|
|
|
|
Arca Megalitik Pokekea Tanggal 19 Sep 2014 oleh Oase . |
Kebudayaan megalitik merupakan istilah untuk menyebutkan kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar. Mega berarti besar danlithos berarti batu, kebudayaan megalitik selalu berdasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara yang meninggal, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat dari salah satu yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Objek-objek batu yang berukuran kecil, dan bahan-bahan seperti kayu pun harus dimasukkan ke dalam klasifikasi megalitik bila benda-benda itu jelas dipergunakan untuk tujuan sakral tertentu, yakni pemujaan kepada arwah nenek moyang (Soejono dkk, 1990: 205). Tradisi megalitik yang tersebar luas di Lembah Behoa muncul pada masa neolitik (masa bercocok tanam). Menurut Von Heine Geldern (1945) berpendapat, tradisi megalitik di Indonesia terbagi menjadi dua periode, yaitu megalitik tua yakni dari tahun 2.500 – 1.500 Sebelum Masehi dan megalitik muda dari tahun 1.500 – abad 1 Masehi. Walaupun tradisi megalitik terbagi dua periode, akan tetapi kelangsungan hidup kedua periode itu berlangsung bersama-sama pada masa megalitik muda. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peninggalan megalitik Situs Pokekea termasuk dalam kedua periode tersebut.
Lembah Behoa merupakan lokasi di mana terdapat banyak terdapat sebaran tinggalan megalitik. Salah satu situs yang terdapat dilembah Behoa adalah situs Pokekea yang terdapat di Desa Hanggira, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Situs Pokekea terletak diatas bukit dan memiliki sebaran tinggalan megalitik yang cukup banyak dengan tinggalan yang beragam seperti, Kalamba, tutup kalamba, arca batu, batu dakon, lumpang batu, meja altar, batu dulang, batu bergores, dan gerabah kubur. Semua tinggalan megalitik tersebut, terkonsentrasi hampir merata diatas dan didalam tanah bukit Pokekea.
Arca batu yang terdapat di situs Pokekea berjumlah 4 (empat) buah, tiga buah dalam posisi berdiri tegak dan satu buah dalam posisi terbaring. Keempat arca tersebut digambarkan berbentuk manusia setengah badan tanpa kaki, dengan arah hadap utara, arca pertama mempunyai ukuran tinggi 140 cm, lebar badan 74 cm, muka manusia digambarkan dalam bentuk bulat, mata melotot, alis dan hidung menyatu, dua buah telinga berbentuk bulat, buah dada menonjol, kedua tangan dilipat di bagian perut. Arca ini diperkirakan arca wanita. Arca keduadalam posisi baring menempati areal sebelah timur situs dengan ukuran tinggi 170 cm lebar 70 cm, muka manusia digambarkan dalam bentuk mulat, mata besar, hidung dan alis menyatu, dan tidak mempunyai telinga. Arca ketigamempunyai ukuran mempunyai ukuran tinggi 146 cm lebar badan 80 cm, muka manusia digambarkan bentuk bulat, mata bulat kecil, buah dada menonjol, kedua tangan hanya berupa bulatan, pada perut terdapat pahatan berbentuk segi empat. Arca keempat mempunyai ukuran tinggi 120 cm dan lebar 60 cm, muka manusia digambarkan dalam bentuk bulat, hidung dan alis menyatu, mata bulat kecil, dua buah telinga berbentuk bulat, buah dada menonjol dan terdapat pahatan di bagian dada.
Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/2014/07/23/arca-megalitik-pokekea/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |