Setengah abad yang lalu, wanita penjual jenang gempol menggendong kuali tanah liat yang penuh santan berisi bola-bola putih yang terbuat dari tepung beras. Di tangannya ada kuali yang lebih kecil berisi semacam bubur warna merah. Jenang gempol adalah bola-bola tepung beras dan kelapa, berkuah santan yang gurih, ditambahkan beberapa sendok bubur warna merah cokelat gula Jawa dengan aroma pandan yang harum. Kombinasi santan yang gurih dan bubur merah yang manis, sekaligus mengenyangkan. Jenang gempol cocok dimakan di pagi dan siang hari, sangat khas Yogya dan tidak dijumpai di daerah lain. Mencari jenang gempol di masa sekarang sulit, melihat pedagang jenang gempol lewat menjajakan dagangan pun adalah pemandangan langka, jika mau mencari harus ke pasar. Sebagian pasar tradisional masih menghadirkan simbok penjual jenang gempol namun dengan porsi dagangan yang se adanya. Kadang belum terlalu siang penjual sudah tidak terlihat. Ada jenang gempol legendaris yang ra...
Sejak lama, masyarakat Gunung Kidul memang terkenal akan pola kulinernya yang unik dan kreatif. Kehidupan yang cukup sulit di perbukitan karst membuat mereka harus pintar-pintar memanfaatkan sumber daya di sekitarnya. Lihat saja tiwul, gatot, atau belalang goreng yang merupakan makanan asli Gunungkidul, dikonsumsi sebagai pengganti sumber karbohidrat pada saat musim paceklik. Kekurangan asupan protein dari hewan ternak pun diatasi dengan gaya hidup entomophagy alias memakan serangga, termasuk belalang dan ulat jati. Ulat jati memang tidak sepopuler belalang goreng yang umum dijumpai di Gunung Kidul. Larva dari ngengat Hyblaea purea ini hanya muncul pada awal musim penghujan, ketika daun-daun jati yang meranggas mulai tumbuh kembali. Pada saat inilah masyarakat Gunung Kidul ramai-ramai datang ke kebun jati untuk mengumpulkan larva dan pupa ngengat ini. Musim ulat jati pun berakhir ketika para larva ini selesai bermetamorfosis menjadi ngengat, hanya sekitar beberapa minggu s...
Pruthul adalah nama lokal untuk kumbang sawah di Kabupaten Gunung Kidul. Pruthul termasuk hama yang meresahkan para petani sehingga banyak diburu. Oleh masyarakat Gunung Kidul, pruthul tak hanya diburu dan dibuang sia-sia tetapi diolah menjadi makanan lezat yakni digoreng untuk camilan atau dijadikan sebagai lauk-pauk. Pruthul yang sayapnya keras ini berpadu dengan gurihnya bumbu-bumbu dan digoreng kering. Akan tetapi untuk menikmati makanan ini tidak bisa setiap saat lantaran pruthul hanya muncul di awal musim penghujan. Panen kumbang sawah hanya terjadi setahun sekali. Pruthul mulai keluar dari sarangnya di awal musim hujan pada saat senja dan menempel di pepohonan dan daun padi atau tanaman lainnya. Oleh karena itu, warga mencari pruthul pada malam hari untuk diolah menjadi lauk yang gurih dan renyah. Meskipun tidak diragukan lagi kelezatannya, belum diketahui mengenai kandungan vitamin dan protein pada pruthul goreng tersebut. Sum...
Gangsir adalah serangga yang hidup di dalam tanah. Ditandai dengan adanya gundukan tanah. Serangga ini mirip jangkrik tetapi sedikit lebih besar dan berwarna kecokelatan. Biasa pula disebut anjing tanah atau orong-orong. Serangga ini kalau digoreng rasanya gurih bukan main karena kandungan proteinnya yang tinggi. Bagi penduduk di kawasan lereng Gunung Merapi, di wilayah Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, gangsir dijadikan camilan yang asyik di saat musim penghujan. Cara mengolah gangsir tergolong mudah, sebelum dimasak bersihkan sayap dan kaki sang gangsir, kemudian dicuci bersih menggunakan air biasa, bilas dengan air panas, setelah itu rendam gangsir yang sudah dibersihkan dengan larutan air garam dan irisan bawang putih atau bisa juga menggunakan bumbu penyedap masakan, tunggu beberapa saat hingga bumbu meresap, setelah itu goreng gangsir dengan minyak yang panas agar hasilnya lebih renyah dan garing, bisa juga mencampurkan bumbu instan siap saji...
