|
|
|
|
Enthung Goreng Tanggal 01 Aug 2017 oleh Oase . |
Sejak lama, masyarakat Gunung Kidul memang terkenal akan pola kulinernya yang unik dan kreatif. Kehidupan yang cukup sulit di perbukitan karst membuat mereka harus pintar-pintar memanfaatkan sumber daya di sekitarnya. Lihat saja tiwul, gatot, atau belalang goreng yang merupakan makanan asli Gunungkidul, dikonsumsi sebagai pengganti sumber karbohidrat pada saat musim paceklik. Kekurangan asupan protein dari hewan ternak pun diatasi dengan gaya hidup entomophagy alias memakan serangga, termasuk belalang dan ulat jati.
Ulat jati memang tidak sepopuler belalang goreng yang umum dijumpai di Gunung Kidul. Larva dari ngengat Hyblaea purea ini hanya muncul pada awal musim penghujan, ketika daun-daun jati yang meranggas mulai tumbuh kembali. Pada saat inilah masyarakat Gunung Kidul ramai-ramai datang ke kebun jati untuk mengumpulkan larva dan pupa ngengat ini. Musim ulat jati pun berakhir ketika para larva ini selesai bermetamorfosis menjadi ngengat, hanya sekitar beberapa minggu sejak ledakan populasi dimulai.
Ulat jati hanya bisa ditemukan di beberapa warung dan tempat makan tertentu, seperti di Lesehan Pari Gogo di Wonosari.
Ulat dan kepompong yang baru diambil dari pohon akan dibersihkan bulunya dan dikukus untuk menghilangkan racun di kulitnya. Setelah matang, ulat bisa disimpan atau langsung digoreng dengan bumbu bacem, bumbu balado, dan berbagai bumbu lain untuk dimakan sebagai lauk atau camilan.
Begitu memasuki mulut, rasa renyah dari eksoskeleton si ulat terasa mendominasi, rasa renyah ini digantikan rasa asin dan gurih dari bagian dalam tubuh si ulat, mirip seperti rasa udang.
Kebiasaan mengonsumsi satwa yang tidak lazim ini bermula dari masa gaber (krisis ekonomi dan musim paceklik di tahun 1960-an). Karena bahan makanan sangat mahal dan sulit didapat, masyarakat Gunung Kidul pun beradaptasi dengan alternatif makanan lain yang bisa ditemukan, termasuk belalang dan ulat jati sebagai alternatif protein pengganti daging. Karena rasanya yang cukup lezat, kebiasaan ini pun diwariskan secara turun-menurun sebagai suatu kearifan lokal yang berharga.
Biasanya, orang yang alergi terhadap makanan laut (udang, kepiting, cumi-cumi dan lain-lain) bisa mengalami reaksi alergi yang sama ketika memakan ulat jati. Hal ini disebabkan oleh kehadiran kelompok protein tropomyosin tertentu yang ada di jaringan tubuh si ulat dan beberapa satwa lain. Untuk mengatasinya cobanya tunggu reaksi sekitar 10 menit lalu coba sedikit lagi. Kalau sampai 30 menit tidak ada reaksi silahkan makan sepuasnya, tapi jangan banyak-banyak karena reaksi alerginya bermacam-macam.
Setiap 100 gram ulat kering mengandung protein hingga 68 gram; lebih tinggi dari kandungan protein daging sapi yang hanya 26 gram. Kandungan lemak yang dimiliki ulat juga lebih rendah daripada sapi, hanya sekitar 5.6 gram per 100 gram ulat kering (kandungan lemak sapi mencapai 15 gram/100 gram daging sapi). Selain nutrisi yang tinggi, ulat jati juga memiliki produktivitas yang lebih tinggi dengan carbon footprint yang rendah, sehingga lebih ramah lingkungan.
Sumber:
https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-culinary/ungkrung/
http://www.hipwee.com/travel/6-sajian-kuliner-tak-biasa-yang-bisa-kamu-cicipi-ketika-blusukan-ke-jogja/
http://daftarwisatajogja.blogspot.co.id/2016/06/daftar-kuliner-makanan-aneh-dari.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |