Orang Dayak dan orang Banjar memiliki kebiasaan dan tradisi yang terbilang cukup unik dalam menidurkan anak mereka, jika biasanya kita mengenal dan mengetahui bahwa seorang anak bayi ditidurkan dalam tempat khusus tempat bayi atau dalam ayunan, tradisi menidurkan anak pada orang dayak dan orang banjar ini juga anak tidur dalam ayunan, hanya saja yang berbeda dan membuatnya unik adalah posisi tidur sang anak dalam ayunan itu. Banjar dan Dayak adalah dua suku asli dari kalimantan, jika kita yang pernah merasakan punya bayi terutama buat para ibu, terbayangkan betapa repotnya terutama ketika anak baru berusia hitungan bulan, sehingga terkadangpun sudah tertidur saat sang Ibu memasak didapur anak tadi terbangun dan menangis, barabgkali merasa tidak nyenyak tidurnya. Namun hal itu bukanlah suatu hal yang menyulitkan bagi suku asli kalimantan ini. Tradisi itu dinamakan " Bapukung " Apakah itu Bapukung ? mari kita simak pembahasannya berikut ini. Bapukung secara bahasa berasal dari...
Malabuh merupakan tradisi Masyarakat Banjar yang percaya bahwa Datu, Kakek atau turunannya memiliki hubungan dengan makhluk gaib “Buaya Kuning, Buaya Putih atau Naga Laki dan Naga Bini” . Tradisi ini sangat sulit untuk kita temukan di Banjarmasin , saat berkeliling untuk dalam rangkaian menuju Festival Kolaborasi Nyawa Sungai Banjarmasin Masa Depan saya dan kawan kawan bertemu dengan sosok Ibu Mastiah yang sedang menyiapkan bahan atau sesaji untuk tradisi Melabuh dalam rangka persiapan upacara Mandi Mandi Hamil 7 Bulanan dan Malabuh Tahunan untuk Keluarga yang memiliki ikatan dengan makhluk gaib tersebut. Dalam Tradisi Malabuh ini sesaji di peruntukkan untuk makhluk gaib “Buaya Kuning” isi dari sesaji ini adalah Upung (Mayang Kandung dari Pohon Pinang) melambangkan Badan , Bogam (Rangkaian Bunga Melati Kenanga dan Mawar) yg melambangkan Telinga, Pisang Mahuli yang melambangkan gigi, Ketan Kuning dan Telur Ayam Kampung yang melambangkan Perut dan Pusar...
Kabupaten Balangan termasuk daerah yang banyak memiliki tradisi unik dan menarik, yang mana hingga kini masih terjaga dan dilaksanakan oleh masyarakat. Salah satu tradisi itu adalah Batungkih Kayu secara gotong royong jika ada warga yang akan menggelar aruhan. Ya, konon tradisi ini sudah ada secara turun temurun sejak zaman bahari, bahkan awal mulanya pun tak begitu diketahui kapan. Namun yang jelas hingga saat ini tradisi ini masih bertahan dan dilaksanakan oleh masyarakat. Seorang warga Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan, Adie kepada banjarmasinpost.co.id mengatakan, sebelum ia lahir pun tradisi batungkih kayu bergotong royong ini sudah ada. "Itu disampaikan oleh tetuha dirumah, ujar sidin sebelum ikam lahir sudah ada tradisi ini," ungkapnya. Oleh karena itu, ia pun kagum dan antusias melihat, serta mengikuti tradisi tersebut jika ada warga yang akan menggelar acara aruhan. Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/06/23/tradisi-unik-batungkih-kayu-balangan-...
Jika tradisi Pangantin Bausung atau Bausung Pangantin dikenal menjadi ciri khas, dari kebudayaan urang banua saat menjalani prosesi perkawinan (baarak pangantin), ternyata banyak tradisi unik lainnya yang ada saat berlangsung prosesi perkawinan, khususnya di daerah hulu sungai. Salah satunya adalah "Jalan Liuk" yang hingga kini, tradisi turun termurun tersebut masih dilestarikan oleh warga desa Marias Kecamatan Juai saat melangsungkan acara pengantinan. Tradisi "Jalan Liuk" dilaksanakan pada malam hari sesudah siangnya digelar resepsi kedua mempelai. Keunikan tradisi ini, ialah pengantin harus masuk kejalur kotak-kotak yang dibuat dari tali dan mirip taman labirin dari dua buah pintu berseberangan dan harus bisa bertemu ditengah-tengah. Menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Marias, H. Syaprani (64 tahun), tradisi Jalan Liuk ini sudah menjadi tradisi turun temurun di masyarakat dan hingga kini masih diletarikan. Tradisi Jalan Liuk, kata Syaprani, dilakukan pada malam...
Matahari tenggelam berganti malam gelap. Puluhan warga berkumpul di balai adat desa Kambiyain Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Para bapak, ibu, pemuda, pemudi hingga anak-anak duduk bersila. Berbagai ornamen hiasan terpampang. Itulah bentuk upacara adat Aruh Mahanyari, sebuah ritual yang rutin dilakukan masyarakat adat Dayak Pitap, ucapan wujud terimakasih pada sang pencipta atas panen yang melimpah. Alunan musik kendang dan kelimpat dimainkan beberapa orang. Para perempuan sahut menyahut menyanyikan tembang bahasa Dayak. Suasananya amat magis. Di tengah balai adat terdapat area khusus, yang disebut langgatan . Ia berupa sebuah kotak berhiaskan janur dari daun kelapa dan mayang pinang. Di sisinya terdapat bunga merah dan daun kandarasa yang sekilas menyerupai daun bawang, serta kembang babaung, sejenis daun kemangi. Di bawah langgatan , beberapa bambu berisi lamang dari beras ketan dipasang melingkar. Tak lama, musik kendang dan kelim...
Aruh berasal dari bahasa Banjar. Masih digunakan oleh suku-suku bukit gunung meratus. Aruh bertujuan mengumpulkan masyarakat untuk upacara tertentu di mana aspek-aspek religi zaman dan hiburan bisa terkandung di dalamnya, dengan tekanan lebih kuat pada segi religinya. Tekanan aruh terdapat pada usaha pengumpulan sejumlah besar orang-orang dari desa atau keluarga besar yang mengadakan gawi. Selamatan muncul ketika masuk agama islam dengan jumlahnya 23 orang, selamatan bisa diadakan. Tekananya kepada pembacaan doa selamatan yang dipanjatkan kepada tuhan agar dikaruniai keselamatan atau sejahtera. Tempat-tempat Upacara Tempat Upacara Adat Suku Banjar ini umunya ditengah rumah yang disebut tawing halat , tempat menerima tamu terhormat. Untuk menyanggar banua tempatnya dilakukan di rumah dan di balai (panggung hanyar ) yang dibangun di muka rumah. Balai dibuat dibuat dari kayu dihias dengan hiasan serba 21 buah dari tebu kuning, tebu betung merah, m...
upacara adat pernikahan Sukun Banjar : Basasuluh merupakan kegiatan untuk saling mengenal antar calon mempelai. Kegiatan ini seperti tradisi ta’aruf dalam Islam dimana mempelai pria yang didampingi oleh keluarga berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai calon yang ingin dinikahinya. Bila kedua calon telah mendapatkan informasi satu sama lainnya dan merasa cocok maka bisa dilanjutkan dengan upacara badatang. sumber :https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-banjar
Upacara Adat Pernikahan SUku Banjar Badatang merupakan kegiatan dimana mempelai pria dan beserta keluarganya mendatangi keluarga calon mempelai wanita yang ingin diperistri. Tradisi badatang hampir sama dengan tradisi lamaran. Calon mempelai pria dan keluarga menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminang calon istri. Di dalam acara badatang kemudian akan ditetapkan pula waktu untuk melaksanakan pernikahan. sumber :https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-banjar
Acara nikah suku Banjar biasa disebut juga dengan ‘Meantar Jujuran’. Pada acara nikah, mempelai pria dan mempelai wanita dinikahkan sesuai dengan hukum agama yang berlaku. Bila calon mempelai beragama Islam maka pernikahan dilakukan sebagaimana hukum pernikahan dalam Islam dengan menghadirkan penghulu, mahar, ijab qabul dan juga saksi-saksi. sumber :https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-banjar