Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Kuno Sumatera Barat Batak
Pustaha Laklak
- 23 April 2015

Naskah Kuno inilah yang disebut PUSTAHA LAKLAK dengan memakai aksara batak dengan tahun penulisannya tidak diketahui.Didalam Pustaha Laklak memuat banyak aturan yang tentunya bernorma pada kepercayaan Sipelebegu dan sebagainya yang merupakan kepercayaan asli Orang Batak. Kepercayaan Orang Batak meyakini adanya Kausa Prima berupa Debata (Naibata menurut Dialek Simalungun, yang mungkin saja sama dengan Dewata) dengan meyakini adanya 3 Dimensi Alam yaitu Banua Ginjang yaitu Dimensi Ilahiah , Banua Tongah yaitu Dimensi Korelasi Insani & Makhluk Hidup lainnya serta Banua Toru(h)yaitu Dimensi Spiritual. Ketiganya tersimbol dalam Tondi (tonduy menurut dialek simalungun; merupakan spirit of the spirits), Sahala (merupakan power of the powers) dan Begu ( merupakan simbol kegaiban)Pustaha Laklak banyak memuat aturan-aturan mengenai mobilitas orang batak masa itu; kita ambil contoh saja mengenai Keparanormalan dan Pengobatan Tradisi.Dalam kajian saya mengenai Pustaha Laklak Simalungun, sebagian besar membahas dunia metafisis ala Simalungun seperti Tabas-tabas (mantera – mantera), Takkal ni Bisa ( Penawar Racun/santet dan tata cara meracun/santet), Pulungan (Jamu-jamuan), Panjahaion Ompak ni Ipon (Pelajaran Memprediksi dgn serpihan gigi), Panjahaion Parsopoan (Pelajaran Fengshui ala simalungun), Rajah, hari baik dan sebagainya.

Disini saya menukil hanya sekelumit contoh tentang isi Pustaha Laklak simalungun, misalnya:

1. Tentang Fengshui:

“Jaha sopo iholang-holang batang-batang sada, janah abing reben i desa otara Rohma naosuman bani oppungni sopou, matean oppung ni sopo ale amang datu.Jaha sopou ipajongjong bani suhi-suhi dalan nabolon topat bani topi dalan, rohma nasosuman bani oppunganni sopou inon. Buei marsilaosan begu monggop bani sopou inon, matean oppungni sopou inon”.

kira-kira bermakna:

“Jika sebuah bangunan didirikan diapit balok besar, satu diantara balok terletak pada kemiringan disebelah utara bangunan, pemiliknya tidak akan berhoki.Jika bangunan ditepi jalan raya pada posisi sudut jalan umum, maka pemilik akan ditimpa musibah karena banyak dilintasi energi negatif”.

2. Tentang Santet:

Memakai bahan kulit Harimau, Tanah Kuburan dari Pusara yg baru satu hari, kulit Musang, Tali Pengikat Senjata Tajam, Buah Enau yg berjatuhan dan Pucuk kain Pangulu Balang. Semua Bahan disatukan dan dimasukkan kedalam Labu Muda sebagian, dan sebagian disatukan dengan kulit Harimau serta sebagian untuk bahan taburan. Lalu Manterai dan kemudian disemburkan pada bahan kulit Harimau dan Labu Muda: “surung maho botara ni pangulu balang nina gurunghu, pangulu balang ni pagar pangorom, amani si porhas manoro, inani si porhas manoro botara porhas manoro, surung porhas manoro dihosah ni musuhu…., surung bunuh ni…..surung ma ho botara pangulu balang nina gurunghu”

3. Tentang Pelet:

Salah satu cara pelet dengan ramuan yaitu menggunakan bahan yang melekat pada kayu, yang melekat pada batu, yang melekat di pohon enau, pada lumpang, serta segala sesuatu yang bersifat lengket. Seluruh bahan digiling halus.Pustaha Laklak memakai bahasa dan Aksara Batak. Aksara Batak yang mempunyai ciri-ciri tersendiri antara Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak,  andailing/Angkola (di Simalungun disebut Puang ni Surat Sapuluh Siah krn berjumlah 19 huruf) seperti didlm gambar diatas tampak 19 huruf Simalungun itu yaitu: A, Ha, Ba, Pa, Na, Wa, Ga, Ja, Da, Ra, Ma, Ta, Sa, Ya, Nga, La, I, U dan Nya. Untuk membentuk menjadi satu kata, terkadang dibutuhkan pangolat ( anak huruf sebagai tanda baca), seperti dlm contoh: kata “Ki Sawung”, dibutuhkan huruf Ha (bs bermakna Ka), huruf Sa, Wa dan Nga. Huruf Ha diberi anak huruf agar berbunyi Ki, Sa tetap, huruf Wa dan Nga diberi anak huruf kemudian di gabungkan karena bersuku kata sama sehingga berbunyi WUNG.Dalam Pustaha laklak Simalungun No. 252, ada Tabas (mantra) yang menggunakan Bahasa Huruf, begini bunyi mantranya: “A, Ha, Ba, Pa, Na, Wa, Ga, Ja, Da, Ra, Ma, Ta, Sa, Ya, Nga, La, I, U, Nya, harannya hita sabapa sainang sanawa, nini pormula jadi ni surat sapulu siyah, samula, sumili yah na ho begu, sumala sumili, yah ho aji ni halak. Borkat ma hamu Guru Sinalisi, na miyan Naibata diyatas, borkat mahamu Guru Siniyaman, na miyan Naibata ditongah, borkat ma hamu Guru Mangontang Dunia, na miyan Naibata ditoruh, harannya ham na mampogang hanami manusiya, pogang begu, pogang aji ni halak, iya ma tuwanku jungjunganku”. Mantera ini untuk menjauhkan kejahatan dan guna-guna.

Diyakini, Aksara Simalungun ini memiliki pemimpin-pemimpin gaib, dalam pustaha laklak diterangkan nama – nama pemimpin2 gaibnya yaitu: RAJA I DABIYA, TUAN DIBORAKU, ASAL NABU, SITUNAGORI, TUWAN NABI ALLI, ALAM SADIYA, ALAM SADIA SAH, ALAM JAHARI, TUWAN MARJANDIHI, RAJA SIPORAT NANGGAR, RAJA ENDAH DUNIYA, RAJA DI PUSUK SUNGEI, TUWAN NABI ALI MUHAMMAD, TUWAN SI NAHAR NANGKIR, OMPUNG ANGLAH TAALA, PUWANG AJI BORAIL. Bagi murid-murid yang belajar dunia spiritual Simalungun, dianjurkan untuk menghormati pimpinan-pimpinan gaib dari abjad diatas, dengan ritual khusus yg menyediakan sesaji berupa Ayam Merah yang disusun diatas daun dan diletakkan di tikar yang masih baru, sira pege yaitu cocolan garam, lada dan jahe 7 iris, bunga kembang sepatu 7 tangkai. Semua bahan ini dilingkari dengan benang putih. Masih dalam pustaha laklak, bahan diatas dilengkapi dengan nira, air, rudang, minyak saloh, beras sangrai yang dibuat tepung, 19 lembar sirih, kue nitak (tepung beras dicampur gula aren) serta huruf-huruf yang telah disediakan. Seluruh murid mengelilingi tikar tempat sesaji dan huruf yang diletakkan, lalu sang guru membacai mantra:


“Borkat ma hamu RAJA I DABIYA, Borkat ma hamu TUAN DIBORAKU, Borkat ma hamu ASAL NABU, Borkat ma hamu SITUNAGORI, Borkat ma hamu TUWAN NABI ALLI, Borkat ma hamu si ALAM SADIYA, Borkat ma hamu si ALAM SADIA SAH, Borkat ma hamu si ALAM JAHARI, Borkat ma hamu TUWAN MARJANDIHI, Borkat ma hamu RAJA SIPORAT NANGGAR, Borkat ma hamu RAJA ENDAH DUNIYA, Borkat ma hamu RAJA DI PUSUK SUNGEI, Borkat ma hamu TUWAN NABI ALI MUHAMMAD, Borkat ma hamu TUWAN SI NAHAR NANGKIR, Borkat ma hamu OMPUNG ANGLAH TAALA, Borkat ma hamu PUWANG AJI BORAIL, harannya ham Puwang ni Surat Sapuluh Siyah, na mannaikhon hosah, iya Tuwanku Jungjunganku” .Lalu murid disuruh memilih huruf yang disukainya secara intuitif. huruf inilah yang bisa dijadikannya sebagai washilah berupa jimat dan sebagainya untuk menyatukan diri dengan alam gaib. huruf yang dipilih bisa di jadikan mantra handalan. Dalam Pustaha Laklak No. 3055, ada beberapa mantra yang digunakan dengan membaca huruf yang dipilih tadi, membacanya dengan mandoding yaitu bersenandung; misalnya untuk Pagar Pertahanan.

Di dalam pustaha laklak juga banyak memuat rajah-rajah untuk kepentingan ritual supranatural. di attech file ada beberapa contoh rajah yang bisa dipergunakan, yaitu: pada gambar (a), (b) & © adalah merupakan rajah pulungan ni bulung-bulung tawar atau ramuan daun-daun tawar yang saya kutip dari Pustaha Laklak Simalungun No. 252 dan No. 680. Rajah (a) berfungsi untuk menyerang paranormal yang membuat seseorang lama berumah tangga, Rajah (b) untuk meminta bantuan gaib Tuan Sordibanua, Rajah  ditulis di daun kincung untuk penghukum dan sekaligus bisa untuk pengasih, sedang Rajah (d) yang saya kutip dari Pustaha Laklak Simalungun No. 3055 adalah berfungsi untuk santet.

Disamping memuat hal ikhwal Supranatural dan pengobatan, Pustaha Laklak juga memuat hal lain; seperti Pustaha simalungun “Parpadanan na Bolag” yang mengisahkan asal usul marga Damanik sebagai Penguasa Dinasti Nagur. Pustaha ini mungkin saja ditulis oleh pejabat kerajaan atau bisa saja ditulis orang luar kerajaan pada masa atau akhir keruntuhan kerajaan pada penghujung abad XIV, kesemuanya bertujuan Habonaron do Bona yaitu Kebenaranlah yang mesti ditegakkan. Demikian selayang pandang tentang Pustaha Laklak.

Naskah Kuno inilah yang disebut PUSTAHA LAKLAK dengan memakai aksara batak dengan tahun penulisannya tidak diketahui.Didalam Pustaha Laklak memuat banyak aturan yang tentunya bernorma pada kepercayaan Sipelebegu dan sebagainya yang merupakan kepercayaan asli Orang Batak. Kepercayaan Orang Batak meyakini adanya Kausa Prima berupa Debata (Naibata menurut Dialek Simalungun, yang mungkin saja sama dengan Dewata) dengan meyakini adanya 3 Dimensi Alam yaitu Banua Ginjang yaitu Dimensi Ilahiah , Banua Tongah yaitu Dimensi Korelasi Insani & Makhluk Hidup lainnya serta Banua Toru(h)yaitu Dimensi Spiritual. Ketiganya tersimbol dalam Tondi (tonduy menurut dialek simalungun; merupakan spirit of the spirits), Sahala (merupakan power of the powers) dan Begu ( merupakan simbol kegaiban)Pustaha Laklak banyak memuat aturan-aturan mengenai mobilitas orang batak masa itu; kita ambil contoh saja mengenai Keparanormalan dan Pengobatan Tradisi.Dalam kajian saya mengenai Pustaha Laklak Simalungun, sebagian besar membahas dunia metafisis ala Simalungun seperti Tabas-tabas (mantera – mantera), Takkal ni Bisa ( Penawar Racun/santet dan tata cara meracun/santet), Pulungan (Jamu-jamuan), Panjahaion Ompak ni Ipon (Pelajaran Memprediksi dgn serpihan gigi), Panjahaion Parsopoan (Pelajaran Fengshui ala simalungun), Rajah, hari baik dan sebagainya.

Disini saya menukil hanya sekelumit contoh tentang isi Pustaha Laklak simalungun, misalnya:

1. Tentang Fengshui:

“Jaha sopo iholang-holang batang-batang sada, janah abing reben i desa otara Rohma naosuman bani oppungni sopou, matean oppung ni sopo ale amang datu.Jaha sopou ipajongjong bani suhi-suhi dalan nabolon topat bani topi dalan, rohma nasosuman bani oppunganni sopou inon. Buei marsilaosan begu monggop bani sopou inon, matean oppungni sopou inon”.

kira-kira bermakna:

“Jika sebuah bangunan didirikan diapit balok besar, satu diantara balok terletak pada kemiringan disebelah utara bangunan, pemiliknya tidak akan berhoki.Jika bangunan ditepi jalan raya pada posisi sudut jalan umum, maka pemilik akan ditimpa musibah karena banyak dilintasi energi negatif”.

2. Tentang Santet:

Memakai bahan kulit Harimau, Tanah Kuburan dari Pusara yg baru satu hari, kulit Musang, Tali Pengikat Senjata Tajam, Buah Enau yg berjatuhan dan Pucuk kain Pangulu Balang. Semua Bahan disatukan dan dimasukkan kedalam Labu Muda sebagian, dan sebagian disatukan dengan kulit Harimau serta sebagian untuk bahan taburan. Lalu Manterai dan kemudian disemburkan pada bahan kulit Harimau dan Labu Muda: “surung maho botara ni pangulu balang nina gurunghu, pangulu balang ni pagar pangorom, amani si porhas manoro, inani si porhas manoro botara porhas manoro, surung porhas manoro dihosah ni musuhu…., surung bunuh ni…..surung ma ho botara pangulu balang nina gurunghu”

3. Tentang Pelet:

Salah satu cara pelet dengan ramuan yaitu menggunakan bahan yang melekat pada kayu, yang melekat pada batu, yang melekat di pohon enau, pada lumpang, serta segala sesuatu yang bersifat lengket. Seluruh bahan digiling halus.Pustaha Laklak memakai bahasa dan Aksara Batak. Aksara Batak yang mempunyai ciri-ciri tersendiri antara Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak,  andailing/Angkola (di Simalungun disebut Puang ni Surat Sapuluh Siah krn berjumlah 19 huruf) seperti didlm gambar diatas tampak 19 huruf Simalungun itu yaitu: A, Ha, Ba, Pa, Na, Wa, Ga, Ja, Da, Ra, Ma, Ta, Sa, Ya, Nga, La, I, U dan Nya. Untuk membentuk menjadi satu kata, terkadang dibutuhkan pangolat ( anak huruf sebagai tanda baca), seperti dlm contoh: kata “Ki Sawung”, dibutuhkan huruf Ha (bs bermakna Ka), huruf Sa, Wa dan Nga. Huruf Ha diberi anak huruf agar berbunyi Ki, Sa tetap, huruf Wa dan Nga diberi anak huruf kemudian di gabungkan karena bersuku kata sama sehingga berbunyi WUNG.Dalam Pustaha laklak Simalungun No. 252, ada Tabas (mantra) yang menggunakan Bahasa Huruf, begini bunyi mantranya: “A, Ha, Ba, Pa, Na, Wa, Ga, Ja, Da, Ra, Ma, Ta, Sa, Ya, Nga, La, I, U, Nya, harannya hita sabapa sainang sanawa, nini pormula jadi ni surat sapulu siyah, samula, sumili yah na ho begu, sumala sumili, yah ho aji ni halak. Borkat ma hamu Guru Sinalisi, na miyan Naibata diyatas, borkat mahamu Guru Siniyaman, na miyan Naibata ditongah, borkat ma hamu Guru Mangontang Dunia, na miyan Naibata ditoruh, harannya ham na mampogang hanami manusiya, pogang begu, pogang aji ni halak, iya ma tuwanku jungjunganku”. Mantera ini untuk menjauhkan kejahatan dan guna-guna.

Diyakini, Aksara Simalungun ini memiliki pemimpin-pemimpin gaib, dalam pustaha laklak diterangkan nama – nama pemimpin2 gaibnya yaitu: RAJA I DABIYA, TUAN DIBORAKU, ASAL NABU, SITUNAGORI, TUWAN NABI ALLI, ALAM SADIYA, ALAM SADIA SAH, ALAM JAHARI, TUWAN MARJANDIHI, RAJA SIPORAT NANGGAR, RAJA ENDAH DUNIYA, RAJA DI PUSUK SUNGEI, TUWAN NABI ALI MUHAMMAD, TUWAN SI NAHAR NANGKIR, OMPUNG ANGLAH TAALA, PUWANG AJI BORAIL. Bagi murid-murid yang belajar dunia spiritual Simalungun, dianjurkan untuk menghormati pimpinan-pimpinan gaib dari abjad diatas, dengan ritual khusus yg menyediakan sesaji berupa Ayam Merah yang disusun diatas daun dan diletakkan di tikar yang masih baru, sira pege yaitu cocolan garam, lada dan jahe 7 iris, bunga kembang sepatu 7 tangkai. Semua bahan ini dilingkari dengan benang putih. Masih dalam pustaha laklak, bahan diatas dilengkapi dengan nira, air, rudang, minyak saloh, beras sangrai yang dibuat tepung, 19 lembar sirih, kue nitak (tepung beras dicampur gula aren) serta huruf-huruf yang telah disediakan. Seluruh murid mengelilingi tikar tempat sesaji dan huruf yang diletakkan, lalu sang guru membacai mantra:


“Borkat ma hamu RAJA I DABIYA, Borkat ma hamu TUAN DIBORAKU, Borkat ma hamu ASAL NABU, Borkat ma hamu SITUNAGORI, Borkat ma hamu TUWAN NABI ALLI, Borkat ma hamu si ALAM SADIYA, Borkat ma hamu si ALAM SADIA SAH, Borkat ma hamu si ALAM JAHARI, Borkat ma hamu TUWAN MARJANDIHI, Borkat ma hamu RAJA SIPORAT NANGGAR, Borkat ma hamu RAJA ENDAH DUNIYA, Borkat ma hamu RAJA DI PUSUK SUNGEI, Borkat ma hamu TUWAN NABI ALI MUHAMMAD, Borkat ma hamu TUWAN SI NAHAR NANGKIR, Borkat ma hamu OMPUNG ANGLAH TAALA, Borkat ma hamu PUWANG AJI BORAIL, harannya ham Puwang ni Surat Sapuluh Siyah, na mannaikhon hosah, iya Tuwanku Jungjunganku” .Lalu murid disuruh memilih huruf yang disukainya secara intuitif. huruf inilah yang bisa dijadikannya sebagai washilah berupa jimat dan sebagainya untuk menyatukan diri dengan alam gaib. huruf yang dipilih bisa di jadikan mantra handalan. Dalam Pustaha Laklak No. 3055, ada beberapa mantra yang digunakan dengan membaca huruf yang dipilih tadi, membacanya dengan mandoding yaitu bersenandung; misalnya untuk Pagar Pertahanan.

Di dalam pustaha laklak juga banyak memuat rajah-rajah untuk kepentingan ritual supranatural. di attech file ada beberapa contoh rajah yang bisa dipergunakan, yaitu: pada gambar (a), (b) & © adalah merupakan rajah pulungan ni bulung-bulung tawar atau ramuan daun-daun tawar yang saya kutip dari Pustaha Laklak Simalungun No. 252 dan No. 680. Rajah (a) berfungsi untuk menyerang paranormal yang membuat seseorang lama berumah tangga, Rajah (b) untuk meminta bantuan gaib Tuan Sordibanua, Rajah  ditulis di daun kincung untuk penghukum dan sekaligus bisa untuk pengasih, sedang Rajah (d) yang saya kutip dari Pustaha Laklak Simalungun No. 3055 adalah berfungsi untuk santet.

Disamping memuat hal ikhwal Supranatural dan pengobatan, Pustaha Laklak juga memuat hal lain; seperti Pustaha simalungun “Parpadanan na Bolag” yang mengisahkan asal usul marga Damanik sebagai Penguasa Dinasti Nagur. Pustaha ini mungkin saja ditulis oleh pejabat kerajaan atau bisa saja ditulis orang luar kerajaan pada masa atau akhir keruntuhan kerajaan pada penghujung abad XIV, kesemuanya bertujuan Habonaron do Bona yaitu Kebenaranlah yang mesti ditegakkan. Demikian selayang pandang tentang Pustaha Laklak.

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline