Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Kuno dan Prasasti
Aksara Kuno Jambi Jambi
Aksara Incung
- 9 Juli 2018

Suku kerinci dikenal sebagai salah satu suku tertua yang mendiami Pulau Sumatera. Oleh karena itu Suku Kerinci memiliki peradaban dan kebudayaan sejak dulu sehingga menjadi kekhasan tersendiri. Salah satunya adalah penggunaan bahasa Kerinci. Meskipun masih tergolong ke dalam rumpun bahasa Melayu, bahasa kerinci diperkirakan telah hidup lebih tua. Bahasa Kerinci bahkan telah ada sebelum pengaruh Arab masuk dan mempengaruhi kebudayaan Melayu.

Asumsi ini dibuktikan dengan ditemukannnya beberapa naskah kuno yang ditulis dengan Bahasa Kerinci Kuno. Tulisan ini dikenal dengan Aksara  Incung. Aksara ini sudah digunakan oleh masyarakat Suku Kerinci sejak berabad-abad lalu. Penggunaan tulisan ini juga telah menyebar ke wilayah Lampung dan Rejang.

Aksara Incung mulai dipergunakan secara luas mungkin pada abad ke-4 Masehi. Pada awalanya, Aksara incung ditulis dengan sejenis benda runcing yang guratannya mirip dengan tulisan paku aksara Babilonia kuno. Bentuk grafis aksara Incung diidentifikasi hampir mirip dengan aksara daerah Sumatera lainnya seperti Batak, Rejang, dan Lampung. Walaupun begitu banyak juga ditemui perbedaan yang mendasar sehingga aksara ini tidak bisa dikatakan sama dengan aksara-aksara yang dipakai oleh suku lain.


Kesamaan yang terjadi dimungkinkan karena mereka secara geografis mendiami wilayah pulau Sumatera. Kemudian seiring dengan perkembangan, aksara tersebut mengalami corak khas yang menyesuaikan kondisi dan pusat induk kultur suku-suku tersebut.
Sebuah hasil penelitian mencatat, terdapat 271 naskah kuno di bumi Kerinci dan 158 di antaranya ditulis dengan aksara incung. Diabadikan di berbagai media seperti tanduk, ruas buluh, tulang, kulit kayu, dan tapak gajah. Hanya saja, pada naskah tersebut tidak ditemukan petunjuk angka untuk bilangan. Bisa disimpulkan bahwa mungkin aksara Incung tidak mengenal aksara bilangan atau angka sehingga tidak didapati penanggalan maupun tanggal penulisannya.


Lahirnya aksara Incung pada Masyarakat Kerinci Kuno bisa jadi didasari oleh pemikiran akan pentingnya pendokumentasian berbagai peristiwa kehidupan, kemasyarakatan dan sejarah dalam bentuk karya tulis. Bukti-bukti sejarah aksara Incung ini terdapat pada naskah-naskah kuno Kerinci. Pada salah satu naskah terdapat pendahuluan yang berbunyi; /Basamilah Mujur Batuwah Jari Tangan Aku Mangarang Surat Incung Jawa Palimbang/Tertulispada Bambu dua ruas dengan aksara Incung, koleksi pusaka Depati Satio Mandaro di Desa Dusun Dilir Rawang. Sementara yang lain tertulis; /Ah Basamilah Akung Mangarang Parapatah Surat Incung Jawa Palimbang/. Pada Bambu dua ruas dengan aksara Incung, koleksi pusaka Rajo Sulah Desa Siulak Mukai.


Dalam perkembangannya, pengaruh agama Islam yang masuk ke wilayah Kerinci mengakibatkan penulisan naskah-naskah beralih ke bahasa Arab  dan bahasa Melayu. Pengaruh Islam dalam karya sastra dapat dilihat pada cerita tentang Nabi Adam, Nabi Muhammad SAW, tentang ajaran dan kepercayaan Islam serta cerita-cerita mistik dan tasauf. Walaupun begitu, masuknya pengaruh Islam tidak mengahapuskan atau mengabaikan keberadaan aksara Incung. Melainkan menulis naskah-naskah Incung dengan memasukkan unsur-unsur ajaran Islam atau memperkaya karya sastra Incung dengan nuansa Islam.


Walaupun masyarakat kerinci masih tergolong rumpun bangsa Melayu, baik secara kesukuan ataupun kebahasaan. Akan tetapi, sebagai Suku yang memiliki kebudayaan dari peradaban tua melayu, bahasa kerinci dan aksara Incung jelas berbeda dengan bahasa Melayu pada umumnya. Hal ini sesuai dengan latar belakang bahwa induk suku Kerinci berasal dari Proto Melayu. Sehingga proses perjalanan sejarah orang Kerinci dalam pemakaian aksara maupun fonetis bahasanya masih dalam pengaruh lingkungan alam dan budaya lokal Kerinci. Karena itulah, kebudayaan local Kerinci yang hampir terlupakan ini harus memperoleh perhatian khusus agar tetap lestari di bumi Kerinci.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Prajurit pemanah kasultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU