Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Bengkulu Bengkulu Utara
Hikayat Putri Gading Cempaka
- 17 Mei 2018

Hikayat Putri Gading Cempaka berasal dari cerita rakyat daerah Bengkulu Utara. Putri Gading Cempaka adalah anak bungsu dari Raja Ratu Agung. Raja Ratu Agung sendiri berasal dari Kerajaan Majapahit. Berdasarkan cerita, Putri Gading Cempaka merupakan leluhur dari raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Sungai Lemau, Bengkulu Utara.

Alkisah pada zaman dahulu, di daerah Bengkulu Tinggi, pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sungai Serut. Ratu Agung, seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit, merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Sungai Serut. Konon, ia merupakan penjelmaan dewa dari Gunung Bungkuk yang bertugas mengatur kehidupan di bumi.

Ratu Agung memerintah Kerajaan Sungai Serut dengan arif bijaksana. Ia sangat disegani oleh rakyatnya, meskipun rakyat yang dipimpinnya adalah bangsa Rejang Sawah yang memiliki perawakan tinggi besar.

Ratu Agung mempunyai enam orang putra dan seorang putri. Keenam putra Ratu Agung adalah Kelamba Api atau Raden Cili, Manuk Mincur, Lemang Batu, Tajuk Rompong, Rindang Papan, Anak Dalam, dan yang paling bungsu adalah seorang putri bernama Putri Gading Cempaka.

Menurut cerita, kerajaan Sungai Serut menjadi terkenal hingga ke berbagai negeri bukan saja karena kepemimpinan Ratu Agung, tetapi juga oleh kecantikan Putri Gading Cempaka. Meski usia Putri Gading Cempaka baru beranjak remaja, namun kecantikan wajahnya sudah terlihat nampak mempesona bagai bidadari. Sudah banyak pangeran datang untuk meminangnya, namun Ratu Agung menolak semuanya karena sang Putri masih belum cukup umur.

Raja Ratu Agung Wafat
Seiring berjalannya waktu, Putri Gading Cempaka tumbuh menjadi gadis dewasa. Demikian pula Ratu Agung yang kian menua usianya. Suatu hari, Ratu Agung mengalami sakit keras. Ia mendapat firasat bahwa usianya sudah tidak akan lama lagi. Maka, sang Raja pun mengumpulkan ketujuh putra-putrinya untuk menyampaikan wasiat kepada mereka.

“Wahai, anak-anakku. Sepertinya Ayahanda takkan lama lagi hidup di dunia. Oleh karenanya, Ayahanda menitipkan dua wasiat kepada kalian,” kata Ratu Agung kepada putra-putrinya.

Mendengar perkataan ayahandanya, wajah putra-putrinya menjadi sedih, terutama Putri Gading Cempaka. Ia tak bisa menahan perasaan sedihnya mendengar ucapan sang Ayah. Perlahan-lahan air matanya pun menetes membasahi pipinya.

“Ayah jangan berkata begitu. Kami tidak ingin kehilangan Ayah.” Putri Gading Cempaka menangis terisak-isak seraya merangkul ayahandanya.

“Putriku tersayang, ajal kita semua ada di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita tidak akan mampu menahan jika ajal telah tiba.” ujar Raja Ratu Agung berusaha menenangkan hati putrinya.

Ayahanda mereka kemudian menyampaikan wasiatnya, “Demi menjunjung tinggi rasa keadilan, kedamaian, dan ketenteraman di negeri ini, Ayah menyerahkan tahta Kerajaan Sungai Serut kepada putraku Anak Dalam. Ayah berharap kalian semua tetap bersatu baik dalam suka maupun duka. Dan seandainya suatu saat nanti Kerajaan Sungai Serut ditimpa musibah besar, Ayah minta kalian menyingkirlah ke Gunung Bungkuk. Kelak di Gunung Bungkuk akan datang seorang raja yang berjodoh dengan anak gadisku tercinta, Putri Gading Cempaka.“

Penyerahan tahta Kerajaan Sungai Serut kepada Anak Dalam dapat diterima oleh putra-putrinya dengan baik. Kelima saudara tuanya sama sekali tidak memiliki rasa iri hati. Bahkan, mereka sangat mendukung dipilihnya Anak Dalam sebagai pewaris tahta.

Beberapa hari kemudian, Raja Ratu Agung menghembuskan nafas terakhirnya. Seluruh negeri pun berduka-cita. Hati Putri Gading Cempaka hancur berkeping-keping tidak rela melepas kepergian ayahandanya. Namun, sang Putri hanya bisa pasrah dan berdoa agar ayahandanya mendapat ketenangan di alam kubur.

Pangeran Anak Dalam Menjadi Raja Kerajaan Sungai Serut
Anak Dalam kemudian dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya. Seperti ayahnya, Raja Anak Dalam adalah seorang pemimpin adil bijaksana. Ia beserta keenam saudaranya senantiasa hidup rukun damai. Dalam waktu singkat, kemasyhurannya pun tersebar ke berbagai negeri. Selain itu, kecantikan Putri Gading Campaka semakin membuat Kerajaan Sungai Serut kian dikenal. Sudah banyak bangsawan maupun pangeran datang meminangnya, namun belum satu pun pinangan yang diterima.

Suatu hari, datanglah seorang putra mahkota dari Kerajaan Aceh bernama Pangeran Raja Muda Aceh hendak meminang Putri Gading Cempaka. Sang Pangeran datang bersama pasukannya menggunakan kapal layar. Setiba di pelabuhan Bangkahulu, sang Pangeran mengutus beberapa penasehatnya ke istana Kerajaan Sungai Serut untuk menyampaikan pinangannya kepada Raja Anak Dalam.

“Mohon ampun, Baginda Raja Anak Dalam. Kami adalah utusan Pangeran Raja Muda Aceh dari Kerajaan Aceh. Saat ini beliau tengah menunggu di atas kapal yang sedang bersandar di dermaga,” kata salah seorang utusan seraya memberi hormat.

“Apa yang bisa saya bantu untuk Pangeran kalian?” tanya Raja Anak Dalam.

“Sebenarnya maksud kedatangan kami ke mari adalah untuk menyampaikan pinangan Pangeran Raja Muda Aceh kepada Putri Gading Cempaka.” jawab sang utusan.

Raja Anak dalam tidak mau mengambil keputusan sendiri. Ia mengajak saudara-saudaranya untuk membicarakan masalah tersebut. Sementara itu, para utusan diminta untuk menunggu sejenak. Tak berapa lama kemudian, mereka pun kembali menemui para utusan Pangeran Raja Muda untuk menyampaikan hasil mufakat yang telah mereka putuskan.

“Maafkan kami, wahai utusan Pangeran Raja Muda Aceh. Kami memutuskan untuk tidak menerima pinangan Pangeran Raja Muda Aceh.” kata Raja Anak Dalam.

Jawaban Raja Anak Dalam membuat para para utusan Pangeran Aceh terkejut. Dengan perasaan kecewa, mereka segera kembali ke dermaga untuk melapor kepada Raja Muda Aceh. Betapa murkanya Pangeran dari Tanah Rencong itu saat mendengar laporan tersebut.

“Sungguh keterlaluan! Mereka berani menolak pinanganku?!” kata Raja Muda Aceh geram.

Perang Antara Kerajaan Aceh Dengan Kerajaan Sungai Serut
Merasa dikecewakan, Pangeran Muda Aceh menjadi marah. Ia lantas menantang Raja Anak Dalam untuk berperang. Perang besar antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Sungai Serut akhirnya tak terhindarkan. Perang akhirnya berlangsung hingga berhari-hari dengan memakan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Perang terus berkecamuk. Mayat-mayat yang sudah berhari-hari bergelimpangan tanpa terurus mulai membusuk. Menurut cerita rakyat, perang ini menjadi asal usul nama Bengkulu.

Raja Anak Dalam beserta seluruh pasukannya merasa sudah tidak tahan lagi dengan peperangan tersebut. Mereka juga sudah tak sanggup menahan bau busuk mayat para prajurit yang telah gugur. Saat itulah, sang Raja teringat pada wasiat ayahandanya.

“Wahai saudara-saudaraku! Sesuai dengan pesan ayahanda bahwa jika Kerajaan Sungai Serut sudah tidak aman, kita disarankan untuk menyingkir ke Gunung Bungkuk,” kata Raja Anak Dalam.

Akhirnya, Raja Anak Dalam beserta keenam saudaranya segera menarik diri menuju Gunung Bungkuk. Sementara itu, Pangeran Raja Muda Aceh bersama pasukannya yang masih hidup kembali ke Tanah Rencong tanpa membawa hasil.

Sepeninggal Raja Anak Dalam Ke Gunung Bungkuk, Kerajaan Sungai Serut menjadi kacau. Mendengar kabar kekosongan kekuasaan di Kerajaan Sungai Serut, datanglah empat bangsawan Lebong Balik Bukit untuk menjadi raja di sana. Namun, setelah berhasil menguasai negeri tersebut, mereka malah saling bertikai karena memperebutkan wilayah kekuasaan. Menurut cerita, pertikaian keempat bangsawan tersebut didamaikan oleh Maharaja Sakti, seorang pengelana dari Kerajaan Pagaruyung. Ia adalah seorang utusan Kerajaan Pagaruyung, kerajaan di Minangkabau yang diperintah oleh Seri Maharaja Diraja.

Akhirnya, keempat bangsawan tersebut segera menghadap Sultan Pagaruyung untuk memohon agar Maharaja Sakti yang adil dan bijaksana itu diangkat menjadi raja di Kerajaan Sungai Serut. Permohonan mereka dikambulkan. Upacara penobatan Maharaja Sakti pun dilaksanakan di balairung Kerajaan Pagaruyung. Sejak saat itu Kerajaan Sungai Serut berganti nama menjadi Kerajaan Bangkahulu.

Maharaja Sakti Menjadi Raja Kerajaan Bangkahulu
Setelah dinobatkan menjadi Raja Bangkahulu, Baginda Maharaja Sakti berangkat menuju ke Bangkahulu, diiringi oleh ratusan pengawal. Keempat bangsawan yang tadinya bertikai juga ikut mengiringi sang Raja. Setiba di sana, upacara penobatan sebagai raja di Kerajaan Bangkahulu pun telah disiapkan. Namun, ketika upacara akan dimulai, tiba-tiba langit berubah menjadi gelap, lalu turunlah hujan sangat deras diiringi angin kencang. Atas kesepakatan bersama, upacara penobatan akhirnya ditunda hingga cuaca kembali cerah. Namun, hingga malam hari, hujan dan badai tak kunjung berhenti.

Malam harinya, Baginda Maharaja Sakti bermimpi melihat seorang bidadari sedang menari-nari di tengah hujan badai. Ajaibnya, tak sedikit pun tubuh sang bidadari basah terkena air hujan. Sang Bidadari kemudian pergi menuju ke Gunung Bungkuk. Keesokan harinya, Baginda Maharaja Sakti menceritakan perihal mimpinya kepada keempat bangsawan. Para bangsawan kemudian meminta seorang peramal untuk menafsirkan mimpi tersebut.

“Ampun, Baginda. Ternyata, bidadari cantik yang ada di dalam mimpi Baginda adalah Putri Gading Cempaka, putri penguasa wilayah ini di masa lalu. Kini, ia tinggal di Gunung Bungkuk bersama keenam saudaranya. Jika Baginda bisa membawa Sang Putri kembali kemari, maka Baginda akan membawa kerajaan ini kembali menjadi sebuah kerajaan yang kuat. Menurut ramalan hamba, Putri Gading Cempaka kelak akan menurunkan raja-raja di negeri ini,” ungkap si peramal.

Mendengar penjelasan si peramal, sang Baginda pun berhasrat meminang Putri Gading Cempaka. Ia lalu mengutus keempat bangsawan beserta beberapa pengawalnya untuk menjemput Putri Gading Cempaka di Gunung Bungkuk. Setiba di sana, mereka menghadap Raja Anak Dalam.

Maharaja Sakti Menikahi Putri Gading Cempaka
“Ampun, Baginda! Kami adalah utusan dari Tuanku Baginda Maharaja Sakti. Beliau adalah penguasa Kerajaan Bangkahulu yang dahulunya merupakan Kerajaan Sungai Serut. Atas titah beliau, hamba diminta untuk menjemput Tuanku Putri Gading Cempaka beserta tuan-tuan sekalian. Baginda Maharaja Sakti bermaksud mengangkat Tuanku Putri Gading Cempaka menjadi permaisuri di Negeri Bangkahulu,” ungkap para utusan.

Raja Anak Dalam bersama saudara-saudaranya pun menerima pinangan Maharaja Sakti sesuai dengan wasiat ayah mereka. Akhirnya, pesta pernikahan Putri Gading Cempaka dengan Maharaja Sakti pun dilangsungkan di Bangkahulu. Pesta berlangsung meriah karena bersamaan dengan upacara penobatan Maharaja Sakti menjadi raja di Negeri Bangkahulu.

Setelah menikah, dibangunlah istana baru yang megah sebagai pusat pemerintahan. Oleh karena letak istana itu berada di Kuala Sungai Lemau, maka kerajaan itu pun berganti nama menjadi Kerajaan Sungai Lemau. Baginda Maharaja Sakti memimpin kerajaan Sungai Lemau dengan arif bijaksana. Ia beserta permaisurinya, Putri Gading Cempaka, hidup bahagia.

Sumber: https://histori.id/hikayat-putri-gading-cempaka/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya