14 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Arca Megalitik Pokekea
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Tengah

Kebudayaan megalitik merupakan istilah untuk menyebutkan kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar.  Mega  berarti besar dan lithos  berarti batu, kebudayaan megalitik selalu berdasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara yang meninggal, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dari salah satu yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Objek-objek batu yang berukuran kecil, dan bahan-bahan seperti kayu pun harus dimasukkan ke dalam klasifikasi megalitik bila benda-benda itu jelas dipergunakan untuk tujuan sakral tertentu, yakni pemujaan kepada arwah nenek moyang (Soejono dkk, 1990: 205). Tradisi megalitik yang tersebar luas di Lembah Behoa muncul pada masa neolitik (masa bercocok tanam). Menurut  Von Heine Geldern  (1945) berpendapat, tradisi megalitik di Indonesia terbagi menjadi dua periode, yaitu megalitik tua yakni dari tahun 2.500 – 1.500 Sebelum Masehi dan megalitik muda da...

avatar
Oase
Gambar Entri
Situs Tadaluko
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Tengah

Situs ini terletak di desa Doda, Kecamatan Lore Tengah. Disekitar situs juga terdapat Kalamba – kalamba dan Batu Dakon. Kalamba adalah sejenis wadah penampung air yang berukuran besar dan terbuat dari batu.   Luas Areal: Luas areal lokasi ± 5 hektar.   Jarak Tempuh: ± 2Km dari Ibukota Kecamatan.   Transportasi: Dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua, selanjutnya berjalan kaki ± 1 Km ke lokasi obyek.  

avatar
Roby Darisandi
Gambar Entri
Kutika
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Tengah

Kutika merupakan naskah yang terbuat dari kain kulit kayu dan ditulisi dengan berbagai macam tulisan tangan serta gambar dan simbol-simbol. Digunakan untuk melihat hari-hari baik dalam melakukan aktivitas kehidupan, seperti pernikahan, syukuran, dan lain sebagainya. Sumber informasi dan foto: Museum Sulawesi Tengah   "Informasi Lain" Naskah Kutika ditengarai berasal dari abad ke-17, artinya sudah berumur sekitar 400-an tahun, sehingga kuat dugaan berasal dari periode syiar Islam yang sama dengan masa Datokarama berdakwah. “Ada tiga naskah Kutika. Satu berukuran besar dan dua lainnya berukuran lebih kecil. Ketiganya punya fungsi yang sama namun cara hitungnya berbeda,” ujar staf Seksi Teknis Museum Sulteng, Drs Iksam, M.Hum. Iksam menjelaskan, naskah Kutika tersebut digunakan sebagai panduan untuk melihat hari-hari baik berdasarkan perhitungan bulan Islam. Misalnya melihat hari-hari apa saja yang baik dalam bulan Muharram untuk melakukan kegiatan...

avatar
Gandung Aryopratomo
Gambar Entri
Kerajaan Banggai
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Tengah

Kerajaan Banggai, adalah sebuah kerajaan di Indonesia yang terletak di bagian semenanjung timur pulau Sulawesi dan Kepulauan Banggai. Kerajaan ini pada awalnya hanya meliputi wilayah Banggai kepulauan, namun kemudian disatukan dengan wilayah Banggai daratan oleh Adi Cokro.   Bukti bahwa kerajaan Banggai sudah di kenal sejak zaman Majapahit dengan nama Benggawi setidaknya dapat di lihat dari tulisan seorang pujangga Majapahit yang bernama Mpu Prapanca dalam bukunya, "Nagarakretagama" bertarikh caka 1478 atau tahun 1365 Masehi, yang dimuat dalam seuntai syair nomor 14 bait kelima sebagai berikut:   "Ikang Saka Nusa-Nusa Mangkasara, Buntun Benggawi, Kuni, Galiayo, Murang Ling."   Daftar Raja Banggai 1648 - 1689 Benteng Paudagar 1689 - 1705 Balantik Mbulang 1795 - 1728 Kota Abdul Gani 1728 - 1753 Bacan Abu Kasim 1753 - 1768 Mondonu Kabudo 1768 - 1773 Padongko Ansyara 1773 - 1809 Dinadat Mandaria 180...

avatar
hallowulandari
Gambar Entri
Watu Marando
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Tengah

Watu Marando adalah sebuah Batu Kuno yang terletak di Suku wana pedalaman Morowali Utara, Sulawesi tengah. Menurut Penjelasan Kepala Suku To Wana batu Watu Marando bukanlah Batu sembarangan melainkan perwujutan manusia. Menurut kepercayaan suku To wana, dahulu kala Batu watu Marando adalah seorang manusia dan kemudian setelah ia mati dan berubah menjadi subuah batu. Watu Marando sendiri memiliki bulatan-bulatan tersruktur pada permukaannya. masyarakat to wana tidak mengetahui dari mana asal muasal bulatan-bulatan itu terbentuk. menurut mayarakat to wana juga, bahwa bulatan-bulatan pada watu Marando timbul satu-persatu tergantung dengan cuaca. Apabila cuaca bagus maka bulatan pada watu Marando akan timbul, apabila buruk maka bulatannya tidak akan muncul. sehingga mereka menyebutnya mati tapi hidup. sekian artikel dari saya semoga bermanfaat. terima kasih.

avatar
OSKM2018_16518412_LAODE MUHAMAD AZHRAF
Gambar Entri
Situs Tunduwanua
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Tengah

Situs Tunduwanua ini terletak di Desa Hanggira , kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso. Letak situs ini berada di atas bukit Tunduwanua pada ketinggian 1272 mdpl. Bagi masyarakat setempat Tunduwanua berarti "Punggung kampung". Oleh para ahli, situs ini di duga sebagai pemukiman masa lalu. Hal ini di dukung dengan temuan menhir yang berfungsi sebagai umpak rumah adat tambi. Menhir di Situs Tunduwanua letaknya perpola, dengan bentuk segi empat dengan jumlah empat buah menhir dengan ukuran, rata- rata tinggi 106 cm dan lebar 60 cm, dengan jumlah menhir sebanyak 21 buah. Tidak hanya menhir, di situs ini juga ditemukan Lumpang yang merupakan alat rumah tangga yang berfungsi untuk menumbuk biji-bijian dan Batu Dakon yang berfungsi untuk menghitung hari di masa lalu. Selain itu juga terdapat arca yang berjumlah dua buah. Salah satunya adalah arca yang oleh masyarakat setempat di kenal dengan nama arca Buangke. Arca Buangke melambangkan seorang perempuan, pada bagian wajah terdapa...

avatar
Widra
Gambar Entri
Arca Loga
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Tengah

Lokasi Arca Loga berada di lingkungan jalan Produksi, Desa Pada, Kecamatan Lore Selatan. Loga dalam arti masyarakat setempat adalah patung yang menerawang di tengah padang, sehingga lokasi arca tersebut dinamakan Padang Loga. Arca Loga berjumlah 1 buah, dengan posisi Arca Loga tidak berdiri tegak dengan posisi miring ke sebelah Barat dan menghadap ke sebelah Selatan dengan bagian wajah yang dilengkapi mata yang berbentuk lonjong, hidung yang lebar, dan telinga serta kepala berbentuk lonjong.

avatar
Widra
Gambar Entri
Situs pokarahiya
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Tengah

Situs Pokarahiya terletak di desa Hanggira, kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, dengan letak astronomi Lintang Selatan 010 40,613’ dan Bujur Timur 1200 12,995’ dengan ketinggian 1243 mdpl. Letaknya di atas bukit Pokarahiya. Situs Pokarahiya diduga sebagai situs penguburan, hal ini didukung oleh temuan tempayan. Tempayan-tempayan ini ditemukan terkubur di dalam tanah. Tempayan ini menurut hasil penelitian Puslit arkenas berisi abu jenasah, jadi dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan tempayan-tempayan ini juga merupakan wadah penguburan. Akses menuju Situs Pokarahiya ini melalui hutan dan pagar kawat berduri yang kemungkinan merupakan batas untuk menggembala ternak. Adapun penanda batas yang jelas adalah batas sebelah barat yang berbatasan dengan hutan dan ladang penduduk. https://twitter.com/yakubudaya

avatar
Widra
Gambar Entri
Situs Pada Hadoa
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Tengah

Situs Pada Hadoa terletak di Dusun 1, Desa Bariri, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, dengan letak astronomi Lintang Selatan 1° 43′ 41,163″ dan Bujur Timur 120° 12′ 7,958″ dan memiliki ketinggian 1.268,052 mdpl. Situs ini terletak di bukit Hadoa. Adapun batas-batas dari Situs Pada Hadoa adalah, bagian Utara berbatasan dengan sawah Hadoa, arah Selatan berbatasan dengan Bulu Pokarahia, arah Timur berbatasan dengan Sungai Hadoa, dan arah Barat berbatasan dengan sungai Tomahu. Akses menuju situs bisa dengan kendaraan roda empat melalui pemukiman warga sekitar 7 km dari tugu Desa Bariri, kemudian melalui jalan sawah 557 meter dengan berjalan kaki dan dilanjutkan dengan melewati padang ilalang sejauh 296 meter. Ragam temuan di situs ini cukup lengkap, mulai benteng tanah dan pada bagian atasnya terdapat susunan batu, kalamba, bakal kalamba, batu dulang, batu lumpang, batu berlubang, menhir, tempayan kubur,arca, dan sebaran fragmen gerabah di permukaan. Di situs ini juga terdapat temua...

avatar
Widra