Ratu Dipugung atau Ratu Galuh mempunyai dua orang anak laki-laki. Anak pertema bernama Seginder Alam dang yang kedua bernama Gayung Gerunggung. Seginder Alam mempunyai seorang anak gadis yang bernama Putri Sinar Kaca, sedangkan Gayung Gerunggung juga mempunai seorang anak gadis yang bernama Putri Sinar Alam. Kala itu datanglah Sultan Banten ke Lampung, ia melihat cahaya terang yang memenacar dari bumi ke langit. Sultan mendapat firasat bahwa di Pugung ada seorang putri yang dapat mengakibatkan hal baik jika menikah dengannya. Ratu Dipugung menunjukkan cucunya yaitu putri Seginder Alam yang tak lain adalah Putri Sinar Kaca. Dan kemudian Sultan pun menikahi Putri Sinar Kaca. Beberapa lama setelah Sultan menikahi Putri Sinar Kaca, Sultan memutuskan untuk kembali sementara ke Banten tanpa Putri Sinar Kaca. Belum lama Sultan berada di Banten, ia melihat kembali cahaya terang yang memenacar dari bumi ke langit seperti yang ia lihat sebelum menikahi Putri Sinar Kaca. Sang S...
Selat Bali adalah sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali. Menurut cerita, kedua pulau tersebut dulunya merupakan kesatuan daratan, yang kemudian terpisah karena sebuah peristiwa ajaib yang pernah terjadi di daerah itu. Peristiwa apakah yang menyebabkan terjadinya Selat Bali? Ikuti kisahnya dalam cerita Legenda Asal Mula Selat Bali berikut ini! * * * Alkisah, di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur, hiduplah seorang brahamana (pendeta) yang bernama Empu Sidi Mantra. Ia seorang pendeta yang kaya raya dan terkenal sakti mandraguna. Selain itu, ia juga memiliki seorang istri yang cantik jelita dan seorang putra yang gagah dan tanpan bernama Manik Angkeran. Meski demikian, pendeta itu tidak bisa hidup tenang dan bahagia, karena anak semata wayangnya, Manik Angkeran, memiliki sifat tidak terpuji, yaitu gemar berjudi. Ia selalu mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya dan berhutang kepada orang lain ketika kalah berjudi. Hal inilah yang membuat Em...
Hikayat Putri Gading Cempaka berasal dari cerita rakyat daerah Bengkulu Utara. Putri Gading Cempaka adalah anak bungsu dari Raja Ratu Agung. Raja Ratu Agung sendiri berasal dari Kerajaan Majapahit. Berdasarkan cerita, Putri Gading Cempaka merupakan leluhur dari raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Sungai Lemau, Bengkulu Utara. Alkisah pada zaman dahulu, di daerah Bengkulu Tinggi, pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sungai Serut. Ratu Agung, seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit, merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Sungai Serut. Konon, ia merupakan penjelmaan dewa dari Gunung Bungkuk yang bertugas mengatur kehidupan di bumi. Ratu Agung memerintah Kerajaan Sungai Serut dengan arif bijaksana. Ia sangat disegani oleh rakyatnya, meskipun rakyat yang dipimpinnya adalah bangsa Rejang Sawah yang memiliki perawakan tinggi besar. Ratu Agung mempunyai enam orang putra dan seorang putri. Keenam putra Ratu Agung adalah Kelamba Api atau Raden Cili,...
Bengkulu (bahasa Inggris: Bencoolen) adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bengkulu. Provinsi ini terletak di bagian barat daya Pulau Sumatera. Di wilayah Bengkulu pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal. Menurut cerita rakyat Bengkulu, Legenda asal mula nama Bengkulu berawal saat terjadi peperangan antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Serut. Pangkal masalahnya adalah penolakan lamaran Putra Raja Aceh oleh Raja Anak Dalam Muara Bengkulu, Raja Kerajaan Serut. Peperangan terjadi antara kedua kerajaan tersebut dengan hebatnya tanpa ada pihak menang maupun pihak kalah. Alkisah, dahulu kala tersebutlah sebuah kerajaan di Bengkulu bernama Kerajaan Serut yang dipimpin oleh Ratu Agung. Ratu Agung memiliki tuj...
Kisah La Tongko- Tongko berasal dari cerita rakyat Sulawesi Selatan. Ada orang yang sangat bodoh. Namanya La Tongko-Tongko . Dia tinggal bersama ibunya. Suatu hari, La Tongko-Tongko mengatakan kepada ibunya bahwa dia ingin menikah. “Jika Anda ingin menikah, Anda harus mencari gadis terlebih dahulu. Kemudian mintalah dia untuk menikah dengan Anda.” La Tongko-Tongko mendengarkan ibunya. Jadi, dia mulai mencari gadis. Dan saat dia melihat sekeliling, dia bertemu dengan seorang gadis. Dia membawa kentang di tasnya. “Hei, gadis aku ingin menikah, apakah kamu mau jadi istriku?” Gadis itu marah! Dia pikir La Tongko-Tongko mengejeknya. Dia melemparkan kentang ke arahnya. La Tongko-Tongko kabur! Di rumah, La Tongko-Tongko memberitahu ibunya tentang gadis yang ditemuinya hari ini. “Oh, kamu sangat bodoh La Tongko-Tongko kamu bisa meminta gadis untuk menikah seperti itu kamu dan dia harus saling mencintai, maka kamu bisa menikah,” je...
Kota Sawahlunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini, dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto memiliki luas 273,45 km² yang terdiri dari 4 kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia Belanda, kota Sawalunto dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan batu bara dihentikan. Saat ini kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua yang multi etnik, sehingga menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia. Di kota yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagian telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan mencanangkan Sawahlunto menjadi “Kota Wisata Tambang yang Berbudaya” Berikut Legenda Asal...
Desa Trunyan, Desa Kedisan , dan Desa Abang Dukuh merupakan desa yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali . Keberadaan nama ketiga desa tersebut terkait dengan pengembaraan empat orang putra Raja Surakarta ke Bali untuk mencari bau harum yang menyengat. Berikut kisahnya dalam cerita Legenda Asal Mula Desa Trunyan, Kedisan, dan Abang Dukuh . * * * Alkisah, Raja Solo yang bertahta di Keraton Surakarta mempunyai empat orang anak, tiga anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang paling bungsu. Suatu hari, tiba-tiba mereka mencium bau harum yang sangat menyengat. “Hai, bau harum apa itu?” tanya Pangeran Sulung, “Apakah kalian menciumnya juga? “Iya, Kanda. Bau harum itu amat menyengat,” jawab ketiga adiknya serentak. Keempat bersaudara itu pun mencari sumber bau harum yang menyengat tersebut. “Sepertinya bau harum itu bera...
Gunung Wurung adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Bentuk gunung ini cukup unik, karena tingginya hanya berkisar 80 meter dan tidak memiliki puncak tertinggi. Menurut masyarakat setempat, gunung ini dibuat oleh para dewa dari Kahyangan. Namun, mereka telah menghentikan pekerjaannya sebelum gunung itu selesai dibuat. Mengapa para dewa tidak menyelesaikan pembuatan gunung itu hingga tuntas? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Legenda Gunung Wurung berikut ini. * * * Alkisah, di sebuah daerah (yang sekarang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Karangsambung), terdapat sebuah perkampungan kecil yang wilayahnya terdiri dari hamparan tanah datar. Tak satu pun gundukan tanah atau perbukitan yang terlihat di sekitarnya. Di suatu malam yang sunyi senyap, para sesepuh kampung tampak sedang berdoa kepada para dewa di Kahyangan. Dengan penuh khusyuk, mereka memohon agar dibuatkan sebuah gunung di dekat tempat tinggal mere...
Karang Nini dan Bale Kambang adalah sebuah cerita rakyat yang telah melegenda di kalangan masyarakat Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Keberadaan sepasang batu karang yang biasa disebut Karang Nini dan Bale Kambang di sekitar Pantai Karang Nini merupakan bukti dari cerita legenda ini. Bagaimana kisah kedua batu karang di pantai tersebut? Ikuti kisahnya dalam cerita Legenda Karang Nini dan Bale Kambang berikut ini! * * * Di Desa Karangtunjang atau yang kini bernama Desa Emplak, Jawa Barat, hiduplah sepasang suami istri bernama Aki[1] Ambu Kolot dan Nini[2] Arga Piara. Sudah puluhan tahun mereka menikah, namun belum juga dikaruniai momongan. Meskipun demikian, pasangan suami istri tersebut senantiasa hidup rukun dan damai. Mereka saling menyayangi satu sama lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, Aki Ambu Kolot setiap hari menjelang malam pergi ke laut memancing ikan dan baru pulang pada esok harinya. Hasil tangkapannya dijual ke pasa...