Ritual Seda Raga merupakan suatu tahapan terpenting dalam upacara mediksa untuk menjadi seorang Brahmana yang telah siap melepas keduniawian dan beranjak menjadi suci untuk melangkah menjadi seorang Sulinggih. ritual "Seda Raga" bertujuan untuk menghilangkan pengaruh buruk yAda enam sifat buruk dalam diri manusia yang biasa disebut sad ripu. Nah dalam ritual Seda Raga ini, tubuh kasar disimbolisasikan terlahir kembali. Tujuannya untuk melebur sad ripu ituang disebut "sad ripu"Ada enam sifat buruk dalam diri manusia yang biasa disebut sad ripu. Nah dalam ritual Seda Raga ini, tubuh kasar disimbolisasikan terlahir kembali. Tujuannya untuk melebur sad ripu itu atau enam musuh yang ada dalam diri manusia. Selain itu, ritual "Seda Raga" juga bertujuan untuk mengetahui jalan ke nirwana "swah loka" sehingga bila menjadi Sulinggih, nantinya mampu untuk menuntun atma-atma yang diupacarai dalam prosesi upacara Pitra Yadnya.Lewat prosesi ini jiwa seorang calon sulinggih akan napak tila...
Yadnya dalam budaya Bali pada dasarnya memiliki makna sebagai aktivitas pelestarian alam. Semua itu dilestarikan dan diteruskan berabad-abad karena adanya kesadaran hukum penciptaan, pemeliharaan dan pelestarian atau yang dikenal dengan konsep Tri Murti. Secara umum yadnya adalah bentuk penghormatan terhadap kekuatan alam atau Panca Maha Butha. Umat Hindu di Bali selalu berupaya untuk hidup bersama alam. manusia harus memiliki kesadaran dan keyakinan serta memahami hukum penciptaan sehingga manusia mampu hidup selaras dengan alam. Namun dalam mengartikulasikannya secara budaya disesuaikan dengan iksa atau kekuatan alam di suatu tempat, sakti atau pengetahuan yang dimiliki, desa atau wilayah tempat penerapannya, kala atau waktu yang tepat dan tattwa atau sastra suci. yadnya menggunakan buah lokal di alam sekitar adalah bentuk pelestarian dari yang ada. Jadi unsur tumbuhan tersebut akan selalu digunakan dalam membuat sarana upakara dan upacara oleh umat Hindu di Bali....
Tumpek Atag sendiri merupakan ritual enam bulanan yang dilakukan 25 hari menjelang hari raya kemenangan dharma melawan adharma atau disebut hari raya Galungan yang khusus ditujukan untuk tumbuh tumbuhan yang ada diperkebunan. Ritual tersebut masih dilakukan oleh warga Dusun Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. "Nged.. Nged.. Nged.." inilah sepenggal kata yang diucapkan saat ritual ngatag itu dilakukan. Ritual ini bagi warga stempat dilakukan semata-mata untuk memohon berkah kepada tuhan agar hasil perkebunan seperti buah buahan melimpah ruah sehingga nanti pada saat hari raya Galungan bisa dipergunakan sebagai sarana upakara.Dalam ritual "ngatag" tersebut ada beberapa sarana yang dipergunakan seperti, Tipat Taluh, Sam- sam Segau, jajan klepon. Saat ritual berlangsung, pohon yang sudah dipasangi "ambu" atau daun pohon jaka muda dipukul pukul sebanyak 3 kali menggunakan sabit atau sejenisnya. Kemudian baru disematkan tipat ta...
Ratusan warga Desa Pakraman Geriana Kangin mepeed ngaturang bhakti pengayar dalam rangkaian Aci Ida Bhatara Mijil persembahan untuk Ida Bhatara Sakti Ngerti Gumi. Dalam bhakti penganyar tersebut, berbagai hasil bumi dijadikan sarana untuk dipersembahkan seperti Salaran misalnya. Berbentuk barong, beratnya sekitar 2 ton yang seluruhnya terbuat dari hasil bumi, seperti buah buah buahan, umbi umbian, pala gantung dan masih banyak lagi. Salaran inilah yang diarak dan diiringi tiga barung baleganjuran dari Desa setempat berangkat dari lapangan umum selat berjarak sekitar 1 kilometer dari Pura lokasi Pura Bale Agung Ide Betara Sakti Ngerti nyejer yang berada di Desa Selat, Karangasem. Tidak hanya salaran, dari masing masing warga juga membawa haturan berupa Sesayut dan Penyeneng ada juga yang membawa dulang atau Sokasi. Karya Agung Ide Betara Mijil ini dilakukan setiap 10 tahun sekali. Dimana saat Isaka berakhir dengan angka nol dan tahun Masehi berakhi...
