Datanglah ke Kota Bau-bau. Di kota kecil inilah komplek kerajaan/Kesultanan Buton berada. Terletak di puncak bukit dan menghadap ke Selat Buton, penduduk setempat menyebutnya keraton dan aura kemegahannya masih terasa nyata. Namun tidak disangka, dibalik kokohnya benteng kesultanan tercium aroma budaya demokrasi yang luhur. Iklim demokrasi yang telah tercipta di Kesultanan Buton, jauh sebelum Indonesia lahir. Meski ada tiga golongan yang berbeda tugas, Sultan Buton tidak selalu diangkat dari keturunan sebelumnya, melainkan tergantung pada rapat anggota dewan legislatif yang berada di tangan golongan Walaka. Beberapa sultan konon dicopot dan dihukum karena di nilai melakukan pelanggaran. Budaya dan system demokrasi yang berkembang di kerajaan/kesultanan Buton ditopang dengan dua struktur golongan, yaitu, golongan bangsawan atau kaomu (pemegang adat dan pengawas pemerintahan yang dijalankan oleh sultan) dan golongan walaka atau rakyat biasa. Susunan kekerabata...
Perayaan Maulid Nabi merupakan salah satu tradisi yang rutin diadakan setiap tahun di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di daerah dengan nilai keislaman yang kuat. Ritual peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini merupakan perwujudan kecintaan umat Muslim pada sosok Sang Pembawa petunjuk. Proses akulturasi dengan unsur budaya lokal di masing-masing daerah telah menciptakan warna tersendiri dalam prosesi perayaan maulid di berbagai tempat. Salah satu daerah yang memiliki ritual peringatan maulid yang amat khas adalah di Buton, Sulawesi Tenggara. Di wilayah Buton dahulu pernah berdiri kerajaan Islam bernama Kesultanan Butuni. Riwayat sejarah setempat mencatat bahwa perayaan maulid di Buton diduga berawal pada masa Pemerintahan Sultan Murhum (Lakiaponto) yang memerintah sejak 1538 M. Ketika itu perayaan maulid masih bersifat sangat sederhana. Pada masa pemerintahan Sultan Dayanu Ihsanuddin (1629 M), ditetapkan bahwa peringatan maulid dilakukan pada dini hari tan...
Batu Poaro merupakan batu yang menjadi pertanda hilangnya penyiar agama islam di Buton yang bernama Syech Abdul Wahid di pesisir pantai Buton. Disebut Batu Poaro karena oleh masyarakat Buton menyebutkan bahwa Syech Abdul Wahid "Apoaromo Te Opuna" yang artinya ia telah berhadapan dengan tuhannya dan batu ini dianggap sebagai makam beliau. Situs bersejarah ini terletak di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro atau sekitar 2 kilo meter dari pusat Kota Baubau. Sumber: https://muhammadsyukran080.blogspot.co.id/2015/05/batu-poaro.html
Gorana Oputa adalah ritual atau upacara adat menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kegiatan seperti ini selalu digelar sejak masa kesultanan di istana Sultan Buton setiap pukul 00.00 Wita hingga 03.00 Wita malam 12 Rabiul Awal. Tradisi adat masyarakat Buton ini dimulai pada pukul 00.00 dini hari yang didalamnya terkandung maksud bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi yang sebelumnya didahului dengan penciptaan nyawa nabi Muhammad SAW sebagai Abu Arwah atau bapak dari segala nyawa, sehingga rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan pembacaan Barsanji tentang riwayat Nabi Muhammad SAW oleh empat orang perangkat Mesjid Agung Keraton Buton. Goraana Oputa juga merupakan gambaran tentang bagaimana tanggung jawab seorang pemimpin, dalam hal ini yakni Walikota yang disimbolkan sebagai Sultan dengan tugas utama sebagai kepala wilayah, pemerintahan, kemasyarakatan serta sebagai pemimpin dibidang keagamaan. Peringatan Goraana Oputa umumnya dihadiri sejumlah...
