Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Kuno dan Prasasti
Prasasti Jawa Timur Malang
Prasasti Dinoyo
- 12 April 2014
Prasasti Dinoyo bertarikh 682 Saka atau 760 Masehi, ditulis dengan aksara Jawa Kuno (Kawi) dan menggunakan bahasa Sansekerta, dengan candrasengkala “Nayana Vasu Rasa”. Prasasti ini ditemukan di dekat pasar Dinoyo lama (sekarang menjadi pertokoan), dan sekarang menjadi koleksi Museun Nasional Jakarta dengan nomor inventaris D.113. Meski sudah lama dijumpai penduduk sekitar, tetapi baru tahun 1916 dipublikasikan oleh Dr. F.D.K. Bosch dengan judul “De Sanskrit-Inscriptie op den Steen van Dinaya”.
Prasasti Dinoyo ini terpahatkan pada batu andesit dengan tinggi 1,10 meter, yang pada waktu ditemukan dalam keadaan pecah menjadi tiga bagian. Bagian terbesar berada di Dinoyo, sedangkan dua pecahan kecil lainnya ditemukan di Merjosari.
Prasasti ini ditulis oleh salah seorang cucu Raja Gajayana yang bernama Anana, dan isinya menurut Poerbatjaraka adalah sebagai berikut:
 
1.       âsîn narapatir dhîmân devasimhah pratâpavân yena guptâ purî bhâtî putikeçvara-pâvitâ
2.       liÅŸvo’pi tanayas tasya gajayâna iti smÅ--tah rarakÅŸa svar-gate tâte puram kâñjuruhan mahat
3.       liÅŸvasya duhitâ jajñe pradaputrasya bhupateh uttejeneti mahiÅŸi jananîyasya dhîmatah
4.       anandanah kalaçaje baghavatyagastye bhakto dvijati-hita kÅ--tgajayâna---, pauraih sanâyaka ganaih samakârayat tat ramyam maharÅŸi-bhavanam valahâjiribhyah,
5.       pÈ--rvaih krtâm tu suradâru-mayim samîksya kîrtipriyah kalaçaya-pratimâm manasvîâjñâpya çilpinam aram sa ca dîrghadarçi kÅ--ÅŸnâdbhutopala-mayim nÅ--patiç cakâra
6.       râjñâgastyaç çakâbde nayana-vasu-rase margaçirse ca mâse ardrarksye çukra-vâre pratipada-divase pakÅŸa-sandhau dhruve ca, Å--tvigbhir vedavidbhir yativara-sahitais sthâpakâdyaih sapauraih karmajñaih kumbhalagne sudÅ--dha-matimatâ sthâpitah kumbhayonih,
7.       kÅŸetram gâvah supuÅŸtâ mahiÅŸa-ganayutâ dâsa-dâsi purogâh, dattâ rajñâ maharÅŸi-pravara-caru-havis-snâna-sammârjanâdi-vyâpârârtham dvijânâm bhavanam api mahad danturam câdbhutam ca viçrambhâyâtithinâm yava-yavika-çayya-cchâdanaih suprayuktam
8.       ye bândhavâh nÅ--pasutâç ca samantrimukhyâh dattau nÅ--pasya yadi te pratikÈ--lacittâh, nâstikyah-dosa-kutilâ narake pateyuh, nâmutra neha ca gatim paranam labhante,
9.       vamçyâ nÅ--pasya rucitâ yadi datti-vÅ--ddhau âstikya-çuddha-matayah kÅ--ta-vipra-pujâh dânâdya-punya-yajanâd dhyayanâdi-çîlâh rakÅŸantu râjyam atulam nÅ--patir yatahivam

Alihbahasa ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
 
1.       ada seorang raja bijaksana dan sangat sakti, sang Dewasimha namanya. Ia menjaga kratonnya yang berkilau-kilauan disucikan oleh api sang Putikecwara (yakni sang Siwa)
2.       ananda ialah sang Liswa namanya, yang juga terkenal dengan nama sang Gajayana. Setelah ramanda pulang kembali ke swarga, maka sang Liswa-lah yang menjaga kratonnya yang besar, bernama Kanjuruhan
3.       sang Liswa melahirkan seorang putri, yang oleh ramanda sang raja diberi nama sang Uttejena, seorang putri kerajaan, yang hendak meneruskan keluarga ramanda yang bijaksana itu
4.       sang raja Gajayana, yang memberi ketentraman kepada sekalian para brahmana dan dicinta oleh rakyatnya, ialah bakti kepada yang mulia sang Agastya. Dengan sekalian pembesar negeri dan penduduknya ia membuat tempat (candi) sangat bagus bagi sang maharesi (Agastya) untuk membinasakan penyakit yang menghilangkan kekuatan (semangat)
5.       setelah ia melihat arca sang Agastya yang dibuat dari kayu cendana oleh nenek moyangnya, maka raja yang murah hati dan pencinta kemashuran ini memerintah kepada pelukis yang pandai untuk membuat (arca sang Agastya) dari batu hitam yang elok, supaya ia selalu dapat melihatnya
6.       atas perintah sang raja yang sangat teguh budinya ini, maka (arca) sang Agastya yang juga bernama Kumbayoni didirikan (dengan upacara dan selamatan besar) oleh para ahli rigweda, para ahli weda lain-lainnya, para brahmana besar, para pandita yang terkemuka dan para penduduk negeri yang ahli kepandaian lain-lainnya, pada tahun nayana-vasu-rasa (682) saka, bula margacirsa, hari jumat tanggal satu paro petang
7.       dihadiahkan pula oleh sang raja sebagian tanah dengan sapi yang gemuk-gemuk serta sejumlah kerbau, dengan beberapa orang budak lelaki dan perempuan, dan segala keperluan hidup pada pandita yang terkemuka, seperti sabun, pemandian, bahan untuk selamatan dan saji-sajian, juga sebuah rumah besar yang sangat penuh (perabotan) untuk penginapan para brahmana dan tamu dengan disediakan pakaian, tempat tidur, padi, jemawut, dan lain-lain
8.       manakala ada keluarga (kerajaan) atau anak raja dan sekalian para pembesar negeri bermaksud melanggar atau berbuat jahat, berdosa tidak mengindahkan (peraturan) hadiah sang raja ini, moga-moga mereka jatuh ke dalam neraka, janganlah mereka mendapat nasih yang mulia, baik dalam akhirat maupun dalam dunia ini
9.       (sebaliknya) manakala keluarga sang raja yang girang akan terkembangnya hadiah itu, mengindahkannya dengan pikiran yang suci, melakukan penghormatan kepada para brahmana, dan bertabiat ibadah, maka karena berkat selamatan, kebaikan dan kemurahan itu haraplah mereka menjaga kerajaan yang tak berbandingan ini, seperti sang raja menjaganya.
 
Kepustakaan:
Rully Dwi Oktavianto dkk., Kajian Historis tentang Candi Badut di Kabupaten Malang, dalam Jurnal Pancaran, Vol. 2, No. 4, November 2013: 196-208
Candi Badut Documentary Board
 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline