Masjid Kuno Patimburak terletak di Desa Patimburak, Kecamatan Kokas, Kabupaten Fak-fak, Provinsi Irian Jaya. Lokasi ini berada di tepi pantai Teluk Berahu, yaitu lebih kurang 20 m dari garis pantai dan pada ketinggian 6 m dari permukaan air laut. Masjid Kuno Patimburak terletak diantara pemukiman masyarakat pedesaan yang kehidupannya sebagai nelayan.
Deskripsi Bangunan
Ruang utama masjid dikelilingi tembok rabik yakni dinding tembok yang dibuat dari anyaman bambu. Menurut nara sumber, dinding masjid ini semula terbuat dari papan kayu, kemudian pada tahun 1963 diganti dengan tembok rabik. Di dalam ruang utama masjid terdapat ruang mihrab dan ruang khotib. Mihrab dan ruang khotib ini merupakan serambi sebelah barat yang tertutup dinding tembok rabik. Bagian depan atas mihrab dan ruang khotib dihiasi lengkungan dan huruf Arab. Dalam ruang utama masjid terdapat empat buah tiang utama (sakaguru). Atap masjid Patimburak terdiri atas tiga tingkat. Atap paling bawah (atap pertama) menyatu dengan atap keempat serambi masjid. Atap bagian tengah (atap kedua) dibuat secara melingkar karena bentuk dindingnya persegi delapan sesuai dengan denah bangunan masjidnya. Atap masjid dari seng gelombang. Menurut nara sumber, bahwa atap masjid semula terbuat dari bahan daun rumbia, kemudian pada tahun 1942 diganti oleh masyarakat dengan seng gelombang.
Denah masjid ini berbentuk segi delapan beraturan, pada setiap sisi yang mengarah ke barat, utara, timur, dan selatan terdapat penampil. Penambil yang berada di sebelah barat berfungsi sebagai mihrab dan penampil yang lain berfungsi sebagai serambi. Sedangkan penampil yang terletak di sisi utara, timur, dan selatan selain berfungsi sebagai serambi masjid, juga sebagai pintu masuk ke ruang utama masjid.
Sejarah
Data berupa angka tahun sejarah pendirian Masjdi Patimburak belum diketahui secara pasti, karena beum diketemukan inskripsi atau sumber lain yang dapat menunjukkan tahun pembangunan masjid. Diduga bahwa pendirian masjid ini pada masa Petuanan Raja Wertuar yang keenam bernama Simempes, dan dilanjutkan oleh Raja Wertuar ke tujuhyang bernama Waraburi. Raja ke enam dilantik oleh Sultan Tidore (Muhammad Taher Alting) pada tahun 1886. Pembangunan Masjid Patimburak pada tahun 1870 oleh Raja Simempes dan dilanjutkan oleh raja Waraburi. Sebelum masjid itu dibangun, lebih dulu dibangun dua buah langgar, tetapi saat ini telah tidak ada. Dengan demikian Islam masuk ke Fak-fak sebelum tahun 1870. Hal ini diperkutat berita dari Louis Vaes De Torres yang menyatakan bahwa agama Islam telah ada di Fak-fak pada tahun 1606.
Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1361/masjid-kuno-patimburak-irian-jaya
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja