Sebuah rumah yang cukup besar tampak berdiri kokoh diantara pepohonan di pinggir sungai. Bentuknya memanjang dan memiliki pintu masuk lebih dari satu. Tangga sederhana pun berjajar rapi sebagai jalur masuk di depan pintu rumah. Pondasi kayu-kayu besi tertancap kuat membuat rumah itu terlihat megah dari kejauhan. Rumah itu adalah Jew, atau biasa dikenal sebagai rumah bujang suku Asmat. Alasan disebut sebagai rumah bujang adalah karena yang tinggal di rumah itu adalah kaum laki-laki yang belum menikah. Namun demikian, rumah panjang tersebut dapat digunakan oleh seluruh penduduk di sekitarnya, terutama oleh kaum pria karena dianggap sebagai pemimpin dalam keluarga masing-masing. Biasanya, Jew atau rumah bujang ini menjadi tempat berkumpul bagi para pemuka adat dan pimpinan desa suku Asmat. Mereka mengadakan rapat desa, penentuan strategi perang, pesta adat, penyambutan tamu, dan segala kegiatan yang sifatnya tradisi di dalam rumah adat khas Asmat ini. Setiap desa di suku...
Masjid Agung Banten, Masjid Paling Bersejarah Masjid Agung Banten termasuk salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah . Masjid Agung Banten terletak di Kecamatan Kasemen, daerah Banten Lama atau tepatnya 10 km arah utara dari Kota Serang yang dibangun antara tahun 1552-1570 saat Sultan Maulana Hasanuddin memerintah. Bangunan masjid ini memadukan unsur Jawa Kuno dan Tiongkok yang dapat terlihat dari serambi yang lapang dan atap yang bertingkat dengan atap masjid menyerupai tumpeng. Setiap hari masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak dari Banten dan Jawa Barat saja, tetapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa . Masjid ini masuk dalam kategori bangunan cagar budaya yang dilindungi. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten . Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati . Namun, terdapat dua versi yang menceritakan siapa arsitektur p...
Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja . Atapnya melengkung menyerupai perahu , terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat . Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem ( banga ) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare' allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara. Khususnya di Sillanan-Pemanukan (Tallu Lembangna) yang dikenal dengan istilah Ma'duangtondok terdapat to...
Kerawang berasal dari kata "Karawo" yang artinya sulaman dengan tangan. Kerajinan ini berkembang sejak lama dan kini sudah menjadi sentra kerajinan khas Gorontalo. Bahkan sulaman kain kerawang kerap dijadikan baju seragam para jemaah haji dari Gorontalo. Proses membuat sulaman kain kerawang cukup rumit. Terlebih dulu membuat desain sulaman di kertas milimeter blok. Kernudian, kain dipotong sesuai ukuran. Lapisan kain dibuka benang-benangnya untuk ruang sulaman. Ukurannya sesuai jenis kain yang dipakai dan besar motifnya. Setelah itu kain langsung disulam. Sulaman berbagai bentuk diburat dengan menggunakan alat pamedangan, silet, gunting, dan benang bermacam warna. Motif sulaman bermacam, terutama aneka bunga dan hewan seperti tulip, mawar, dan kupu-kupu. Ada juga motif lambang perusahaan sesuai pesanan konsumen. Sehelai sulaman kain kerawang rampung selama satu minggu hingga satu bulan bahkan lebih. Lama pengerjaan sesuai dengan jenis kain, benang, dan motifnya...
Al Quran Al-Akbar atau yang juga sering disebut Al Quran Raksasa dan sekaligus menjadi AlQuran terbesar didunia yang berada di kota Palembang beralamat di di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Gandus Palembang. Terdapat 30 juz ayat suci AlQuran yang berhasil dipahat/diukir ala khas Palembang dalam lembar kayu dan menghabiskan kurang lebih 40 meter kubik kayu tembesu dengan biaya tidak kurang Rp 2 miliar, dimana masing-masing lembar ukuran halamannya 177 x 140 x 2,5 sentimeter dan tebal keseluruhannya termasuk sampul mencapai 9 meter. AlQuran yang te...
Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam selama dua periode (1803 -1813, 1818- 1821) , setelah masa pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803). Nama aslinya sebelum menjadi Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu. Dalam masa pemerintahannya, ia beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda, di antaranya yang disebut Perang Menteng. Pada tangga 14 Juli 1821, ketika Belanda berhasil menguasai Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarga ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Penggunaan nama Sultan Mahmmud Ba...
Sumatera tak luput dari jejak persinggahan China. Seperti di Palembang, ada sisa peradaban Tionghoa yang masih bisa dilihat di Kampung Kapitan. Sayangnya, jejaknya mulai perlahan memudar. Setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh, datanglah Perwira China dari Dinasti Ming yang dikenal dengan nama Perwira Tjoa. Dari Indonesia Travel, Kamis (7/2/2013) diperkirakan Perwira Tjoa datang sekitar abad ke-14. Sebagai pendatang, awalnya ia tidak begitu dianggap. Namun keadaan menjadi terbalik saat Belanda mulai menjajah. Alih-alih mengusir etnis Tiongkok, Belanda malah memberdayakan tenaganya untuk menjadi pengatur kawasan tersebut. Kapitan atau kapten adalah panggilan untuk orang yang memimpin kawasan tersebut. Orang ini dipilih karena memiliki status ekonomi tertinggi di sana, dibanding dengan penduduk lainnya. Karena status yang eksklusif, Sang Kapitan pun memiliki kawasan tinggal yang berbeda. Rumahnya yang kental dengan gaya China namun tak kehilangan sentuhan Palembang, b...
Bukit Siguntang di Palembang mungkin tidak sepopuler Jembatan Ampera yang membelah sungai Musi. Bukit ini merupakan tempat sakral yang menyimpan cerita dan kisah dari Kerajaan Sriwijaya. Rasanya belum lengkap jika berwisata ke kota ini, tanpa singgah ke Bukit Siguntang . Terlebih bagi Anda pecinta sejarah, akan banyak edukasi yang Anda dapatkan dengan melihat langsung berbagai bukti sejarah peninggalan Sriwijaya. Di bukit yang terletak di kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang ini dahulunya dipercaya sebagai tempat ibadah keluarga kerajaan serta tempat pertapaan untuk menenangkan pikiran. Hingga saat ini, Bukit dengan ketinggian ketinggian 29-30 meter dari permukaan laut ini, masih tetap dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Biasanya pengunjung yang datang akan melakukan ritual ziarah ke makam-makam para bangsawan Palembang zaman dahulu, dan dianggap sebagai orang penting pendiri Kota Palembang . Objek wisata Jalan s...
Rumah Gajah Manyusu adalah nama kolektif untuk semua bentuk-bentuk rumah tradisional suku Banjar dengan ciri khasnya pada bangunan induknya menggunakan atap perisai buntung . Rumah ini mempunyai ciri pada bentuk atap limas dengan hidung bapicik (atap mansart) pada bagian depannya. Anjung mempunyai atap Pisang Sasikat , sedang surambinya beratap Sindang Langit . (Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya, Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel, Depdikbud, 1977/1978). Namun pada kesempatan lain, Tim Museum dan Purbakala Depdikbud Kalsel berbeda pendapat, mereka menyebutkan bahwa Rumah Gajah Manyusu : "Bentuk sampai dengan anjung sama dengan Gajah Baliku. Yang berbeda adalah adalah bagian padu. Panampik padu diberi dua buah Ambin Sayup yang bentuknya lebih kecil dari anjung dan lebih rendah letaknya". Ciri-ciri Rumah Gajah Manyusu : Pada mulanya tubuh bangunan induk rumah a...