Naskah Pustakaraja merupakan koleksi dari beberapa perpustakaan di Indonesia maupun luar Indonesia. Perpustakaan yang memiliki koleksi ini antara lain: Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Sonobudoyo dan Perpustakaan Universitas Leiden. Serat Pustakaraja berasal dari Surakarta di tulis oleh Rangga Warsita seorang pujangga abad ke 18-19. Naskah tersebut merupakan buah pemikiran Rangga Warsita mengenai dongeng, ramalan di masa yang akan datang, legenda, dan segala hal mengenai kehidupan Jawa. Seperti yang ditulis pada Literature of Java, di masanya Serat ini bisa dianggap sebagai ensiklopedi Jawa. Saat itu karya tersebut sangat dihargai oleh para sastrawan Jawa. Pustakaraja memuat cerita carangan dari cerita Ramayana dan Mahabharata dalam versi Jawa. Berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa tertuang disini. Serat Pustaka Raja ditulis di Surakarta dan Yogyakarta antara 1884 dan 1892.
Naskah Pustakaraja telah dicatat dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara, jilid 3-1A, Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Naskah ini berupa naskah salinan dari naskah milik Bandara Raden Mas Mayor Arya Danuwinata di Surakarta. Salinan tersebut diproduksi pada tahun 1905 oleh abdi dalem carik prajurit atas prakarsa R.T. PrawiranagaraIV. Teks ini dimikrofilmkan dengan nomor Rol 115.01. Nomor panggil dalam naskah ini adalah CT 16 dengan kode katalog CH.35. Jumlah halaman 401 berukuran 21 x 33,5 setiap halaman terdiri dari 19 baris. Teks ini berupa macapat.
Sampul naskah Pustakaraja berukuran 21 x 34 cm terbuat dari karton tebal dilapisi kertas berwarna cokelat dan sampul plastik bening. Pada bagian punggung naskah terdapat kertas kecil berwarna putih tertulis aksara Jawa yang sukar terbaca karena sudah buram.
Kondisi jilidan pada naskah ini sudah rusak. Lembar depan terdapat kelopak yang sudah lepas dari jilidannya, namun bagian lainnya masih tergabung dengan baik. Pada kelopak depan ditemukan tulisan yang keterangannya antara lain “Prabu Kusumawicitra akan kawin dengan dewi Daruki, putera ajar kapiwara dari Banyuwangi, hingga moksasnya Resi Konwa”. Diperkirakan tulisan tersebut merupakan isi dari naskah ini.
Kertas yang digunakan pada naskah ini merupakan kertas HVS folio yang warnanya telah cokelat kekuning kuningan. Disetiap rekto halaman sebelah kiri naskah terdapat tulisan cetak yaitu : “DNF. R. M. H. Danoewinoto. Majoor der Infanterie kraton Soerakarta”.
Teks ditulis menggunakan aksara jawa, dengan tinta berwarna hitam. Ukuran blok teks 15 x 28 cm dibingkai garis persegi bertinta hitam. bagian tengah atas jilidan naskah sedikit rusak seperti dimakan ngengat. Setiap ganti pupuh ditandai dengan gambar daun. Ada tulisan tangan menggunakan pensil berisi angka nomor halaman di rekto naskah. Antara halaman 23-24 tidak diberi nomor halaman. Setiap kalimat ditandai dengan nomor bertinta hitam yang berada di sebelah kanan teks.
Secara umum kondisi fisik naskah cukup baik, tulisan yang terdapat dalam naskah juga masih bisa dibaca, walaupun ada beberapa halaman yang tintanya tembus. Pada bagian belakang terdapat kelopak tanpa tulisan sebanyak tujuh lembar.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.