Sastra Lisan dari Sumatera Selatan termasuk sastra lisan rumpun Melayu, sebagaimana juga orang-orang Sumatera Selatan adalah rumpun/suku Melayu, dengan sub-suku Melayu Ogan, Melayu Komering, Melayu Musi, Melayu Palembang, dll. Adapun jenis-jenis sastra lisan Sumatera Selatan :
1. Mantra, dengan nama-nama lainnya adalah Jampi, Sepengucap, Ilmu Tumbuk, Pengasihan, Penawar, dll.
2. Pantun, dengan nama-nama lainnya adalah Guritan, dll
3. Dongeng, dengan nama-nama lainnya adalah Cerita, Kisah, dll
4. Tembang (Nyanyian) yang dikenal dengan nama Tembang Batanghari Sembilan, Senjang, dll.
Sastra Lisan di Sumatera Selatan diekspresikan dalam berbagai bentuk dengan nama khusus sesuai dengan tradisi daerah masing masing. Ada bermacam-macam sastra tutur di Sumatera Selatan antara lain Njang Panjang dan Bujang Jelihim yang berkembang di daerah Ogan Komering Ulu, Jelihiman di Ogan Ilir, Senjang di Musi Banyuasin, terdapat Geguritan, Betadur, dan Tangis Ayam yang berkembang di Lahat, Nyanyian Panjang dan Bujang Jemaran terdapat di Ogan Komering Ilir. Meskipun memiliki nama-nama yang berbeda, pada dasarnya tradisi sastra tutur merupakan satu kesatuan yang berakar dari nenek moyang masyarakat Sumatera Selatan. Namun, sangat disayangkan bahwa tradisi ini di zaman sekarang hampir punah.
Keberadaan sastra lisan di tengah-tengah masyarakat modern Sumatera Selatan saat ini memang semakin langka. Hal ini disebabkan oleh banyak penutur sastra tutur yang sudah meninggal dunia atau sudah berusia lanjut. Sayangnya, pada masa kejayaan sastra tutur kesadaran masyarakat untuk mengabadikan sastra tutur belum ada. Kesadaran untuk mengabadikan sastra tutur baru muncul pada tahun 1972. Muhammad Saman Loear, seorang penutur guritan, dengan mendapat bantuan dana dari seorang calon Doktor Antropologi University of California Los Angeles, William A Collin berinisiatif menyelamatkan guritan. Dalam proses perekaman sastra tutur guritan, salah seorang penutur sastra lisan (tutur) guritan wafat sehingga beberapa bagian dari sastra tutur guritan tidak sempat direkam. Di sisi lain, generasi muda saat ini yang merasa malu mempelajari dan menikmati tradisi dan budaya lokal mengancam keberadaan sastra lisan. Minat generasi muda yang rendah terhadap tradisi dan budaya lokal membuat keberadan sastra lisan semakin seperti kehilangan ‘pasar’. Arus globalisasi yang pesat juga membuat budaya dan tradisi lokal kalah saing dengan tradisi yang berasal dari luar.
Jika generasi muda dapat menghargai dan menghormati kreativitas leluhurnya dengan cara mempelajari dan melestarikan sastra lisan, hal ini akan memberikan dampak positif yang besar bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Selain dapat menjaga dan mempertahankan identitas dan jati diri putra daerah, kelestarian sastra lisan juga dapat menjadi daya tarik wisatawan asing atapun domestik yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Selatan.
#OSKMITB2018
Referensi :
Ayah sekaligus Penulis buku "Pantun Nasihat Sumatera Selatan : Sedingan Perantau Ogan", Muhammad Patriot.
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...