Bagi suku Mentawai wanita yang cantik harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, telinganya yang panjang. Kedua, tubuhnya dihiasi titi atau tato. Ketiga, giginya yang runcing. Tradisi untuk meruncingkan gigi ini diyakini akan menambah kecantikan sang wanita.
Secara umum, adat perkawinan orang Dayak Kanayant dimulai dengan pinangan dan diakhiri dengan membongkar tengkalang (barang bawaan). Adat perkawinan suku Dayak Kanayant melarang perkawinan dua orang yang masih terikat keluarga. Pelaksanaan upacara dipusatkan di rumah pengantin perempuan. Meskipun demikian, di rumah pengantin laki-laki biasanya juga digelar upacara sederhana bersama kerabat. Peralatan dan bahan upacara perkawinan adat Dayak Kanayant tergantung pada model perkawinan yang akan digelar. Berikut adalah tahapan pelaksanaan upacara perkawinan tersebut. Tunang. Pada tahap ini, orang tua mempelai laki-laki meminta kepada orang tua perempuan untuk meminang anaknya. Pada umumnya, lamaran ini akan diterima. Saat ini, sistem tunangan ini masih dilakukan meskipun sebenarnya antara kedua calon sudah saling mengenal dan bersepakat untuk menikah. Dalam konteks ini, tunang dilakukan untuk menghormati adat. Bisik Gumii. Tahap ini adalah tahap saat orang tua laki-laki mem...
Faradje’ berdasarkan bahasa budaya Istana Surya Negara merupakan suatu acara perpaduan antara agama, adat istiadat, seni budaya dan tatanan pemerintahan Islam. Adat ini merupakan ritual sakral turun-temurun yang tetap terjaga dan dilaksanakan sepanjang tahun di lingkungan Kerajaan Surya Negara, maupun di setiap kampung seluruh wilayah Kabupaten Sanggau. Faradje’ merupakan budaya dari nenek moyang Melayu Muara Kantu’ yang harus dilestarikan sebagai wujud menjalankan amanah dari nenek moyang, yang khawatir akan tergeser oleh perkembangan zaman. Faradje’ dilakukan bukan dalam rangka bersenang-senang semata, namun untuk membersihkan negeri di Kabupaten Sanggau dari mara bahaya dan malapetaka terhadap berbagai macam musibah dan penyakit atau bencana alam. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini diawali dengan pawai Faradje’ mengelilingi Kota Sanggau dengan lantunan asma Allah SWT. Festival tersebut turut mengundang petinggipetinggi yang ada di Sanggau. Selain...
Naik dango merupakan warisan nenek moyang masyarakat dayak yang merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan yang disebut “Jubata”. Naik dango dilatarbelakangi oleh tradisi leluhur Dayak Kanayatn yang sebagian besar bekerja sebagai petani padi. Bagi masyarakat petani, padi sangat disayangi dan dihormati, bahkan dalam istilah lokal padi harus ditimang sebagaimana layaknya orang tua kepada bayi. Padi sudah dianggap memiliki nyawa selayaknya manusia. Wujud ini dapat kita saksikan dengan kegiatan menimang padi dalam upacara adat naik dango yang disebut sebagai “niduratn padi”. Kegiatan ini dimaksudkan agar padi yang dianggap sebagai “orang tua” dapat berisrirahat dengan tenang dan tidur dengan nyenyak di dalam dango. Padi yang disimpan didalam dango itu tidak boleh sembarangan diambil sebelum diadakan upacara adat. Oleh karena itu, untuk memenuhi keperluan makan sehari-hari sebelum tiba saatnya upacara adat naik dango, maka pada saat muat langko tidak s...
Mani’ kembang setaman merupakan salah satu budaya masyarakat Melayu di Kabupaten Melawi. Tradisi atau budaya ini dilaksanakan untuk mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan pesta perkawinan Bujang Dara. Mani’ kembang setaman dilaksanakan pada hari ke 3 (tiga) pada pesta perkawinan tersebut. Pada malam hari sebelum dilaksanakan Prosesi Mani’ kembang setaman, tuan rumah mengundang sanak keluarga atau undangan lainnya. Setelah para undangan hadir lalu dilaksanakan pembacaan Kitab Albarzanzi (Maulud) secara bergantian, sementara kedua Pengantin duduk berbaur bersama undangan. Di tengah Majelis diletakkan satu wadah berupa pasu, namun sekarang pasu sering diganti dengan ember. Ember yang berisi air tersebut kemudian diisi pula berbagai jenis bunga. Selanjutnya di sekeliling ember dihiasi dengan janur. Air bunga inilah yang akan digunakan untuk prosesi pada keesokan harinya. Singkatnya, dengan melalui beberapa prosesi, seperti pembacaan surat Albarzanzi (Maulud), da...
Gawai Dayak merupakan perayaan yang dilakukan Suku Dayak sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah ruah. Dalam perayaan ini, Suku Dayak juga memohon agar panen berikutnya juga melimpah. Dalam upacara festival Gawai Dayak, masyarakat Suku Dayak mengadakan ngampar bide atau menggelar tikar terlebih dahulu. Upacara khusus yang hanya dilakukan menjelang festival ini dilakukan di rumah Betang Panjang, yaitu rumah adat Suku Dayak. Ngampar bide melibatkan para tokoh Suku Dayak yang bertanggungjawab terhadap keberlangsungan upacara. Tujuan dari upacara ini adalah memohon agar festival Gawai Dayak berlangsung dengan lancar dan diberi kemudahan. Dalam upacara ini, terdapat berbagai prosesi acara yang harus dijalani yang pertama yaitu prosesi Nyangahathn mantra : Pada prosesi ini, tetua suku membacakan mantra sebelum semua sesaji disiapkan dan diberikan kepada Jubata (Tuhan). Sesaji yang digunakan pada prosesi ini merupakan bahan mentah (manta). Prosesi ini terbagi menj...
Balale merupakan tradisi yang hidup dan berkembang seiring sejalan dengan tradisi perladangan di masyarakat Dayak Kanayatn. Balale merupakan sebuah istilah untuk kegiatan gotong royong atau kerja sama yang dikenal pada masyarakat Dayak Kanayatn di Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak (dulu Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Secara khusus, tradisi ini berlaku dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan perladangan, misalnya dalam pembukaan dan pembersihan lahan perladangan, penanaman benih padi (menugal), dan pemanenan padi. Dalam pelaksaannya, para peladang membentuk kelompok-kelompok kerja (lale'an) melalui musyawarah. Setiap satu kelompok kerja diketuai oleh Tuha Tahun, yang berfungsi mengkoordinir kelompoknya dan menjadi penghubung ke Tumenggung (Kepala Adat). Masing-masing anggota dalam sebuah kelompok kerja secara bergantian akan saling membantu meringankan beban kerja anggota kelompok yang lain. Balale? ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial horisontal antar-indiv...
Upacara Ngantar Jung ini adalah upacara yang dilakukan oleh sub suku Melayu Sambas yang bermukim di Kecamatan Paloh dan Kecamatan Teluk Keramat. Upacara ini pada mulanya dilakukan sebagai ritual pengobatan wabah penyakit yang melanda kampung. Dalam upacara ini dilakukan pelepasan jung atau sampan yang dilengkapi dengan layar dan sesajen didalamnya, karena diyakini dengan melepaskan jung ini maka wabah yang melanda kampung tersebut hilang. Nilai yang terkandung dalam upacara ini adalah sebagai wujud pengakuan manusia terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Keterbatasan dan ketidak mampuan manusia terbukti dengan adanya berbagai cobaan yang diyakini ditimpakan oleh Tuhan akibat dari kelalaian manusia itu sendiri.
Kecamatan Sambas merupakan wilayah yang luas dan terkenal dengan kekayaan budaya seperti cerita rakyat. Cerita rakyat, termasuk dongeng yang berhasil direkam dari para informan, dalam penulisannya sudah mengalami editing, baik gaya bahasanya maupun kalimatnya. Dengan adanya cerita rakyat ini membantu pemerintah untuk melestarikan salah satu hasil kebudayaan. Diceritakan pada zaman dahulu di sebuah kampung, hidup satu keluarga yang sangat sederhana. Hidupnya tergantung pada alam lingkungannya. Keluarga itu mempunyai seorang anak laki-laki bernama Saloi, sehingga suami istri disbut Pak Saloi dan Mak Saloi. Banyak cerita lucu yang dialami oleh Pak Saloi yang membuat istrinya mengomel karena ketololannya. Salah satunya yaitu ketika ia pergi ke hutan untuk menjerat burung sebagai lauk. Setelah mendapat banyak burung, ia beristirahat maka diambillah seekor burung kemudian dibelainya burung itu dilepasnya dan di suruh menghadap istrinya sampai burung tersebut habis. Kemudian Pak Saloi pulang...