51 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Arumbae
Ritual Ritual
Maluku

Arumbae adalah bentukan karakter masyarakat Maluku, baik yang tinggal di pesisir maupun di pegunungan. [9] Arumbae adalah kebudayaan berlayar dalam masyarakat Maluku. [9] Perjuangan melintasi lautan merupakan bagian dari terbentuknya suatu masyarakat. [9] Sebagai contoh, masyarakat Tanimbar - dalam mitos Barsaidi meyakini bahwa leluhur mereka tiba di pulau Yamdena setelah melewati perjuangan yang sulit di lautan. [9] Perjuangan melintasi lautan merupakan sejarah keluhuran. Kedatangan para leluhur dari pulau Seram, pulau Jawa (seperti Tuban dan Gresik) dan pulau Bali menjadi bagian dari cerita keluhuran masyarakat di Maluku Tengah, Buru, Ambon, Lease, dan Maluku Tenggara. Ragam cerita inilah yang membentuk terjadinya persekutuan Pela Gandong antar negeri. Dalam pataka daerah Maluku, Arumbae menjadi simbol daerah yang di dalamnya terdapat lima orang sedang mendayung menghadapi tantangan lautan. Secara filosofis, maknanya ialah masyarakat Maluku adalah masyarakat yang dinamis, dan...

avatar
Aze
Gambar Entri
Ukuwala Mahiate (Pukul Manyapu)
Ritual Ritual
Maluku

Pukul Manyapu Mamala Amalatu Sekitar abad ke- XVI negeri Mamala diperintah dan dipimpin oleh tiga orang tokoh yakni: 1.  Latu Liu  sebagai pimpinan pemerintahan adat Negeri Mamala 2.  Patti Tiang Bessy / Patti Tembessi  (Tukang Besar yang memimpin pembangunan mesjid) 3.  Imam Tuny  (Imam Masjid) Ketiga orang tersebut kemudian bermufakat mendirikan masjid. Semua persiapan mulai diadakan berupa pengumpulan bahan-bahan bangunan khususnya kayu dengan mengerahkan rakyat untuk menebang kayu di lereng-lereng gunung dan perbukitan disekitar Mamala. Selanjutnya kayu diangkut atau dipikul bersama-sama ke lokasi masjid. Salah satu di antara kayu jatuh dari pikulan dan pata]i menjadi dua, kayu yang patah ini panjangnya 20 meter. Waktu itu kebutuhan kayu untuk pembangunan masjid berukuran panjang dan harus dalam keadaan utuh atau tidak boleh sambung. Hal ini yang membuat ketiga pemimpin di atas dan masyarakat negeri Mamala mencari solusi yang t...

avatar
Riani Charlina
Gambar Entri
Coka Iba
Ritual Ritual
Maluku

Tradisi Coka iba atau topeng setan adalah merupakan tradisi kuno masyarakat Halmahera Tengah yang dilakukan setiap tanggal 12 Robiul Awal, tepatnya saat umat Islam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut dilakukan masyarakat Halmahera Tengah sebagai bentuk kegembiraan. Dalam proses ritual coka iba, sehari sebelumnya sejumlah imam mesjid dan bobato alkhairat (jabatan imam dalam strata kesultanan tidore) terlebih dahulu melakukan pembacaan puji-pujian usia sholat magrid dan isya. Sambil membacakan puji-pujian, sejumlah warga yang banyak didominasi pemuda pun terlihat menyiapkan sejumlah perlengkapan coka iba seperti topeng setan dan rotan. Biasanya bentuk topeng ini dirahasiakan masing masing warga, sehingga mereka tidak mudah dikenali. Dulunya topeng yang dipakai selalu menampilkan wajah seram dan menakutkan, namun seiring perkembangan zaman, bentuk topeng pun dirubah sesuai dengan kreasi masing-masing pembuatnya. Perubahan wajah topeng dalam ritual coka i...

avatar
Riani Charlina
Gambar Entri
Nanaku, Pengetahuan Bijak Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan di Maluku
Ritual Ritual
Maluku

Nanaku , diturunkan lewat media tutur ( disebut kapata ) oleh para tetua dan diwariskan dari leluhur. Kelembagaan adat dan agama memegang peran sentral menjaga tradisi tersebut. Laiknya tradisi lisan, hampir tidak ditemukan dokumentasi tertulis yang utuh merangkum petanda dan tafsir peristiwa atas pertanda tersebut. Saat pengetahuan ilmiah berkembang , Nanaku terlampaui dan tertinggal jauh dibelakang kemampuan pengetahuan ilmiah menafsirkan gejala. Sebagai tradisi lisan, penutur yang tersisa adalah para sepuh yang mengandalkan ingatan. Karena itu perlu usaha sungguh-sungguh menyatukan potongan-potongan pengetahuan yang dimiliki masing-masing penutur. Semisal, keyakinan untuk tidak melaut saat bulan purnama, maka dapat dijelaskan bahwa terjadi gaya tarik bulan dan aktivitas migrasi ikan nokturnal ke perairan yang lebih dalam untuk menghindari terang. Lainnya, jika ada cacing laor (famili Eucidae) hinggap di tanaman, maka itu akan menjadi tanda pergantian musim. Ca...

avatar
Aze
Gambar Entri
Mengenang Tradisi Memenggal Kepala Manusia ala Suku Naulu di Maluku
Ritual Ritual
Maluku

Suku Loloda merupakan salah satu di antara banyaknya suku yang mendiami tanah Maluku. Suku-suku lainnya yang ada tersebut pun tentunya punya beragam tradisi unik bahkan masih terjaga hingga kini. Tapi, tak sedikit pula tradisi itu punah lantaran termakan oleh zaman atau dilarang oleh pemerintah. Salah satunya adalah berburu kepala manusia. Ya, tradisi mengerikan ini dilakoni oleh Suku Naulu yang mendiami Pulau Seram. Tradisi berburu kepala manusia dianggap memiliki arti penting. Sebab, memberikan kepala seseorang merupakan salah satu bentuk persembahan untuk nenek moyang. Selain itu, suku yang mendiami Dusun Sepa dan Dusun Nuanea juga percaya bila tradisi ini membuatnya terhindar dari musibah atau bahaya. Serta menjadi kebanggaan tersendiri dan sebagai simbol kekuasaan. Maka tak heran, selain untuk persembahan kepada leluhur, kepala manusia yang memiliki arti penting juga dijadikan sebagai mas kawin hingga saat mendirikan rumah. Dahu...

avatar
Aze
Gambar Entri
Acara Adat Antar Sontong
Ritual Ritual
Maluku

Antar Sotong yaitu para nelayan berkumpul menggunakan perahu dan lentera untuk mengundang cumi-cumi dari dasar laut mengikuti cahaya lentera mereka menuju tepi pantai dimana masyarakat sudah menunggu untuk menciduk mereka dari laut sumber : https://sopigpsite.wordpress.com/2016/10/22/kebudayaan-maluku/

avatar
Aze
Gambar Entri
Cuci Negeri Soya
Ritual Ritual
Maluku

Pemerintah, Saniri dan masyarakat Negeri Soya kembali menggelar ritual adat Cuci Negeri Soya. Cuci Negeri Soya dilaksanakan secara rutin setiap tahun pada minggu kedua bulan Desember. Adapun serangkaian acara adat lainnya, diantaranya Pembersihan Negeri, Naik ke Gunung Sirimau, Upacara Adat CuciNegeri, Cuci Air (Wai Werhalouw dan Unuwei) dan Masuk Kain Gandong.Adat Cuci Negeri merupakan Tradisi Masyarakat Negeri Soya yang harus terus dilestarikan. Merupakan tradisi yang sudah berlangsung dari tempo dulu hingga kini dan kepada  berikutnya. Upacara Cuci Negeri selain untuk membersihkan Negeri juga berarti menyucikan diri dari perasaan perseteruan, kedengkian, curiga-mencurigai. Hal ini ditandai pada kegiatan mencuci tangan, kaki, dan muka di air Wai Werhalouw dan Unuwei. Untuk diketahui, Adat Cuci Negeri bukan hanya berdasar kepada warisan secara turun temurun, melainkan juga dengan maksud untuk memelihara dan menghidupkan nilai-nilai positif yang diyakini oleh masyarakat...

avatar
Aze
Gambar Entri
Cakalele Banda
Ritual Ritual
Maluku

Banda Naira punya banyak keunggulan budaya yang pantas dipromosikan sebagai daya tarik wisata. Salah satunya adalah Tari Cakalele Banda yang biasa ditemukan di kampong (desa) Lontor, kampong Baru, kampong Waer, kampong Salamong, kampong Negre dan kampong Run . Cakalele Banda terbilang unik di banding tarian cakalele di daerah lain di Maluku. Tarian ini merupakan perpaduan seni tari, seni busana dan seni berperang. Pakaiannya yang warna warni dihiasi dengan burung Cerderawasih diatas topi para penari, menyerupai motif kostum elite bangsawan pasukan kerajaan Inggris, terkesan mengagumkan siapa saja yang melihatnya. Tidak heran kalau Cakalele ini adalah tarian elite dan prestise bagi masyarakat Banda dan karena itu juga diperuntukkan untuk menerima tamu-tamu terhormat yang datang ke Banda. Namun tidak setiap saat tarian Cakalele ini dapat dipentaskan, karena disamping biayanya yang cukup mahal, mencapai jutaan rupiah sekali masa pentas, juga Cakalele selalu berhubungan deng...

avatar
Aze
Gambar Entri
Tradisi Wahadegen
Ritual Ritual
Maluku

Ketika di banyak daerah warga diintai kelaparan, suku Rana yang hidup terisolasi di dataran dan perbukitan di sekitar Danau Rana, Pulau Buru, Maluku Tengah, tak pernah dipusingkan dengan persoalan perut. Mereka menyatu dengan alam untuk membangun lumbung pangan yang tak lekang sepanjang masa. Bahkan warga Rana bebas dari kebutuhan beras. Masyarakat Rana menanami lahan tadah hujannya dengan tanaman semusim seperti jagung, kacang, padi, singkong, dan hotong (mirip gandum). Tanaman pangan itu dibudidayakan secara bergiliran sesuai dengan ketersediaan air pada lahan tadah hujan.Jenis tanaman pangan pada setiap musim itu membentuk pola konsumsi makanan yang mengikuti bahan pangan yang ada. Masyarakat Rana tidak pernah terjebak dalam ketergantungan, karena tidak pernah bergantung pada satu jenis bahan pangan. Mereka menikmati apa saja yang dihasilkan oleh alam. Tidak ada gengsi-gengsian harus makan beras. Kemampuan mereka menyelaraskan diri dengan kondisi alam telah membentuk kear...

avatar
Aze