|
|
|
|
Nanaku, Pengetahuan Bijak Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan di Maluku Tanggal 19 Dec 2018 oleh Aze . |
Nanaku , diturunkan lewat media tutur (disebut kapata) oleh para tetua dan diwariskan dari leluhur. Kelembagaan adat dan agama memegang peran sentral menjaga tradisi tersebut.
Laiknya tradisi lisan, hampir tidak ditemukan dokumentasi tertulis yang utuh merangkum petanda dan tafsir peristiwa atas pertanda tersebut. Saat pengetahuan ilmiah berkembang , Nanaku terlampaui dan tertinggal jauh dibelakang kemampuan pengetahuan ilmiah menafsirkan gejala.
Sebagai tradisi lisan, penutur yang tersisa adalah para sepuh yang mengandalkan ingatan. Karena itu perlu usaha sungguh-sungguh menyatukan potongan-potongan pengetahuan yang dimiliki masing-masing penutur.
Semisal, keyakinan untuk tidak melaut saat bulan purnama, maka dapat dijelaskan bahwa terjadi gaya tarik bulan dan aktivitas migrasi ikan nokturnal ke perairan yang lebih dalam untuk menghindari terang.
Lainnya, jika ada cacing laor (famili Eucidae) hinggap di tanaman, maka itu akan menjadi tanda pergantian musim. Cacing laor yang muncul di laut dangkal dan zona intertidal yang hangat, berdasarkan pengamatan akan keluar dari laut dua kali setahun untuk reproduksi. Laor muncul pada kuartal awal dan akhir pada setiap siklus tahun.
Beberapa nanaku juga menggambarkan bagaimana pengetahuan tersebut tidak terbatas hanya pada tafsir atas pertanda, namun juga kebiasaan dan larangan.
Seperti nanaku yang berlaku untuk tanaman umur pendek semacam tomat, cabe dan sayur-sayuran, seperti tidak diperkenankannya membakar tempurung kelapa di sekitar area tanaman. Sebab diyakini, aktivitas ini menyebabkan bunga gugur, buah rusak dan menyebabkan daun tanaman menjadi kering.
Secara rasional, pembatasan tersebut dijelaskan lewat reaksi tumbuhan dalam menerima pengaruh perubahan, atau gangguaan akibat polusi udara atau perubahan lingkungan.
Penambahan konsentrasi pencemar ke udara secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, mengakibatkan kerusakan yang terjadi pada gangguan nutrisional dan atraksional biologis yang berakibat pada penurunan tingkat kandungan enzim.
Sedangkan gangguan pada respon fisiologis adalah perubahan pada sistem fotosintesis, dan gangguan yang tampak adalah perusakan zat hijau daun, daun berbintik dan mengurangi hasil panen.
Contoh lain adalah nanaku laut. Masyarakat meyakini waktu yang baik untuk memancing ikan dasar adalah dua hari sebelum bulan baru, yaitu bulan hari 29 atau periode bulan gelap.
Secara astronomis, pada posisi bulan 29 (hitungan bulan dengan menggunakan kalender komariah) akan terjadi kondisi arus kencang sehingga banyak ikan dasar muncul ke permukaan, sehingga akan mudah mendapatkan ikan dasar.
sumber : http://www.mongabay.co.id/2018/08/11/nanaku-pengetahuan-tradisi-bijak-perlindungan-dan-pengelolaan-lingkungan-di-maluku/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |