Suatu hari, ada seorang nenek tua yang sangat miskin. Ia tidak memiliki apa-apa selain pakaian lusuh yang melekat di tubuhnya. Setiap harinya, wanita tua tersebut hanya berkerja mencari kayu dan daun-daunan di hutan untuk ditukarkan dengan makanan.
Pada saat musim kemarau, terjadi kekeringan di sungai-sungai. Sehingga sungai menjadi kering dan kekurangan air. Suatu hari nenek tua itu pergi ke hutan dan ia sampai ke salah satu sungai di sana. Di sungai itu tidak terdapat banyak air dan banyak ikan gabus yang sulit bernapas karena kekurangan air.
Nenek itu sangat senang saat ia menemukan banyak ikan gabus di dalam sungai. Ia berpikir bahwa ia dapat membawa pulang beberapa ikan gabus itu, dan menyantapnya nanti, dan sisa nya dapat ia jual. Tidak lama setelah berpikir demikian, ia berjongkok di tepi sungai itu dan memperhatikan ikan-ikan gabus itu. Lama-lama wanita itu berubah pikiran, katanya “Kasihan sekali ikan-ikan ini, tidak bisa menyelamatkan diri nya sendiri”. Karena perubahan pikirannya ia tidak jadi mengambil ikan-ikan itu.
Saat sedang memandang ikan-ikan itu, tiba-tiba muncul ikan gabus yang besar yang dapat berbicara seperti layaknya manusia. Ikan itu berkata “Ya Tuhan, berilah kami hujan!”. Tak lama setelah itu, turunlah hujan yang sangat lebat. Air sungai semakin naik dan ikan-ikan berenang dengan lincah dan gembira. Nenek itu juga ikut berteduh di bawah pohon.
https://www.dictio.id/t/ikan-gabus-dan-nenek-tua/146655
Saat perjalanan pulang, ia memikirkan apa yang barusan terjadi. Ia berpikir jika ia meminta uang kepada Tuhan sama seperti ikan gabus yang meminta hujan, mungkin Tuhan juga akan memberikannya.
Sesampainya nenek tua itu di rumah, ia langsung duduk sambil mengadah dan berseru sangat keras, ia berseru “Ya Tuhan, berilah hamba mu ini uang!” Nenek itu terus berseru dan berdoa sampai malam. Wanita itu berseru sangat keras sampai tetangga nya yang kaya raya terganggu. Tetangga nya itu akhirnya menegur nenek miskin itu, “Hai wanita tua! Ini sudah malam, jangan ganggu orang yang sedang tidur! Tuhan tidak akan memberikan mu uang. Teruslah mencari kayu dan dedaunan di hutan. Itu memang sudah jalan mu!” Nenek tua tidak menghiraukan tetangga nya dan terus berdoa kepada Tuhan.
Karena kesal orang kaya itu mengambil karung dan memasukkan pecahan genting dan kaca ke dalamnya. Setelah itu, ia naik ke atas rumah nenek tua dan menjatuhkan karung berisi pecahan kaca dan genting itu tepat mengenai tubuh nenek tua. Setelah ia menjatuhkan karung itu, ia turun dan mengintip keadaan nenek. Nenek itu ternyata pingsan. Tidak lama nenek itu bangun, lalu memeluk karung itu dan membuka nya. Nenek itu sangat kaget melihat banyak uang dan emas di dalam karung. Ternyata, pecahan kaca dan genting berubah menjadi uang dan emas. Nenek tua menjadi kaya raya, melebihi tetangga nya.
Tetangga yang kaya itu iri dengan kekayaan nenek, sehingga ia meminta pelayannya agar tengah malam nanti menjatuhkan dua karung berisi pecahan kaca dan genting. Saat tengah malam tiba, orang kaya itu berseru-seru dengan keras seperti nenek tua kemarin. Tak lama ia berseru-seru, pelayannya segera menjatuhkan dua karung tepat mengenai badannya, sehingga dia pingsan agak lama. Setelah ia sadar, ia memeluk karung itu dengan tangan yang terluka dan patah. Saat membuka kedua karung, dan ia sangat kaget dan kecewa melihat pecahan genting dan kaca yang berada di dalam kedua karung tidak berubah menjadi uang atau emas. Perlahan harta tetangga yang jahat itu habis untuk berobat. Namun tangan nya tak kunjung sembuh. Ia tak lagi bisa berkerja dan akhirnya jatuh miskin.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja