Ritual
Ritual
Ritual Adat Maluku Maluku Tengah
Tradisi Wahadegen
- 4 Januari 2019

Ketika di banyak daerah warga diintai kelaparan, suku Rana yang hidup terisolasi di dataran dan perbukitan di sekitar Danau Rana, Pulau Buru, Maluku Tengah, tak pernah dipusingkan dengan persoalan perut. Mereka menyatu dengan alam untuk membangun lumbung pangan yang tak lekang sepanjang masa. Bahkan warga Rana bebas dari kebutuhan beras.

Masyarakat Rana menanami lahan tadah hujannya dengan tanaman semusim seperti jagung, kacang, padi, singkong, dan hotong (mirip gandum). Tanaman pangan itu dibudidayakan secara bergiliran sesuai dengan ketersediaan air pada lahan tadah hujan.Jenis tanaman pangan pada setiap musim itu membentuk pola konsumsi makanan yang mengikuti bahan pangan yang ada. Masyarakat Rana tidak pernah terjebak dalam ketergantungan, karena tidak pernah bergantung pada satu jenis bahan pangan. Mereka menikmati apa saja yang dihasilkan oleh alam. Tidak ada gengsi-gengsian harus makan beras.

Kemampuan mereka menyelaraskan diri dengan kondisi alam telah membentuk kearifan terhadap bahan pangan. Mereka mampu membaca potensi terbaik yang bisa diberikan alam untuk mendukung kehidupan. Mereka tidak pernah tergoda untuk mengonversi kebun menjadi lahan-lahan persawahan. Padi hanya ditanam saat musim hujan, itu pun tidak seluruh kebun ditanami padi.

 

“Kami yang tinggal di sekitar Danau Rana ini tidak pernah kekurangan pangan. Belum pernah terjadi musibah kelaparan di sini. Kami makan apa yang dihasilkan oleh kebun,” kata Wentis Waemesi, Portelu (kepala suku) Waikolo di Dusun Waremang, Wamlana, Air Buaya, Pulau Buru.

Saat berkunjung ke perkampungan di sekitar Danau Rana, minggu lalu, masyarakat setempat sedang melakukan panen kacang tanah. Warga di enam dusun di sekitar Danau Rana, yaitu Waeremang, Waegrahe, Waemamboli, Waemite, Kaktuan, dan Air Dapa, sibuk di kebun-kebun. Panen hasil bumi merupakan rahmat yang harus disyukuri.

Oleh karena itu, sebagai rasa syukur, hasil panenan pertama tidak boleh dijual, tetapi dimakan bersama-sama dengan seluruh warga kampung. Bila hasilnya berlimpah, warga tetangga kampung juga diundang makan bersama. Tradisi yang disebut wahadegen itu dilakukan setiap panen pertama untuk semua jenis tanaman pangan.

 

Dalam perayaan wahadegen, puji syukur diwujudkan dalam tarian ingafuka yang diiringi lantunan syair berbahasa Buru dan tetabuhan tifa. Pesta rakyat penduduk Rana ini menyajikan berbagai makanan yang dibuat dari hasil panen. Seperti saat wahadegen kacang di Waeremang, hasil bumi itu disajikan dalam bentuk kacang goreng, kacang rebus, sayur, dan kue kacang. “Hasil panen harus selalu disyukuri dan kebahagiaan dibagi bersama dengan seluruh warga. Selama ini kami tidak pernah kekurangan pangan dan itu harus dipertahankan,” kata Sudin Waemesi, warga Dusun Waeremang.

Saat Kompas diundang bersantap malam di rumah Sudin, makanan utama yang disajikan adalah singkong rebus, papeda sagu, sayur, dan ikan mujair. Singkong rebus dan papeda berfungsi seperti nasi, dan sajian lainnya sebagai pelengkap. Singkong rebus disantap bersama mujair goreng ternyata sangat enak. Apalagi papeda disiram kuah gulai morea (sejenis belut besar), rasanya sungguh nikmat di tengah hawa sejuk Pegunungan Rana.

Ketahanan pangan mandiri
Singkong dan papeda (sagu), yang oleh sebagian orang dinilai sebagai makanan konsumsi masyarakat kelas bawah itu, justru bagi masyarakat Rana adalah anugerah tak ternilai. Predikat remeh-temeh yang dilekatkan pada singkong dan sagu, luruh dalam kearifan yang menghargai pangan lokal. Sudin bangga menyajikan papeda sagu dan singkong rebus yang lembut dan manis itu. Makanan yang mungkin dicap murahan itulah yang telah menyelamatkan masyarakat Rana dari kelaparan dan penyakit busung lapar.

 

Mereka juga tidak pernah dipusingkan dengan kekurangan persediaan beras Bulog. Mereka tidak pernah antre untuk memperoleh beras seperti yang terjadi di berbagai kota lain. “Kalau kami di sini paling senang makan hotong karena rasanya lebih lembut dari beras. Hotong juga tahan hingga tahunan dan tidak busuk. Kapan-kapan kalau ke sini lagi, Bapak harus merasakan hotong kami,” ujar Sudin membanggakan salah satu pangan lokalnya.

Masyarakat Rana terbebas dari ketergantungan pada beras karena memiliki sistem ketahanan pangan mandiri. Lumbung pangan mereka dibangun di atas fondasi kearifan atas bahan pangan lokal. Mereka menikmati apa yang diberikan oleh alam tanpa mengeluh karena tidak ada beras. Toh semua kebutuhan asupan gizi bisa dipenuhi dari pangan lokal. Kebutuhan karbohidrat dipenuhi dari singkong, sagu, hotong, dan padi. Ikan mujair dan morea dari Danau Rana memasok kebutuhan protein. Sedangkan vitamin dan mineral lain dipenuhi dari sayur-sayuran yang tumbuh di sekitar rumah. “Kami di sini bisa makan kenyang hanya dari hasil kebun. Singkong dan sagu sudah cukup bagi kami. Makan beras kadang- kadang saja kalau sedang panen,” ujar Sudin.

Masyarakat Rana yang terisolasi karena ketiadaan akses jalan mampu bertahan dengan menghargai pangan lokal. Bila mereka tergantung dengan beras, tentunya 1.200 penduduk Rana akan kerepotan sendiri karena harus berjalan kaki dua hari menuju desa terdekat, yaitu Desa Unit VI atau ke Mako di Waeapo, sebagai sentra penghasil beras di Pulau Buru dan Maluku.

 

Runyamnya lagi, tidak ada akses transportasi ke desa terdekat itu, karena jalan yang dilewati pun merupakan hutan belantara dan jalan eks jalur kayu hak pengusahaan hutan (HPH) milik PT Gema Hutan Lestari dan PT Wahana Potensi. Itu pun dalam kondisi rusak dan sering terjadi longsor. Andai saja mereka tak memahami kearifan lokal, maka tak mustahil ribuan penduduk Rana itu akan dengan cepat terancam kelaparan.

Ternyata, di tengah hutan di jantung Pulau Buru itu, masyarakat Rana mengisi lumbung pangan dengan singkong, sagu, kacang, jagung, hotong, dan sedikit beras. Bahan pangan lokal itulah yang membebaskan mereka dari krisis pangan seperti dialami oleh masyarakat yang tergantung pada beras. Berkunjung ke perkampungan masyarakat Rana mengingatkan pada kekayaan bahan pangan di bumi Nusantara yang telah lama terlupakan.

sumbe r:http://www.wacana.co/2009/04/kearifan-lokal-suku-rana/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya