Desa Belaraghi juga kukuh mempertahankan adat masyarakat Ngada di Flores. Seakan tak peduli dengan kemelut dunia modern, aktivitas bertani hingga mewarisi tradisi tetap dijalankan. Menuju ke desa ini pun bisa kamu lakukan dengan trekking. Ada dua jalur yang bisa ditempuh yaitu 11 km dan 3 km. Kamu bisa memilih sesuai dengan keinginanmu. Dua-duanya menawarkan pemandangan alam yang indah. Warga desa sangat senang jika ada yang berkunjung. Disediakan rumah tamu dan biasanya juga disuguhi dengan berbagai makanan seperti ubi rebus, pisang, hingga talas. Kemudian ada juga kopi dan arak. Pergi ke Belaraghi, sebuah dusun tradisional yang masih mempertahankan hampir seluruh aspek tradisi masyarakat Ngada, sebaiknya dilakukan pagi hari karena selain dusunnya yang menjadi tujuan utama juga semua keaslian dan perkembangan masyarakat yang dilalui di sepanjang jalan menuju Aimere begitu menarik. Ngada terkenal karena jeratan daya tarik masyarakatnya yang memilih untuk mempertahankan...
Jika di Tana Toraja memiliki tebing-tebing yang diukir untuk menyimpan jenazah, Kampung Tradisional Wolojita juga memiliki sedikit kesamaan. Hanya saja, di kampung ini, jenazah disimpan di atas pohon sebagai bentuk penghormatannya. Kampung ini berada di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Di sana, kita dapat menjumpai deretan rumah adat yang dalam bahasa setempat disebut Sa'o Ria. Di bagian tengahnya terdapat sebuah Kanga, Kuwu, dan Bhaku sebagai tempat persemayaman para leluhur kampung. Mungkin memang tak akan terbayangkan oleh Anda, namun itulah kebiasaan masyarakat Wolojita. Anggota masyarakat yang sudah meninggal, terutama kepala adat, tidak akan dikubur, tetapi disimpan di atas pohon beringin. Pohon-pohon tersebut berada di belakang kampung. Hal tersebut merupakan bagian dari penghormatan kepada leluhur. Jika sewaktu-waktu Anda mengunjungi Kampung Wolojita, sebaiknya Anda lakukan pada bulan Oktober. Karena pada bulan kesepuluh itu, masyarakat kam...
Desa Nggela, Desa Adat di kaki Gunung Kelibara, Taman Nasional Kelimutu, Flores Masih dalam lingkaran perjalanan saya di Taman Nasional Gunung Kelimutu , setelah melihat menariknya Desa Tenda , perjalanan dilanjutkan sedikit turun kearah selatan pesisir melewati jalan kurva berbukit-bukit dengan pemandangan megahnya laut dari ketinggian, tibalah di Desa adat yang tak kalah menarik bernama Desa Nggela. Desa yang masih masuk dalam Kecamatan Wolojita (satu kecamatan dengan Desa Tenda) termasuk salah satu pemukiman adat yang masih bertahan keasliannya sampai sekarang. Disini masih bertahan 17 orang Mosalaki (pemimpin adat) dengan jejeran 15 rumah adat beratap alang-alang kering, sepertinya tampak rapuh, namun dilihat dari umurnya alang-alang terbukti kuat dengan belasan tahun terpapar hujan dan sengatan panas. Setelah asik memperhatikan rumah-rum...
Desa Tenda merupakan salah satu desa di Kabupaten Ende, Yang masih bertahan hingga sekarang ini. Desa ini terletak 50 km dari kota Ende yaitu di kecamatan wolojita, desa ini memiliki banyak keunikan serta nuansa budayanya masih sangat tradisional dan terdapat beberapa peninggalan sejarah seperti Kuburan Kuno,megalik, Rumah adat tradisional, Gading Gajah dan lain sebagainya. Pada umumnya Masyarakat desa ini berprofesi sebagai petani karena Desa ini terletak di bawah kaki gunung Kelibara yang membuat daerah ini sangat subur. Desa Tenda terletak di kaki gunung Kelimutu di ketinggian 500 – 1500 mdpl bagian barat dari pusat kecamatan Wolojita, dengan kondisi alam yang terdiri dari perbukitan dan lembah dengan curah hujan tinggi 4 – 5 bulan dan suhu sekita 25 – 30 derajat celcius. Secara geografis wilayah Desa Tenda berbatasan langsung dengan dengan Gunung Kelibara (Taman Nasional Gunung Kelimutu). Jumlah Penduduk Desa Tenda adalah 814 jiwa (laki-laki 375, pere...
Kampung tradisional Ruteng Pu’u terletak di Kelurahan Golo Dukal, merupakan desa tua dengan halaman bundar yang dikelilingi batu tersusun rapi dan di tengah kampung terdapat Compang (mezbah/altar) sebagai tempat peletakan persembahan saat upacara adat. Mbaru gendang, rumah tempat tinggal setiap klen dan tempat menyimpan gong dan gendang terletak ditengah kampung. Dikelilingi pepohonan rindang (haju Ruteng) sehingga nenek moyang menamainya Beo Ruteng Pu’u. Tiga sumber air mengapitnya yakni, Wae Lideng, Wae Moro, dan Wae Namut. Dulu nenek moyang orang Manggarai tinggal di dalam gua dan di bawah pohon-pohon besar. Setelah membuat rumah, mereka menamainya “Mbau ru (rumah sendiri) yang artinya rumah karya sendiri. Konon, Selama berlangsungnya pekerjaan menyusun batu mengelilingi halaman atau compang, diharapkan agar tidak boleh bersuara. Apabila tengah berlangsung pekerjaan, tiba-tiba ada suara manusia / bunyi-bunyian lain, maka pekerjaan itu tidak dapat dil...
Di Lokasi dekat aliran sungai Pelus, terdapat sebaran Batuan andesit berbentuk balok dan terdapat Batu berbentuk gentong dengan ukuran cukup besar berjumlah 18 buah, beberapa buah batu gentong tersebut di muka atas bagian tengah terdapat cerukan dan ada pahatan sampai ke pinggir seperti jalur aliran air. Di titik tengah area terdapat batu berbentuk lengkung seperti sebuah Stella atau sandaran sebuah arca.
Sebuah Arca Garuda posisi duduk sambil menyembah dengan sayap menguncup di temukan pada tahun 1890 di desa Karang wangkal sebelah Utara Desa Arca Winangun, di tengarai Arca Garuda tersebut berasal dari Lokasi Candi yang ada di Arca Winangun, Purwokerto, Banyumas. Sekarang di simpan di Museum Nasional di Jakarta.
Benteng Jepang Batubara, lokasinya terletak di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh. Meski hanya memiliki luas 4,8 x 2,6 meter, bangunan tua yang dimakan oleh zaman ini adalah pertahanan pertama bangsa Jepang ketika melakukan expansi ke wilayah Sumatera Utara Hal tersebut tentu menambah nilai sejarah dari keberadaan penjajah ke Sumatera Utara. Masyarakat di sekitar Pantai Parupuk lebih mengenal objek wisata ini dengan nama Lubang Jepang, keberadaanya yang terletak di tepi pantai Parupuk tentu anda sekaligus dapat menikmati panorama bahari kab Batubara yang berhadapan langsung dengan Selat Melaka ini. Sumber: https://semuatentangprovinsi.blogspot.com/2017/04/peninggalan-sejarah-provinsi-sumatera-utara.html
Di lereng sebuah bukit, dekat mata air Bacok, sumber sungai Pejaranan, di Susu Pengakuan Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, di lereng tenggara Gunung Slamet. Tergeletak sebuah yoni Dari Bahan Batu Kapur dengan kondisi belum selesai, Bagian muka atas belum sempat di buat lubang untuk meletakan Lingga, dengan ukuran (1m x 1m x 0,9 m).