini menjadi penting dalam permainan tradisional bambu gila, karena proses ini merupakan upaya untuk mengundang sesuatu yang gaib untuk masuk dan menggerakan bambu. Ketika pawang sudah berhasil memasukan sesuatu yang gaib ke dalam bilah bambu, maka bambu dengan sendirinya akan bergerak. Para pemain harus memeluk dan menahan laju bambu di bawah kuasa sang pawang...
Maluku adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Di sana, khususnya di kalangan orang Jailolo dan Sahu yang berada di Maluku Utara, ada sebuah permainan tradisional yang bernama ciko guru, yaitu permainan melempar dan mencukil 10 buah batu atau buah gelici dalam jarak tertentu hingga seluruhnya masuk ke dalam lubang. Ciko guru dapat diartikan “menunjuk” karena dalam permainan ini orang baru boleh bermain setelah ditunjuk oleh lawan mainnya. Permainan ciko guru kadang-kadang disebut juga dengan “main batu membayar kenari” karena bagi yang kalah harus membayar sejumlah kenari atau langsat atau kelereng sesuai dengan kesepakatan antarpemain sebelum permainan dimulai. Asal usul permainan ciko guru di kalangan orang Jailolo maupun Sahu sudah tidak dapat diketahui lagi. Pemain Permainan ciko guru dapat dimainkan oleh maksimal 4 orang. Namun, jika lebih dari itu maka pemain lain akan membentuk kelompok sendiri dengan membuat arena bermai...
Ancong-ancong adalah sebutan bagi orang Yamdena untuk sebuah permainan menebak salah satu tangan pemain yang berada di atas punggung pemain lainnya yang sedang dalam posisi merangkak. Permainan ini terdapat di sekitar Kepulauan Tanimbar, daerah Maluku Utara, Indonesia, khususnya Pulau Yamdena, Selaru, Seira, Angwarmase dan Fordata. “Ancong-ancong” berasal dari bahasa Yamdena, yang dalam bahasa Indonesia sangat sulit untuk diterjemahkan. Permainan ancong-ancong menurut penduduk Yamdena, telah ada dan dimainkan sejak tahun 1930-an. Pada waktu itu, di daerah Yamdena masih banyak keluarga yang hidup dalam satu rumah besar. Setiap rumah besar umumnya dihuni oleh 6 hingga 7 keluarga yang biasanya mempunyai banyak anak. Pada waktu malam hari, biasanya anak-anak dari beberapa keluarga tersebut akan berkumpul menghabiskan waktu luang mereka dengan bermain di dalam rumah. Salah satu permainan yang mereka lakukan adalah ancong-ancong. Pemain Permainan ancong-an...
Asal Usul Madudutu lese artinya “banting badan”. Dinamakan demikian, karena dalam permainan ini masing-masing pemain berusaha sekuat tenaga agar dapat membanting badan atau tubuh lawannya sehingga jatuh ke tanah dan tidak lagi berdaya untuk membalas bantingan tersebut. Permainan madudutu lese terdapat di Puau Halmahera, tepatnya di Kecamatan Sahu dan Kecamatan Jailolo, Kabupaten Maluku Utara. Pada mulanya madudutu lese hanya dilakukan pada waktu malam hari sebelum diadakan upacara Waleng yaitu upacara adat yang biasa dilakukan sesudah panen padi. Namun, madudutu lese tidak terikat pada waleng, karena keduanya adalah dua hal yang berbeda. Jadi, pelaksana waleng tidak beranggung jawab atas jalannya madudutu lese dan sebaliknya, pelaksana madudutu lese pun tidak beranggung jawab terhadap jalannya upacara waleng. Saat ini permainan madudutu lese dapat dimainkan kapan saja tanpa harus menunggu adanya upacara waleng terlebih dahulu. Pemain Madudutu...
