Pakaian adat ajo bantea hanya terdiri dari celana panjang (sala arabu) dan dijadikan sebagai lambang keterbukaan dan kesederhanaan para anak golongan bangsawan tanpa memandang status sosialnya masing-masing. ajo bantea atau pakeana mangaanaana merupakan pakaian yang khusus dikenakan oleh anak-anak yang belum menduduki jabatan khusus dalam sistem pemerintahan kesultanan buton. sebagai pelengkap ditambahkan pula penggunaan kampurui bewe patawala atau kampurui tumpa atau kampurui palangi yang dikenakan bersama lepi-lepi, keris, sarung samasili kumbaea atau bia ibeloki , dan bia ogena. sumber : https://fitinline.com/article/read/7-ragam-pakaian-adat-buton/
Kaboroko berarti krah (leher) dikatakan demikian karena baju ini agak berbeda dengan jenis baju Buton lainnya, dimana baju ini mempunyai kerah yang disertai dengan adanya berbagai macam hiasan dan aksesoris yang dilekatkan padanya. Terdapat empat buah kancing logam pada leher sebelah kanan dan tujuh buah kancing pada lengan baju. Kancing-kancing itu tidak berfungsi sebagaimana lazimnya kacing baju, namun hanya merupakan pertanda golongan. Sarung lapisan dalam berwarna putih sedangkan lapisan luas (atas) sarung warna dasar hitam dengan corak garis-garis. Sarung tersebut disebut sebagai Samasili Kumbaea atau Bia-Bia Itanu . Pada sanggulnya diikatkan potongan-potongan yang digulung dari kain yang berwarna putih dan kuning. Mengenai makna yang terkandung dalam pakaian Kaboroko ini berikut akan disajikan kutipan hasil wawancara : Kaboroko berarti baju berkerah atau memiliki kerah. Penggunaan baju&...
Pakaian balahadada merupakan pakaian kebesaran yang dikenakan oleh kaum laki-laki buton baik bagi seorang bangsawan maupun bukan bangsawan. Pakaian dengan warna dasar hitam ini dijadikan sebagai perlambang keterbukaan pejabat atau sultan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan masyarakat demi pencapaian kesejahteraan dan kebenaran hukum yang diputuskan dengan jalan musyawarah untuk mufakat. Kelengkapan pakaian balahada terdiri atas destar, baju, celana, sarung, ikat pinggang, keris, dan bio ogena atau sarung besar yang dihiasi dengan pasamani diseluruh pinggirannya. Bukan hanya balahadada saja yang diketahui sebagai pakaian adat suku buton dan diketahui juga ada beberapa macam pakaian adat suku buton misalnya pakaian ajo bantea, ajo tandaki, pakeana syara, kambowa, kaboroko, dan kombo. Pakaian balahadada merupakan pakaian kebesaran bagi seorang laki-laki suku buton baik bagi seorang bangsawan maupun bukan bangsawan. Hal ini disebabkan karena pada masa lampau pakaian...
Baju Kombo merupakan pakaian kebesaran kaum wanita Buton yang terbuat bahan dasar kain satin dengan warna dasar putih yang dihiasi dengan manik-manik, benang emas atau perak serta berbagai ragam hiasan yang terbuat dari emas, perak maupun kuningan. Pakaian ini terdiri atas baju dengan bawahan sarung yang disebut Bia Ogena (sarung besar). Pemilihan warna putih pada baju kombo diunakan sebagai lambang kesucian, kepolosan wanita Buton, serta harapan-harapan atas kebaikan, kesuburan, dan kesejahteraan. Baju kombo adalah pakaian kebesaran kaum wanita buton. Bahan dasar baju adalah kain satin dengan warna dasar putih, penuh dihiasi dengan manik-manik, benang-benang berwarna yang biasanya terdiri dari benang emas atau benang perak serta berbagai ragam hiasan yang terbuat dari emas, perak maupun kuningan. Pakaian ini terdiri dari satu pasang, bagian atasan adalah baju dengan bawahan sarung yang disebut bia ogena (sarung besar). Bia ogena ada...
"Kampurui" adalah sejenis ikat kepala dari Buton yang dipakai pada saat acara kebudayaan dan keagamaan, kampurui dibuat dari kain batik, kain polos dan kain dua warna seperti merah dan kuning, hijau dan merah muda, dari kampurui juga menunjukkan strata seseorang Apakah dia Golongan "LALAKI"/ KAOMU (Bangsawan), golongan "Walaka" (Penasehat) dan golongan papara (rakyat) mempunyai bentuk berbeda" dan filosofi masing-masing bentuk yang dikenakan, bentuk kampurui / "Bewe" dalam bahasa buton tidak terdiri dari berbagai macam jenis dari beberapa golongan mempunyai peruntukkannya masing-masing apakah ia sedang memangku jabatan atau telah selesai, seperti "Bewe Poporoki"dan "Bewe Patawala" serta jenis" lainnya yang tersebar di daerah Ex kesultanan Buton yang terbagi 72 Kadie (Wilayah). Sumber: https://www.instagram.com/p/BVprQxeDkrB/
Pakaian Adat Buton Orang Buton biasanya mengenakan pakaian biru-biru yang terdiri atas sarung dan ikat kepala tanpa baju. Dan supaya sarung tampak kuat, dililitkan kain ikat pinggang yang diberi hiasan jambul-jambul atau rumbai-rumbai disebut kabokena tanga. Ikat kepala dililitkan di tengah kepala sehingga membentuk lipatan-lipatan yang meninggi di sebelah kanan kepala, yang disebut biru-biru. Pakaian sehari-hari di kalangan wanita disebut baju kombowa. Pakaian ini terdiri atas unsur baju dan kain sarung bermotif kotak-kotak kecil yang disebut bia-bia itanu. Bentuk baju berlengan pendek dan tidak berkancing. Terdapat dua sarung yang dikenakan yaitu sarung yang di dalam dililitkan pada pinggang lebih panjang dari pada sarung yang di luar. Perhiasan yang digunakan adalah sanggul yang diberi hiasan yang terbuat dari kain atau logam yang berwarna kuning membentuk kembang cempaka. Selain itu, kaum wanita di Buton juga memakai gelang, cincin, dan anting yang terbuat...
Pakaian Adat Suku Tolaki Kemudian yang nomor dua adalah pakaian yang biasa dikenakan oleh suku Tolaki. Awalnya pakaian adat suku Tolaki hanya dikenakan oleh golongan bangsawan atau yang menduduki jabatan tertentu dalam masyarakat. Kini masyarakat Tolaki memakai pakaian tersebut untuk banyak kegunaan, seperti untuk pakaian pengantin, acara adat dan acara-acara resmi lainnya. Terdiri dari dua jenis yaitu simak pemaparannya berikut ini: a. Pakaian lelaki terdiri atas babu ngginasamani yaitu baju yang sudah diberi hiasan berupa sulaman, saluaro mendoa (celana), sul epe (ikat pinggang) dari logam, dan pabele (destar). b. Baju perempuannya disebut babu ngginasamani (baju), sawu (sarung), sulepe, dilengkapi dengan aksesori, antara lain tusuk konde dan hiasan sanggul berupa kembang-kembang yang dibuat dari logam, andi-andi (anting-anting), eno-eno (kalung leher), bolosu (gelang tangan), dan kakinya beralaskan solop (selop) https://www.silontong.com/2018/10/13/pakaian...
Pakaian Adat Suku Muna Yang terakhir dari pakaian adat tradisional Sulawesi Tenggara adalah pakaian adat suku Muna. Biasanya pada Suku Muna kaum prianya mengenakan baju (bhadu), sarung (bheta), celana (sala), dan kopiah (songko) atau ikat kepala (kampurui) untuk pakaian sehari-hari. Hampir sama dengan Baju sekarang yaitu berlengan pendek disertai warnanya putih. Dan ikat kepalanya berupa kain bercorak batik. Pada ikat pinggang yang dipakai terbuat dari logam berwama kuning yang berfungsi selain sebagai penguat sarung juga untuk menyelipkan senjata tajam. Warna sarung umumnya yang berwama merah bercorak geometris horizontal. Sedangkan pakaian adat yang dipakai kaum wanitanya terdiri atas bhadu, bheta, dan kain ikat pinggang yang disebut simpulan Kagogo. Bentuk baju berupa baju berlengan pendek dan berlengan panjang dengan lubang pada bagian atas baju untuk memasukkan kepala. Baju biasanya terbuat dari kain satin warna merah atau biru. Wanita Muna memakai baju berlengan pen...