Siat api atau perang api merupakan sebuah tradisi kuno yang terus berkembang di Desa Pakraman Duda, Selat, Karangasem. Siat api digelar sebagai upaya untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada di lingkungan desa. Dengan harapan agar masyarakat desa terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan. Selain itu, siat api juga dimaknai sebagi ujian untuk mengendalikan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia.
Siat api biasanya digelar menjelang upacara Usaba Dodol pada sasih Kesange, bertepatan dengan Waraspati Tilem (bulan mati) pada Sasih Kaulu. Tradisi siat api dilaksanakan di perbatasan Desa Duda Timur dengan Desa Duda, tepatnya di atas Jembatan Tukad Sang-sang. Suasana menjadi sakral karena tradisi berlangsung pada saat Sandikala atau waktu peralihan dari siang menjadi malam.
Disebut siat api atau perang api karena memang tradisi ini menyerupai perang, hanya saja yang dijadikan sebagai senjata ialah prakpak yang terbuat dari daun kelapa tua diikat dan dibakar. Prakpak inilah dijadikan sebagai senjata oleh para laki-laki perwakilan dari kedua desa untuk mengikuti tradisi perang api. Siat api dilakukan dengan cara memukulkan prakpak berisi nyala api ke tubuh pihak lawan. Tradisi siat api dengan berbagai ritualnya dimaknai sebagai pembersihan alam semesta serta untuk mengembalikan unsur alam.
Tradisi siat api di Desa Pakraman Duda sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu, namun sempat terhenti akibat erupsi Gunung Agung pada tahun 1963. Kemudian untuk pertama kali pada tahun 2017 lalu kembali dilakukan dan kali ini 2018 merupakan kali kedua tradisi ini dilakukan kembali.
sumber : https://www.beritabali.com/read/2018/02/16/201802160001/Upaya-Menetralisir-Kekuatan-Negatif-Dengan-Siat-Api.html
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang