PRASASTI LUITAN (823 saka atau 901 M). Bahan : Tembaga Periodisasi : 901 Masehi Asal : Cilacap.
Prasasti Luitan berangka tahun 823 saka atau 901 M. Prasasti yang diketemukan pada tahun 1976 di Cilacap ini memuat suatu masalah sosial dari satu kelompok masyarakat, yaitu proses pengenaan pajak atas tanah yang tidak benar. Jaman dulu, masalah yang sering dijumpai adalah manipulasi pengukuran oleh petugas pajak. Seorang petani, protes kepada petugas pajak terhadap perhitungan luas tanah yang dimilikinya. Menurut si pejabat pajak, luas tanahnya adalah 40 Ãâý tampah (ukuran tanah pada masa itu). Karena setiap tampah dikenakan pajak 6 dharana, si petani harus membayar 40 Ãâý tampah x 6 dharana = 243 dharana. Namun setelah diukur ulang oleh pejabat pajak yang lain, luas tanah si petani hanya 27 tampah. Rupanya tampah yang digunakan petugas pajak pertama berukuran lebih kecil, kira-kira 2/3 daripada ukuran yang sesungguhnya. Otomatis saja luas tanahnya membengkak. Sedangkan tampah yang digunakan petugas kedua, benar-benar berukuran asli. Karena kejelian si petani, maka dia berhasil menyelamatkan hartanya dari kecurangan si aparat pajak sebesar 13 Ãâý tampah x 6 dharana = 81 dharana.
Catatan:
a. Beberapa ukuran luas tanah yang dikenal masa ini : 1. Tampah adalah satuan ukuran luas, setara dengan 6.750 - 7.680 meter persegi. 2. Lamwit = 20 tampah. 3. Iii. Depa = jarak dua ujung tangan yang direntangkan (sekitar 1,6-2 meter) 4. Depa Sihwa/Raja, jarak ujung dua tangan raja yang direntangkan = 1,5 Depa 5. Hasta, jarak antara siku dengan ujung jari (antara 40 - 60 centimeter)
b. Satuan mata uang yang berlaku pada masa ini: 1. Suwarna, mata uang berupa logam emas seberat 2,5 gram emas; 2. Dharana, mata uang berupa logam perak setara dengan 2,5 gram perak; 3. Tahil, mata uang emas atau perak, istilah tahil merujuk kepada tael Cina. 4. Banyak standar massa tael yang berbeda-beda bergantung pada wilayah atau jenis perdagangan. Secara umum, tael perak bermassa kira-kira 40 gram. Tepatnya 1,2 troy ons atau 36,7 gram perak tidak murni. 5. Atak atau Satak, setara dengan 1,2 gram emas, sering disebut atau Ãâý Masa; 6. Picis. Terbuat dari Tembaga, sebagai satuan mata uang terendah. Biasanya digunakan untuk pembayaran pajak, denda-denda khusus. 7. Masa atau Samasa. 8. Kupang 9. Tali 10. Laksa atau Selaksa 11. Keti atau Saketi.
c. Konversi:
1 Satak = 200 Picis 1 Masa = 400 Picis 2 Masa = 800 Picis = 1 Domas 1 Kupang = Ãâü Masa atau 1 Saga setara dengan 0,6 Gram emas 1 Kupang = 100 Picis 1 Tali = 1.000 Picis 1 Laksa = 10.000 Picis 1 Keti = 100.000 Picis.
Sumber referensi : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang