Watu Gajah ( batu Gajah ), begitulah warga Tuban menyebut sekumpulan batu besar yang berada di tengah ladang yang ditanami jagung dan kacang ini. Sesuai dengan namanya, bebarapa bongkahan batu itu jika dilihat secara sepintas memang bentuknya mirip dengan sosok gajah. Selain bentuknya yang cukup unik, Watu gajah itu juga mempunyai sisi lain berupa kisah yang menarik dan berkembang di masyarakat sekitar yaitu tentang legenda Watu Gajah. Lokasi Watu Gajah berada di desa Bejagung Kecamatan Semanding, tak jauh dari Jalan Raya Semanding menuju wisata Pemandian Bektiharjo. Nama Watu gajah yang berarti Batu Gajah itu karena bila dicermati secara sepintas , beberapa bongkah batu besar itu bentuknya memang seperti gajah dengan berbagai posisi dan pose. Ada yang menelungkup, berdir...
Watu Gajah ( batu Gajah ), begitulah warga Tuban menyebut sekumpulan batu besar yang berada di tengah ladang yang ditanami jagung dan kacang ini. Sesuai dengan namanya, bebarapa bongkahan batu itu jika dilihat secara sepintas memang bentuknya mirip dengan sosok gajah. Selain bentuknya yang cukup unik, Watu gajah itu juga mempunyai sisi lain berupa kisah yang menarik dan berkembang di masyarakat sekitar yaitu tentang legenda Watu Gajah. Lokasi Watu Gajah berada di desa Bejagung Kecamatan Semanding, tak jauh dari Jalan Raya Semanding menuju wisata Pemandian Bektiharjo. Nama Watu gajah yang berarti Batu Gajah itu karena bila dicermati secara sepintas , beberapa bongkah batu besar itu bentuknya memang seperti gajah dengan berbagai posisi dan pose. Ada yang menelungkup, berdiri, rebahan dan sebagainya. Seolah lengkap dengan mata , telinga dan belalai. Batu-batu yang berwarna hitam itu sendiri letaknya saling berdekatan....
Dinamakan Tuban. Dulunya Tuban bernama Kambang Putih Sudah sejak abad ke-11 sampai 15 dalam berita-berita para penulis China (pada jaman dinasti Song Selatan 1127-1279 dan dinasti Yuan (Mongol) 1271-1368 sampai jaman dinasti Ming th.1368-1644 5) Tuban disebut sebagai salah satu kota pelabuhan utama di pantai Utara Jawa yang kaya dan banyak penduduk Tionghoanya. Orang Cina menyebut Tuban dengan nama Duban atau nama lainnya adalah Chumin. Pasukan Cina-Mongolia (tentara Tatar), yang pada th. 1292 datang menyerang Jawa bagian Timur (kejadian yang menyebabkan berdirinya kerajaan Majapahit) mendarat di pantai Tuban. Dari sana pulalah sisa-sisa tentaranya kemudian meninggalkan P.Jawa untuk kembali ke negaranya6 (Graaf, 1985:164). Tapi sejak abad ke 15 dan 16 kapal-kapal dagang yang berukuran sedang saja sudah terpaksa membuang sauh di laut yang cukup jauh dari garis pantai. Sesudah abad ke 16 itu memang pantai Tuban menjadi dangkal oleh endapan lumpur. Keadaan geografis seperti ini...
Air Terjun Nglirip atau dikenal dengan nama Grajagan Nglirip oleh masyarakat sekitar memiliki ketinggian kira-kira 30 meter dan lebar 28 meter dengan air yang jernih mengalir begitu derasnya. Dibalik air terjun juga akan ditemui sebuah goa yang cukup besar yang konon sering dipakai semedi untuk mencari ilmu. Sumber mata air air terjun ini berasal dari beberapa sumber air di daerah Hutan Krawak yang berjarak sekitar 3 km dari lokasi dan menyatu di sebuah bangunan dam yang berada di atas air terjun. Legenda Nglirip berawal dari pertemuan salah satu Adipati Tuban di zaman sebelum kerajaan Majapahit. Kala itu sang adipati terpesona melihat kecantikan perawan desa anak dari tokoh sakti di desa tersebut. Perawan tersebut akhirnya dipinang dan dijadikan istri kesekian dari Adipati. Meski menjadi istri adipati hingga memiliki anak perawan, ia tak mau diboyong ke pendopo kadipaten. Sang anak tersebut, belakangan memiliki kekasih dari rakyat jelata. Tapi, hubungan asmara...
Terlepas dari benar atau tidaknya cerita yang berkembang, mitos atau legenda di beberapa tempat wisata Indonesia menjadi daya tarik tersendiri untuk dinikmati. Salah satunya adalah keberadaan gua yang paling tersohor di Tuban, Gua Ngerong. Bahwa karena masyarakat sekitar telah memercayai adanya mitos ratusan ikan di sungai yang menuju ke gua dipelihara oleh danyang Desa Rengel, maka apabila memakannya bisa dipastikan akan mengalami malapetaka berujung kematian. Wilayah Rengel, Tuban Rengel adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur yang dipisahkan Bengawan Solo dan berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro. Asal Mula Nama Rengel Sesuai dengan kontur atau kondisi daerahnya yang bertebing dan agak susah dijangkau, nama Rengel berasal dari kata ereng-ereng (tebing) dan angel (susah). Akan tetapi meskipun tandus, daera ini merupakan penghasil tambang batu kapur yang terke...
