Suku kerinci dikenal sebagai salah satu suku tertua yang mendiami Pulau Sumatera. Oleh karena itu Suku Kerinci memiliki peradaban dan kebudayaan sejak dulu sehingga menjadi kekhasan tersendiri. Salah satunya adalah penggunaan bahasa Kerinci. Meskipun masih tergolong ke dalam rumpun bahasa Melayu, bahasa kerinci diperkirakan telah hidup lebih tua. Bahasa Kerinci bahkan telah ada sebelum pengaruh Arab masuk dan mempengaruhi kebudayaan Melayu. Asumsi ini dibuktikan dengan ditemukannnya beberapa naskah kuno yang ditulis dengan Bahasa Kerinci Kuno. Tulisan ini dikenal dengan Aksara Incung. Aksara ini sudah digunakan oleh masyarakat Suku Kerinci sejak berabad-abad lalu. Penggunaan tulisan ini juga telah menyebar ke wilayah Lampung dan Rejang. Aksara Incung mulai dipergunakan secara luas mungkin pada abad ke-4 Masehi. Pada awalanya, Aksara incung ditulis dengan sejenis benda runcing yang guratannya mirip dengan tulisan paku aksara Babilonia kuno. Bentuk grafis aksara Incung d...
Hijratun Nabi Shollallahu alaihi wasallam seribu seratus sembilan puluh delapan tahun 2 rajab hari jum’at Mengawali, Itulah duli yang dipertuan kita Sri Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah dhillullah fil alam dan paduka nanilah raja tureli Bolo bergelar perintah dalam bernama Muhyiddin dan paduka jeneli parado bergelar sahbandar bernama Abdul Mahmud dan paduka jeneli Bolo bernama Abdurrajak dan paduka jeneli Woha bernama Abdul Jalal akan bermufakat manalah dalam surat serta cap yang dipegang dalu rautu yaitu rangga kuneh dengan segala dalu2 yang lain2 karena sekarang ini Duli yang dipertuan kita membaharui dan memulai akan adat tanah Manggarai yang dikerjakan oleh segala dalu2. Pertama-tama seperti dalu Cabul tiada boleh sekali-sekali mengerjakan pekerjaan yang telah salah dibiyasakan akan menanyakan orang lawananya tuan kita dan tanah Bima kepada tanah negerinya, maka jikalau ia mengerjakan pekerjaan yang dilarangkan itu membiasakan diri dengan tanahnya dan seperti dalu tudu...
Nontogama adalah Alquran tulis tangan yang diperkirakan ditulis pada masa awal kesultanan Bima 1640 -1700 M pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahir I dan dilanjutkan oleh puteranya Sultan Abil Khair Sirajuddin. Nonto berarti jembatan penuntun. Gama adalah Agama. Jadi Nontogama adalah Kitab penuntun agama. Alquran ini berukuran 39 x 25,5 Cm dengan jumlah 715 halaman. Menurut Hj.Siti Maryam M.Salahuddin, kertas kitab ini dipesan khusus dari Eropa dan penulisannya menggunakan tinta tradisional saat itu yaitu dari Nanah pohon kinca yang dicampur arang. Pada surat Al Fatihah dan al-baqarah dipinggirnya dihiasi ornamen Bunga Satako (Bunga setangkai) . Ide penulisan Alquran ini sebagai upaya penyiaran Islam pada masa-masa awal masuknya Islam di tanah Bima. Sehingga ayat-ayat suci itu bisa disebarluaskan ke seluruh masyarakat. Hanya inilah Alquran yang ada di Bima pada saat itu dan stategi penyebarluasannya dengan cara menghadirkan rakyat di Asi Mbojo untuk sama-sama mendengarkan lantunan...
Prasasti Adan-Adan terdiri atas 17 lempeng tembaga berukuran panjang 37,5 cm, lebar 12 cm dan tebal 4 mm, sedangkan ukuran hurufnya adalah tinggi 7 mm dan lebar 6 mm. Setiap lempeng memuat 4 baris tulisan yang ditulis dengan huruf Jawa Kuna. Prasasti yang ditemukan di Desa Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur oleh Pak Mardjuki dengan kedalaman 0,50 meter dari permukaan tanah sekitarnya. Prasasti Adan-Adan kini disimpan di Museum Mpu Tantular , Sidoarjo, Jawa Timur namun replikanya akan dibuat dan ditaruh di Museum Rajekwesi , Bojonegoro, Jawa Timur. Isi Prasasti Pertanggalan: tertulis tahun 1223 Çaka (1301 Masehi), ditulis pada hari Sanaiscara (Sabtu), pasaran Umanis (Legi), tanggal 15 ( Pancadasi ) bagian bulan gelap ( Krsnapaksa ) dalam bulan Srwana , wuku Madangkungan, dewanya Pitr (Pitr-dewata), yoganya Siwa (Siwa-yoga). Nama Raja: nama kecil raja dis...
p.p1 {margin: 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px; font: 12.0px 'Helvetica Neue'; color: #454545} p.p2 {margin: 0.0px 0.0px 0.0px 0.0px; font: 12.0px 'Helvetica Neue'; color: #454545; min-height: 14.0px} Prasasti Amoghapasa berangka tahun 1269 Çaka (baca: Saka) atau 1347 M dan menggunakan aksara Pasca-Pallawa serta bahasa Sansekerta, Jawa Kuno, dan Melayu Kuno. Angka tahun tersebut ditulis dengan candrasangkala pada baris ke-10 yaitu pataÅga carane nardanta yang bernilai 1269 Çaka. Prasasti ini terdiri dari 27 baris dalam bentuk sloka 12 bait. Prasasti ini tertulis di belakang stela (sandaran) patung batu Paduka Amoghapasa sebagaimana disebutkan dalam prasasti Padang Roco (bagian alas arca Paduka Amoghapasa). Patung batu ini terbuat dari batu andesit ( upala prasasti ) dan memiliki ukuran tinggi 163 cm dan lebar 97-139 cm dalam kondisi yang cukup baik. Patung batu tesebut dihadiahkan pada tahun 1208 Çaka atau 1286 M saat E...
Prasasti Anjukladang berangka tahun 859 Saka atau 937 Masehi. Sayang sekali bahwa prasasti ini belum terbaca seluruhnya karena disebabkan tulisan-tulisan yang terpahat mengalami keausan, terutama pada bagian atas prasasti. Namun dari beberapa tulisan yang tidak mengalami aus dapat kiranya didapatkan keterangan sebagai berikut: Raja Pu Sindok telah memerintahkan agar tanah sawah kakatikan (?) di Anjukladang dijadikan sima dan dipersembahkan kepada bathara di sang hyang prasada kabhaktyan di Sri Jayamerta, dharma dari Samgat Anjukladang. Menurut J.G. de Casparis, penduduk Desa Anjukladang mendapat anugerah raja dikarenakan telah berjasa membantu pasukan raja di bawah pimpinan Pu Sindok untuk menghalau serangan tentara Malayu (Sumatera) ke Mataram Kuna yang pada saat itu telah bergerak sampai dekat Nganjuk. Atas jasanya yang besar, maka Pu Sindok kemudian diangkat menjadi raja. Selain itu, prasasti ini juga berisi tentang adanya sebuah bangunan suci. Dalam makalahn...
Prasasti Batu Bertulis ditemukan di Kampung Pahit, Desa Sebabas, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat, dan replikanya ditampilkan di Plaza Museum. Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan informasi yang didapat dari Museum Provinsi Kalimantan Barat, prasasti ini diyakini dibuat pada sekitar abad ke-9 Masehi, di mana di daerah tersebut masih di bawah kerajaan Hindu. Prasasti Batu Bertulis menggunakan aksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta, dan isinya berisikan tentang ajaran agama Buddha. ***
Prasasti Biluluk terdiri dari empat lempeng tembaga dengan aksara dan bahasa Jawa Kuna. Prasasti ini terdiri atas: · Biluluk I berangka tahun 1288 Saka (1366 M) · Biluluk II berangka tahun 1315 Saka (1383 M) · Biluluk III beangka tahun 1317 Saka (1385 M) · Biluluk IV tidak berangka tahun Isi prasasti Biluluk I sampai III sama, yaitu menyebutkan hak-hak yang dimiliki oleh Desa Biluluk dan Tanggulan. Pada prasasti keempat, selain menyebutkan nama Desa Biluluk dan Tanggulan, juga menyebutkan nama satu desa lagi, yakni Desa Papadang. Selain itu, dari prasasti Biluluk I diketahui adanya keterangan mengenai pembuatan garam di daerah pesisir. Dalam prasasti tersebut, disebutkan adanya sumber air asin di Desa Biluluk, t...
Prasasti ini ditemukan di Desa Bungkuk, Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung pada 8 Maret 1985. Penemuan prasasti ini terjadi secara kebetulan, ketika itu ada seorang warga pergi memancing di pinggir Way Batanghari yang melintas di Desa Bungkuk. Kail pancingnya tiba-tiba tersangkut oleh benda benda berat, sehingga pemancing menyempatkan diri turun ke sungai tersebut untuk melepaskan kail pancingnya agar supaya bisa digunakan lagi untuk memancing. Namun, ternyata pemancing menemukan batu berisi tulisan usai mau melepaskan kail pancing dari sangkutannya. Setelah dilaporkan kepada yang “berwajib”, diketahui bahwa batu bertulis tadi ternyata adalah prasasti. Prasasti ini dipahatkan pada batu andesit, dengan memiliki ukuran tinggi 63 cm, tebal 63 cm, diameter atas 70 cm, dan diameter bawah 61 cm. Keadaannya sudah aus sehingga tidak dapat terbaca dengan lengkap. Prasasti ini terdiri dari 13 baris beraksara Pallawa, dan berbahasa Melayu...