Tradisi ritual Qunua merupakan persiapan untuk menyambut malam laylatul qadar, malam yang kemuliaannya lebih dari seribu bulan. Ritual ini di awali dengan shalat tarawih yang di lakukan pada tengah malam dan di akhiri dengan sahur bersama. Qunua biasanya dilaksanakan pada malam ke 16 bulan Ramadhan yang dimulai pada saat tengah malam. Ritual ini telah menjadi tradisi masyarakat Buton sejak ratusan tahun silam. Ritual Qunua diawali dengan melakukan shalat tarawih yang pelaksanaannya tidak seperti malam-malam Ramadhan lainnya. Ritual ini biasanya dilaksanakan pada tengah malam tepat pukul 00:00 waktu setempat, dan jumlah rakaatnya yang pada malam biasa hanya 8 rakaat namun dalam ritual Qunut ramadhan ini ditambah menjadi 20 rakaat. Setelah melaksanakan shalat tarawih dilanjutkan dengan sahur bersama di Baruga Keraton Buton bersama masyarakat dan aparat pemerintahan yang diawali dengan pembacaan doa oleh seorang moji atau aparat mesjid Agung Keraton. Pelaksanaan qunut Ra...
Ini adalah upacara adat yang setiap tahun dilakukan oleh masyarakat Lowu-Lowu, dalam rangka pembukaan tahun sebagai ungkapan rasa syukur sekaligus memohon berkah dari yang maha kuasa pada tahun itu dan berdo’a agar tahun-tahun berikutnya bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Sumber: https://muhammadsyukran080.blogspot.co.id/2015/05/bongkaana-tao.html
Istilah Posuo berasal dari kata suo yaitu sebuah bilik rumah yang ditempati para anak gadis untuk melaksanakan Posuo atau pingitan. Posuo (pingitan) merupakan prosesi adat bagi gadis remaja yang telah aqil balik dalam memasuki masa dewasa sekaligus mempersiapkan diri untuk berumah tangga. Kegiatan ini dilakukan selama 8 hari 8 malam atau dapat pula dilaksanakan selama 4 hari 4 malam s/d 7 hari 8 malam yang di pandu oleh seorang Bhisa. Tujuan dilaksanakannya prosesi ini adalah untuk mengajarkan kepribadian, etika, akhlak serta hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan. Bagi gadis remaja yang telah dipingit dan keluar ruangan, maka resmilah disebut Kalambe atau wanita yang telah dewasa dan diupacarakan dalam mataana kariaa. Festival Posuo (Pingitan) adalah tradisi pingitan bagi gadis remaja Buton sebelum memasuki usia dewasa. Pada masa lampau, sejak terbentuknya struktur pemerintah kerajaan/kesultanan di Buton dilaksanakan selama 40 hari. Setela...
Adat suku Buton ada beberapa macam salah satu diantaranya ialah Tandaki atau Posusu, yaitu upacara yang berkaitan dengan penyunatan (tandaki bagi anak laki-laki) dan posusu(bagi anak perempuan). Upacara tandaki di peruntukan bagi anak laki-laki yang telah masuk aqil baliq, yang melambangkan bahwa anak laki-laki tersebut berkewajiban untuk melaksanakan segala perintah dan larangan yang diajarkan dalam Agama Islam. Posusu adalah upacara khitanan bagi anak perempuan sebagaimana tandaki bagi anak laki-laki. Pada posusu biasanya di barengi dengan mentindik (melubangi daun telinga) sebagai tempat pemasangan anting-anting. Tandaki dan Posusu biasanya di lakukan 1 hari sebelum pelaksanaan Idul fitri maupun idul adha. Salah satu prosesi ritual yang dilaksanakan masyarakat Buton adalah Tandaki yaitu tradisi sunatan bagi anak laki-laki yang telah memasuki masa akil baliq, yang melambangkan bahwa anak laki-laki tersebut berkewajiba...
Adat suku Buton ada beberapa macam salah satu diantaranya ialah Tandaki atau Posusu, yaitu upacara yang berkaitan dengan penyunatan (tandaki bagi anak laki-laki) dan posusu(bagi anak perempuan). Upacara tandaki di peruntukan bagi anak laki-laki yang telah masuk aqil baliq, yang melambangkan bahwa anak laki-laki tersebut berkewajiban untuk melaksanakan segala perintah dan larangan yang diajarkan dalam Agama Islam. Posusu adalah upacara khitanan bagi anak perempuan sebagaimana tandaki bagi anak laki-laki. Pada posusu biasanya di barengi dengan mentindik (melubangi daun telinga) sebagai tempat pemasangan anting-anting. Tandaki dan Posusu biasanya di lakukan 1 hari sebelum pelaksanaan Idul fitri maupun idul adha. Sumber: http://tradisi-tradisional.blogspot.co.id/2015/09/kebudayaan-suku-buton.html