Siat Yeh atau perang air merupakan tradisi lama yang sudah sempat terkubur akibat pesatnya perkembangan jaman. Warga Jimbaran kini kembali mencoba membangkitkan tradisi tersebut dengan menggelar di Catus Pata-Banjar Teba, Jimbaran-Badung. Siat Yeh yang merupakan upacara Pengelukatan Agung kembali digelar untuk pertama kalinya bertepatan dengan Ngembak Geni atau sehari setelah perayaan Nyepi. Prosesi Siat Yeh diawali dengan mendak (menjemput) tirta (air suci) ke Pantai Timur dan Barat Jimbaran. Proses mendak tirta ini dilakukan sebagai wujud mohon air suci untuk diguankan sebagai bahan pengelukatan. Jika dahulu, sumber air Pantai Timur dan Barat akan bertemu dalam satu titik campuan, sehingga krama banjar disanalah kerap nunas pengelukatan. Biasanya krama akan ramai-ramai ke pasih atau ke air saat Nyipeng, tetapi karena Nyipeng tidak boleh keluar, maka itu dilakukan saat Ngembak Gni. Sayangnya, kemajuan pembangunan, membuat pertemuan air dari dua sumber itu tidak bisa lagi di...
Buda Cemeng Kelawu yang jatuh setiap Buda Wage, Wuku Kelawu selama ini identik dengan hari raya uang. Pandangan tersebut didasarkan pada pelaksanaan Buda Cemeng Kelawu yang merupakan hari pemujaan kepada Bhatara Rambut Sedana sebagai Dewa Kesejahteraan yang menganugerahkan harta kekayaan kepada manusia. Buda Cemeng Kelawu pada hakekatnya lebih pada ucapan syukur kepada Tuhan atas segala pengetahuan yang diberikan terkait pengelolaan materi, yang salah satunya dalam bentuk dana (uang). Dengan harapan dapat memaknai pengetahuan dalam pengelolaan materi secara baik dan benar. Pengetahuan material yang dimaksud pada dasarnya bukan semata-mata dalam bentuk uang. Material yang dimaksud dapat juga berbentuk barang yang membantu mempermudah hidup manusia. Buda Cemeng Kelawu menjadi identik dengan hari uang karena di jaman kini semua dinilai dengan uang. Padahal dalam upacara yadnya tidak semua bisa diganti dengan uang, misalnya Pejati harus berbentuk pejati dan daksina dalam ben...
Tradisi Matekap atau membajak lahan pertanian dengan menggunakan tenaga sapi atau kerbau hingga kini masih bisa di jumpai di beberapa wilayah pedesaan di Bali. Walaupun perkembangan teknologi telah menghadirkan sebuah mesin traktor, namun siapa sangka tradisi matekap merupakan bagian dari kearifan lokal dalam merawat ibu pertiwi. matekap terdiri dari beberapa tahapan dan masing-masing tahapan memiliki sebutan berbeda yaitu: makal, mungkahin, ngelampit dan ngasahan. “Tahapan matekap menyesuaikan dengan kondisi lahan, kecepatan, waktu, minat dan kenyamanan kerja sehingga pola tanam bisa selaras dengan siklus sosial budaya masyarakat di wilayah setempat: matekap dengan teknis dan tahapan yang benar akan berdampak pada pelestarian ekosistem dan sumber daya air yang ada di sebuah kawasan persawahan. Dimana matekap membutuhkan volume air lebih sedikit dibandingkan menggunakan traktor. Sementara dengan traktor membutuhkan air lebih banyak sehingga petani pemilik la...
Siat api atau perang api merupakan sebuah tradisi kuno yang terus berkembang di Desa Pakraman Duda, Selat, Karangasem. Siat api digelar sebagai upaya untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada di lingkungan desa. Dengan harapan agar masyarakat desa terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan. Selain itu, siat api juga dimaknai sebagi ujian untuk mengendalikan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Siat api biasanya digelar menjelang upacara Usaba Dodol pada sasih Kesange, bertepatan dengan Waraspati Tilem (bulan mati) pada Sasih Kaulu. Tradisi siat api dilaksanakan di perbatasan Desa Duda Timur dengan Desa Duda, tepatnya di atas Jembatan Tukad Sang-sang. Suasana menjadi sakral karena tradisi berlangsung pada saat Sandikala atau waktu peralihan dari siang menjadi malam. Disebut siat api atau perang api karena memang tradisi ini menyerupai perang, hanya saja yang dijadikan sebagai senjata ialah prakpak yang terbuat dari daun kelapa tua diikat dan dibak...
Sebagai wujud rasa sukacita atas hasil panen, desa pekraman Geriana Kangin, Desa Duda Utara Kecamatan Selat, kabupaten Karangasem menggelar tradisi ‘ Ngelawang ’. Tradisi yang dilakukan setiap setahun sekali pada Sasih Kesanga ini ditandai dengan iring-iringan para pemuda setempat mengelilingi desa dengan membawa ‘ucur’ atau obor disertai alunan gambelan ‘ kulkul ’ atau kentongan. Sedikitnya terdapat 70 orang pemuda terlibat dalam prosesi tersebut. Uniknya, suara tabuh yang dihasilkan merupakan hasil kreatif antara kolaborasi bunyi kulkul dengan gambelan beleganjur seperti kendang, ceng - ceng dan gong. Tradisi Ngelawang dipercayai sangat erat kaitannya dengan hasil bumi. Jika dilihat dari sudut pandang sekala, kata dia tradisi tersebut memiliki makna sebagai doa kepada Tuhan agar hasil panen berikutnya lebih baik dari sebelumnya. Simbol dari suara kentongan yang digunakan mempunyai arti agar sari bunga pada pohon buah - buahan b...