Sri Huning adalah seorang putri di Kadipaten Tuban. Memiliki dua orang kakak, Raden Wiratmoyo dan Raden Wiratmoko. Nah, Sri Huning dan R Wiratmoyo ini sebenarnya saling mencintai, namun berusaha mengabaikan perasaan tersebut karena mereka tahu kalau mereka itu adik dan kakak . Akan tetapi, pada suatu hari Ibunda Wiratmoyo menceritakan pada putranya, bahwa sebenarnya Sri Huning itu anak angkat, ayah Sri Huning adalah pejuang kadip aten yang gugur bersama Adipati Ranggalawe (yang notabene adalah kakek dari Wiratmoyo) pada saat terjadi pertikaian politik nan berdarah di kalangan interen Majapahit, sehingga Sri Huning cilik yang belum mengerti apa-apa lantas diasuh oleh keluarga kadipaten. Wiratmoyo pastinya amat sangat bahagia mendengar cerita tersebut, dan menceritakannya kembali pada Sri Huning. Mereka lantas bergegas menemui ayahanda mereka, sang Adipati Tuban. Namun, sayang sekali mereka terlambat. Adipati yang belum mengetahui perasaan mereka terlanjur meminang putri...
Pada wilayah administrasi Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban terdapat salah satu desa yang ditumbuhi pohon tua besar, lalu di bawahnya mengalir sumber air alami. Orang-orang sekitar kemudian menjadi tergantung akan air yang melimpah tidak kenal musim tersebut. Pada waktu lampau yang tidak diketahui tahunnya, berkembang cerita tumbuh di tengah masyarakat. Cerita bertitik tumpu pada derma atau kebaikan Mbah Bibit pada Sri Panganti yang dikisahkan turun-temurun yang kelak disebut Maibit. Sementara cerita terus berkembang, bahkan beberapa versi. Cerita yang bertahan, yang disampaikan dari mulut ke mulut atau folklor yang kerap dikenal masyarakat yakni kebaikan atau derma yang dari Mbah Bibit kepada perempuan bernama Sri Panganti. "Mbah Bibit adalah salah satu tokoh yang mempunyai kesaktian dan melindungi Sri Panganti dari kejaran orang-orang yang berniat mempersuntingnya," terang juru kunci Sendang, Supardi (61). Sri Panganti diceritakan sebagai salah seorang perempuan ma...
Gua Gembul terletak di Desa Jadi, Kecamatan Semanding, barat daya kota Tuban. Menurut cerita rakyat yang beredar di masyarakat luas, dulu gua itu tempat persembunyian Brandal Lokajaya atau Raden Mas Syahid (kemudian bernama Sunan Kalijaga), putera Bupati Wilatikta Tuban, sewaktu masih gernar bertingkah sebagai seorang penyamun. Cerita lain mengatakan gua itu tempat berkumpul dan bermusyawarah para wali (Wali Songo). Menurut keterangan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bahwa di Gembul dulunya pernah dipakai sebagai tempat berkumpulnya tentara rakyat yang dipimpin Sunan Bonang dengan panglimanya Sayyid Abdurrahman yang terkenal dengan nama Ki Ageng Ganjur (masih leluhur Gus Dur). Ki Ageng Ganjur hidup saat Kerajaan Majapahit akan jatuh. Dulu berkumpulnya di Gembul. Ia diberi nama Ki Ageng Ganjur, konon ia menggunakan “genjur” yaitu sejenis alat gamelan untuk mengomando pasukan. Ki Ageng Ganjur ini ditunjuk sebagai panglima perang Wali Songo sebab ia paling mahir membua...
Bagi Majapahit (1284-1478), Tuban merupakan kota pelabuhan dagang yang cukup penting. Saat itu masa akhir kerajaan Majapahit dan yang menjadi Raja adalah Brawijaya V. Ada sebuah kisah seorang putra dari Adipati Tuban, Raden Mahmud Syahid atau dikenal dengan Raden Syahid, kurang lebih 1450 M. Ayahnya yang seorang adipati Tuban bernama Raden Sahur alias Aya Wilwatikta, masih keturunan dari Ranggalawe, Adipati Tuban yang pertama. Ibundanya bernama Dewi Nawangrum. Sejak kecil Raden Syahid ini sudah terlihat menjadi anak yang cerdas, pandangan matanya tajam, nalurinya kuat dan kemauannya keras. Ia adalah putra adipati yang disegani di seluruh Tuban. Keluarganya pun termasuk keluarga yang saleh dan pemeluk Islam yang taat. Hampir setiap malam, ba’da isya, Raden Syahid beserta kawan-kawannya tekun mempelajari Islam. Mereka belajar membaca Al-Quran. Kiyai Ahmad, guru mengaji Raden Syahid. Guru mengajinya sangat kagum k...