Pada dahulu kala di jaman kerajaan, di sebuah kampung Payangan, Gianyar Pulau Dewata Bali, hiduplah seorang pemuda tampan bernama I Ceker Cipak. Ia tinggal bersama ibunya di sebuah gubuk di pinggir kampung. Ia dan ibunya sangat teguh memegang dan menjalankan dharma (Dharma adalah menjalankan kebenaran atau kewajiban dalam agama Hindu) Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ibu dan anak tersebut mencari kayu bakar dan hasil-hasil hutan lainnya. Hidup merekaserba kekurangan. Oleh karena tidak ingin terus terbelenggu oleh keadaan tersebut, I Ceker Cipak memutuskan untuk berdagang jagung. Ia ingin pergi ke kota untuk membeli jagung untuk direbus dan dijual kembali. “Bu, apakah Ibu mempunyai uang tabungan?” tanya I Ceker Cipak kepada ibunya. “Untuk apa uang itu, Anakku?” ibunya balik bertanya. I Ceker Cipak pun menceritakan niatnya ingin berdagang ke kota. Alangkah bahagianya perasaan sang Ibu mendengar niat baik anaknya itu. &l...
Manik Angkeran adalah putra seorang Brahmana bernama Sidhimantra. Mereka tinggal di Kerajaan Daha, Bali. Waktu itu, Pulau Bali belum terpisah dengan Pulau Jawa. Manik Angkeran adalah anak yang cerdas. Sayangnya, dia mudah dipengaruhi oleh teman-temannya. Dia suka sekali menyabung ayam. Padahal, sudah berulang kali Sidhimantra menasihatinya. Mereka tinggal di Kerajaan Daha, Bali. Waktu itu, Pulau Bali belum terpisah dengan Pulau Jawa. Manik Angkeran adalah anak yang cerdas. Sayangnya, dia mudah dipengaruhi oleh teman-temannya. Dia suka sekali menyabung ayam. Padahal, sudah berulang kali Sidhimantra menasihatinya. Semakin lama, ayamnya semakin sering kalah. Uang Manik Angkeran pun ludes. Dia bahkan harus berhutang untuk membayar kekalahannya. Namun, dia tak pernah kapok. Dia masih ingin terus menyabung ayam. ”Anakku, kau tak akan pernah bisa kaya dari menyabung ayam. Berhentilah selagi belum terlambat,” nasihat Sidhimantra. Namun, Manik Angker...
Keberadaan berbagai paguyuban atau perkumpulan kedaerahan yang banyak tersebar di kota besar di Indonesia tidak terlepas dari kemajemukan bangsa Indonesia. sebagai akibat dari pembangunan di berbagai bidang, seperti transportasi, teknologi dan informasi yang semakin tinggi intensitasnya ternyata mampu memacu perkembangan perkumpulan daerah atau paguyuban sebagai kelompok sosial tertentu dalam masyarakat yang tak terpisah dari kesatuan masyarakat perkotaan setempat. Paguyuban kedaerahan adalah perkumpulan yang anggota-anggotanya berasal dari satu daerah yang sama. Atau dapat juga berdasarkan pada kesamaan etnis. Oleh sebab itu, dalam perkembangannya paguyuban ini pun lebih mengetengahkan fungsi aktif dan peran bagi para anggotanya yang berpatisipasi aktif karena terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ekonomi, sosial, serta jatidiri di dalam suatu kelompok masyarakat yang lebih luas dan heterogen. Dengan demikian, setiap paguyuban setidaknya berusaha menyiasati berbagai hubungan sosial yang...
Ebook Integrasi Budaya Tionghoa Ke Dalam Budaya Bali Sumber: https://profsuli.files.wordpress.com/2011/07/buku-integrasi-budaya-tionghoa.pdf
Jika kalian menonton film bercerita tentang keluarga pastinya kalian akan ketagihan menontonya. Karena film tersebut memang terdapat berbagai unsur yang memang kerap terjadi di keluarga. Penasaran? Yuk baca ulasannya terlebih dahulu dalam situs mallikasarabhai untuk meyakinkan kalian mengenai keseruan film ini.
Dahulu kala, hidup seorang penguasa tertinggi kerajaan langit bernama Batara Guru. Suatu hari ia memerintahkan para dewa dan dewi untuk melakukan kerja bakti guna membangun sebuah istana baru yang lebih megah di Kahyangan. Ia pun mengancam akan memotong tangan dan kaki siapa saja yang malas mengerjakan perintahnya. Dialah Antaboga, seorang dewa ular yang merasa cemas dengan ancaman yang dibuat oleh Batara Guru. Mengetahui kondisi tubuhnya yang tidak memiliki tangan dan kaki, tentu ia akan merasa kesulitan untuk bekerja. Namun, jika ia tidak bekerja, lehernya akan dipenggal. Dihantui rasa takut, ia pun pergi meminta nasihat kepada Batara Narada, yang merupakan saudara Batara Guru. Sesampainya di kediaman milik Batara Narada, ia menyampaikan tentang apa yang membuatnya risau. Mendengar curahan hati Antaboga, Batara Narada justru kebingungan dan tidak memiliki solusi. Kemudian Antaboga menangis meratapi nasib buruk yang harus menimpa dirinya. Tak disangka, tetesan air matanya berubah...
Suatu hari, ada seorang nenek tua yang sangat miskin. Ia tidak memiliki apa-apa selain pakaian lusuh yang melekat di tubuhnya. Setiap harinya, wanita tua tersebut hanya berkerja mencari kayu dan daun-daunan di hutan untuk ditukarkan dengan makanan. Pada saat musim kemarau, terjadi kekeringan di sungai-sungai. Sehingga sungai menjadi kering dan kekurangan air. Suatu hari nenek tua itu pergi ke hutan dan ia sampai ke salah satu sungai di sana. Di sungai itu tidak terdapat banyak air dan banyak ikan gabus yang sulit bernapas karena kekurangan air. Nenek itu sangat senang saat ia menemukan banyak ikan gabus di dalam sungai. Ia berpikir bahwa ia dapat membawa pulang beberapa ikan gabus itu, dan menyantapnya nanti, dan sisa nya dapat ia jual. Tidak lama setelah berpikir demikian, ia berjongkok di tepi sungai itu dan memperhatikan ikan-ikan gabus itu. Lama-lama wanita itu berubah pikiran, katanya “Kasihan sekali ikan-ikan ini, tidak bisa menyelamatkan diri nya sendiri”. Karena perubahan...
https://id.wikipedia.org/wiki/Sakuntala Sakuntala शकुन्तला Lukisan Sakuntala karya Raja Ravi Varma (1901). Lukisan Sakuntala karya Raja Ravi Varma (1901). Tokoh Mahabharata dan Purana Nama Sakuntala Ejaan Dewanagari शकुन्तला Ejaan IAST Śākuntalā Kitab referensi Mahabharata, Purana Kediaman Asrama Resi Kanwa, lalu pindah ke Hastinapura Dinasti Kuru Ayah Wiswamitra Ibu Menaka Suami Duswanta Anak Bharata Sakuntala (Dewanagari: शकुन्तला; IAST: Śākuntalā), dalam mitologi Hindu, adalah nama permaisuri Raja Duswanta, leluhur Pandawa dan Korawa dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan Ibu dari Raja Bharata yang menurunkan keluarga Bharata. Ia juga merupakan anak angkat Bagawan Kanwa. Konon Ibu kandungnya adalah bidadari Menaka dari kahyangan.