Istilah “sife siflyoi” (bahasa Yamdena) terdiri dari dua kata yaitu “sife” dan “siflyoi”. Kata “Sife” mengandung pengertian yang sama dengan “manut” (bahasa Fordata) yaitu “ayam”. Sedangkan, kata “Siflyoi” yang juga mengandung pengertian yang sama dengan “selarmanat” (bahasa Fordata) yaitu “Elang”. Permainan ini dinamakan demikian karena ada dua kubu yaitu elang yang akan menyerang anak ayam dan ayam yang akan mempertahankan diri. Permaianan sife siflyoi terdapat di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara, Indonesia, terutama di Pulau Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Seira, Pulau Angwarmase dan Pulau Fordata. Asal usul permainan ini sudah tidak diketahui lagi. Pemain Permainan sife siflyoi dahulu hanya diperuntukkan bagi perempuan dengan usia antara 6--14 tahun. Namun, lama-kelamaan banyak juga kaum pria yang ikut bermain sehingga pada akhirnya berubah m...
Tan besi adalah sebutan bagi orang Jailolo dan Sahu di Kabupaten Maluku Utara, Indonesia, untuk sebuah permainan yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “pagar besi”. Permainan ini dinamakan demikian karena selama permainan berlangsung, para pemainnya akan berbaris membentuk lingkaran untuk menghadang “penyamun” yang akan menculik seorang anak. Barisan tersebut diibaratkan sebagai “pagar besi” agar penyamun tidak dapat mengambil anak yang akan diculiknya. Awal mula permainan tan besi sudah tidak diketahui lagi. Yang jelas sekitar seabad yang lalu telah dikenal oleh masyarakat Kecamatan Jailolo dan Sahu. Pemain Tan Besi harus dimainkan dalam dua kelompok (penyamun dan pagar besi). Jumlah seluruhnya minimal 10 orang. Pada umumnya permainan ini dimainkan oleh kaum laki-laki, baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. Namun, bagi kaum perempuan tidak ada larangan untuk ikut bermain asalkan atas kesadaran sendiri. Dari ke-10 pe...
Rampuat kakaran artinya adalah bermain bilah-bilah bambu. Permainan ini telah lama dikenal oleh orang di Kepulauan Tanimbar, Maluku Utara, khususnya di Pulau Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Seira, Pulau Fordata, Pulau Molo, Pulau Larat dan Pulau Labobar. Awal mula permainan Rampuat kakaran sudah tidak diketahui lagi, namun yang pasti, telah berkembang sejak akhir abad XIX. Dalam permainan Rampuat kakaran, pemain dituntut untuk memperlihatkan kecekatan dan seni (aesthetis/keindahan) dalam setiap gerakannya. Untuk itu, rumpuat kakaran biasanya dimainkan pada waktu pagi dan sore hari dan kadang malam hari sewaktu bulan purnama agar penonton dapat melihat gerakan pemain saat sedang mempertontonkan keahliannya. Pemain Jenis permainan ini pada umumnya dilaksanakan oleh anak-anak perempuan usia Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang berumur 5 – 15 tahun dan anak-anak yang sebaya dengan umur-umur tersebut. Rampuat kakaran dimainkan paling sedikit ole...
Galo-galo (bahasa Sahu) dapat diartikan dengan “menangkap bilah”. Dinamakan demikian karena dalam permainan ini, pemain diharuskan untuk menangkap bilah bambu dengan menggunakan jari-jari tangan. Jika bilah bambunya tinggal dua buah, maka cara menangkapnya dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah. Awal mula permainan ini sudah sulit diketahui. Namun, yang jelas permainan ini sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Maluku Utara, Indonesia, seperti di daerah Jailolo, Sahu, Ternate dan Tembelo. Pemain Permainan galo-galo bersifat individual dan dapat dimainkan oleh siapa saja dan usia berapa saja (anak-anak, pemuda, orang tua, baik wanita maupun pria). Untuk satu kali bermain pesertanya tidak ditentukan. Jadi, boleh 2, 3, hingga 6 orang. Walaupun dilakukan secara individu, permainan ini dapat pula dibagi menjadi kelompok. Apabila ada enam orang yang bermain dapat dibagi menjadi 2 kelompok dengan masing-masing anggotanya terdiri...