Nama rumah asli Papua adalah Honai yaitu rumah khas asli Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Bahan untuk membuat rumah Honai dari kayu dengan dan atapnya berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Rumah tradisional Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak berjendela. Umumnya rumah Honai terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari lantai pertama untuk tempat tidur sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat untuk bersantai, makan, serta untuk mengerjakan kerajinan tangan.
Rumah Adat Papua Rumah adat daerah Papua, suku Dani adalah Honai, Rumah tersebut terdiri dari dua lantai terdiri dua lantai, lantai pertama sebagai tempaat tidur dan lantai dua untuk tempat bersantai, dan tempat makan. Hunai berbentuk jamur dengan ketinggian sekitar 4 meter. Rumah kariwari adalah rumah pemujaan suku Tobati-Enggros yang menghuni tepian Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, berbentuk limas segi delapan dengan atap kerucut. Meskipun atap bangunan tidak menggunakan daun sagu seperti di Papua, namun tata bangun secara keseluruhan sesuai dengan kondisi aslinya, baik bentuk maupun lingkungan alamnya. Sebuah danau buatan dengan patung ikan hiu gergaji yang buas serta sebuah perahu Asmat yang panjang dan sempit yang digerakkan oleh delapan orang pendayung merupakan sentuhan suasana aslinya.
Masjid Kuno Patimburak terletak di Desa Patimburak, Kecamatan Kokas, Kabupaten Fak-fak, Provinsi Irian Jaya. Lokasi ini berada di tepi pantai Teluk Berahu, yaitu lebih kurang 20 m dari garis pantai dan pada ketinggian 6 m dari permukaan air laut. Masjid Kuno Patimburak terletak diantara pemukiman masyarakat pedesaan yang kehidupannya sebagai nelayan. Deskripsi Bangunan Ruang utama masjid dikelilingi tembok rabik yakni dinding tembok yang dibuat dari anyaman bambu. Menurut nara sumber, dinding masjid ini semula terbuat dari papan kayu, kemudian pada tahun 1963 diganti dengan tembok rabik . Di dalam ruang utama masjid terdapat ruang mihrab dan ruang khotib. Mihrab dan ruang khotib ini merupakan serambi sebelah barat yang tertutup dinding tembok rabik . Bagian depan atas mihrab dan ruang khotib dihiasi lengkungan dan huruf Arab. Dalam ruang utama masjid terdapat empat buah tiang utama (sakaguru). Atap masjid Patimburak terdiri atas tig...
Honai merupakan tempat tinggal asli suku Dani yang mendiami wilayah pegunungan tengah Papua. Honai memang didesain khusus sebagai rumah yang melindungi dari hawa dingin. Sampai saat ini, honai secara turun-temurun masih dibangun sesuai dengan tradisi dan kondisi setempat. Honai berbentuk bulat. Atap hoani berbentuk kerucut atau kubah (dome). Material yang digunakan untuk membangun atap, yaitu menggunakan alang-alang atau jerami. Ukuran honai biasanya 5 meter sampai 7 meter. Honai yang dihuni oleh kaum wanita biasanya lebih pendek. Honai bagi kaum perempuan disebut “Ebeai ” . Nama honai laki-laki dalam bahasa Lani disebut “ap inakunu” dan honai perempuan disebut “kumi inawi .” Orang Lani mempunyai tiga honai, yakni honai bagi kaum laki-laki, honai perempuan dan honai yang dikhususkan untuk memberi makan atau memelihara ternak seperti babi. Menariknya, honai juga merupakan tempat pendidikan khusus. Honai laki-laki dew...
Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang . Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai). Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. Rumah Honai dalam satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur), bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan ketiga untuk kandang ternak. [1] Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat. Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai satu.
Suku Asmat adalah suku yang hidup di daerah rawa-rawa dan kehidupan mereka sangat dekat dengan air. Dalam menjalani kesehariannya, Asmat sudah beradaptasi pula dengan lingkungan air sejak jaman nenek moyang mereka. Demikian pula dengan kebiasaan mereka ketika berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, mereka mau tidak mau harus menggunakan alat transportasi air. Salah satu yang menjadi tradisi unik mereka dalam bertransportasi di air adalah perahu lesung. Perahu Lesung suku Asmat adalah perahu yang sangat unik. Perahu ini terbuat dari satu batang pohon utuh yang dibentuk hingga menjadi perahu. Kayu yang dipakai biasanya diambil dari pepohonan yang jarang dipakai seperti Ketapang atau Bitanggur. Jadi, setelah ditebang, kulit batang pohon akan dikupas hingga bersih dan kemudian kedua ujung batang akan diruncingkan. Setelah proses tersebut, batang pohon siap dibentuk menjadi perahu. Proses pembuatan perahu dapat memakan waktu sekitar 5 minggu bila dikerjakan dengan...
Sebuah rumah yang cukup besar tampak berdiri kokoh diantara pepohonan di pinggir sungai. Bentuknya memanjang dan memiliki pintu masuk lebih dari satu. Tangga sederhana pun berjajar rapi sebagai jalur masuk di depan pintu rumah. Pondasi kayu-kayu besi tertancap kuat membuat rumah itu terlihat megah dari kejauhan. Rumah itu adalah Jew, atau biasa dikenal sebagai rumah bujang suku Asmat. Alasan disebut sebagai rumah bujang adalah karena yang tinggal di rumah itu adalah kaum laki-laki yang belum menikah. Namun demikian, rumah panjang tersebut dapat digunakan oleh seluruh penduduk di sekitarnya, terutama oleh kaum pria karena dianggap sebagai pemimpin dalam keluarga masing-masing. Biasanya, Jew atau rumah bujang ini menjadi tempat berkumpul bagi para pemuka adat dan pimpinan desa suku Asmat. Mereka mengadakan rapat desa, penentuan strategi perang, pesta adat, penyambutan tamu, dan segala kegiatan yang sifatnya tradisi di dalam rumah adat khas Asmat ini. Setiap desa di suku...
Honai adalah rumah khas Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak memiliki jendela. Sebenarnya, struktur Honai dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Rumah adat Masyarakat Papua, atau yang biasa disebut dengan Honai. Honai terdiri dari 2 lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan, dan mengerjakan kerajinan tangan. Karena dibangun 2 lantai, Honai memiliki tinggi kurang lebih 2,5 meter. Pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai). Sumber : http://kesenian-ubl.blogspot.co.id/p/papua.html
Suku korowai merupakan salah satu suku yang tinggal di pedalaman hutan Papua di wilayah Mappi, Papua Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden dan akan memilih tinggal di daerah yang dekat dengan sumber air, terdapat banyak pohon sagu, dan bukan kawasan suku lain. Mereka akan membangun rumah pohon yang tingginya bisa mencapai 50 meter dari atas tanah. Setiap rumah pohon didesain menjadi dua hingga tiga ruangan, sedikitnya dapat ditempati oleh seorang pria dan wanita dewasa, dan dilengkapi dengan tempat untuk meletakkan api. Ada tiga alasan suku Korowai memilih hidup di rumah pohon. Alasan pertama, mereka merasa dengan hidup di rumah pohon maka mereka akan lebih aman dari serangan musuh. Kedua, dengan tinggal di rumah pohon, suku Korowai akan lebih mudah mengawasi dan mendapat hewan buruan, seperti babi hutan yang berkeliaran di bawah rumah pohon mereka sehingga dengan mudah dapat dibidik dengan panah. Ketiga, mereka menganggap bahwa rumah pohon memiliki nilai tersendiri kar...