Disebut bir jawa/bir mataram karena warnanya seperti birnya orang Eropa. Bir Jawa merupakan ekstrak dari rempah-rempah asli Indonesia. Pada saat dibuat menggunakan 10 macam bahan yang terdiri atas rempah-rempah. Kesepuluh macam rempah yang diekstrak adalah kulit kayu secang, serai, cengkih, kayu manis, jahe, pala, merica, mesoyi, cabai Jawa, dan kapulaga. Ditambah gula pasir dan perasan air jeruk nipis. Bir Jawa ini berwarna merah karena ekstrak serutan kayu secang yang menjadi salah satu komponennya. Saat dihidangkan kemudian ditambahkan air jeruk nipis yang bersifat asam. Ketika diteteskan air jeruk nipis, warna merah dari ekstrak secang akan berubah menjadi cokelat seperti bir Eropa. Cengkihnya berkhasiat menghilangkan bau napas tak sedap, sedangkan air jeruk nipis dianggap dapat mengobati tekanan darah tinggi dan melangsingkan tubuh. Buih-buih di atas bir Jawa mampu bertahan selama 5 jam. Bir Jawa berkhasiat menghangatkan tubuh, melancarkan peredaran darah, menghilangk...
Rondo royal artinya janda yang berperilaku seperti orang kaya, hartanya tidak terbatas. Ini adalah nama makanan yang terbuat dari tape ketela yang dicampur tepung terigu kemudian dibentuk bulatan dan diisi dengan sirup gula pasir warna merah atau hancuran gula kelapa kemudian diselimuti dengan adonan tepung terigu dan digoreng. Rondo royal manis dan legit beraroma tape. Cocok sekali untuk teman minum teh sore hari. Rondo royal termasuk dalam kelompok aneka makanan gorengan yang dijual di pinggir jalan dan menjadi camilan masyarakat kelas bawah bersama balok, tempe kemul, pisang goreng, gembus goreng, beserta tahu susur dan bakwan sayur. Dari dulu hingga sekarang keberadaan rondo royal dalam khasanah makanan rakyat tidak berubah. Di Jawa Barat makanan sejenis ini hanya bentuknya berbeda tapi juga terdiri atas tape dan gula, namun proses finalnya dibakar, nama makanannya adalah colenak. Satu kilogram tape, 250 gram terigu, sebagian dicairkan dengan air untuk...
Makanan kecil ini berasal dari satu jari pisang kepok yang matang pohon kemudian dijapit dengan bambu sebesar tusuk sate yang dibelah di salah satu ujungnya, pisang tersebut dijepit pada bambu kemudian diselimuti dengan daun pandan, sehingga ujung yang menjepit pisang menjadi tertutup. Kemudian pisang dilumuri dengan areh yaitu santan yang dipanaskan hingga menjadi kental kemudian diberi bumbu sedikit garam dan daun pandan. Setelah dilumuri areh, pisang kemudian dibakar di atas api. Dipanggang berkali-kali, sekurang-kurangnya 5 kali setelah dilumuri areh. Pisang panggang yang dilumuri areh, prawan kenes, adalah makanan kesukaan Sri Sultan HB VII. Resep: Bahan 10 buah pisang raja 100 ml santan kental 4 lembar daun pandan 40 gram gula merah tusuk sate panjang dari bambu garam secukupnya Cara membuat Panas...
Entah bagaimana riwayatnya mengapa makanan yang terbuat dari ketan yang ditanak kemudian dicetak di atas nampan dan diatur agar padat dan datar lalu di atasnya dituangi campuran tepung maizena berwarna cokelat gula karamel hingga terasa manis disebut joko brengos. Makanan ini merupakan akulturasi kuliner Jawa dan Belanda. Ketannya adalah Jawa, sedangkan lapisan di atas ketan yang berwarna cokelat bercita rasa karamel manis adalah bagian dari kuliner Belanda. Perpaduan antara ketan yang gurih dan jendalan maizena yang manis berwarna cokelat dengan cita rasa karamel adalah perpaduan yang harmonis. Makanan ini adalah kesukaan KGPAA Mangkubumi seorang pangeran yang terkenal kaya, sukses berwirausaha dan piawai mengelola berbagai usaha di Yogyakarta pada jamannya yaitu pada jaman awal abad ke-19. Joko Brengos yang disingkat kongos ini tidak terlalu populer di kalangan masyarakat di luar Keraton. Di kalangan para bangsawan makanan ini sering sekali menjadi suguhan dalam berbagai e...
Bajingan merupakan olahan ketela pohon yang dinamai masyarakat Jogja. Bajingan adalah ketela pohon yang dikerat sebesar ukuran pas untuk masuk ke mulut kemudian direbus, setelah agak matang airnya ditambah dengan gula merah serta pandan. Begitu ketela itu masak dan empuk, kuahnya setengah mengental, api dimatikan dan setelah dingin. Saat menyantapnya bisa tambahkan sedikit garam. Selain di Jogja, bajingan merupakan salah satu makanan khas yang ada di Magelang. Biasanya makanan ini masih bisa ditemui di daerah Salaman, Borobudur, Pakis, Ngluwar, Srumbung. Harga ketela Rp 2000,- per kg nya. Kalau gula Jawa asli sekitar Rp 13.000,- an. Sumber: Murdijati Gardjiton Dkk. 2017. Kuliner Yogyakarta: Pantas Dikenang Sepanjang Masa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. http://wisatamagelang.com/benar-benar-bajingan-makanan-ini/