Prasasti Padang Roco berangka tahun 1208 Saka atau 1286 M ditemukan di dekat sungai Batanghari, kompleks percandian Padangroco, Nagari Siguntur, Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Nama ‘Padang Roco’ berasal dari lokasi ia ditemukan, yaitu lapangan patung/arca (Padang = lapangan; roco = arca/murti, lambang dewa Hindu-Buddha).
Prasasti ini ditemukan pada tahun 1911 di dekat sungai Batanghari dan ditulis di empat sisi batu berbentuk persegi panjang yang dijadikan sebagai lapik/alas arca Paduka Amoghapasa. Di bagian belakang arca juga terdapat prasasti lain, yaitu prasasti Amoghapasa. Kedua prasasti ini menggunakan huruf Jawa Kuno serta dua bahasa (Sansekerta dan Melayu Kuno). Baik arca maupun alas arca disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan kode D. 198-6468 bagi bagian alas atau Prasasti Padang Roco dan kode D. 198-6469 bagi bagian arca.
Prasasti ini dibuat pada periode kerajaan Singasari di Jawa dan Kerajaan Melayu Dharmasraya di Sumatera. Menurut penerjamahan Prof. Slamet Muljana, pada prasasti ini tertulis bahwa pada tahun 1208 Saka, atas perintah Kertanegara, raja Singasari, sebuah patung Amoghapasa Lokeshvara dibawa dari Bhumijawa (pulau Jawa) ke Svarnabhumi (pulau Sumatera) dalam Ekspedisi Pamalayu untuk diletakkan di Dharmasraya sehingga diharapkan hadiah persahabatan ini membuat senang rakyat Svarnabhumi dan rajanya, Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa.
Pada tahun 1347 M, raja Melayu pada saat itu, Adityawarman, menuliskan sesuatu di bagian belakang arca. Tulisan itu kini dikenal sebagai Prasasti Amoghapasa. Ia juga memindahkan arca Amoghapasa ke situs Rambahan dekat Sungai Langsat, sementara prasasti Padang Roco tetap ada di daerah Padang Roco, sehingga kedua artefak ini ditemukan di dua tempat berbeda.
#OSKMITB2018
            Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
                    
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
                    
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
                    
            aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
                    
            Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang