Candi Panataran merupakan salah satu kompleks candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang terdapat di Jawa Timur. Kompleks Candi Panataran terletak di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut, tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Lokasi ini mudah untuk diakses karena terletak di dekat jalan menuju Makam Proklamator Republik Indonesia, Bung Karno.
Candi Panataran pertama kali ditemukan pada tahun 1815 oleh Sir Thomas Stamfort Raffles (1781 – 1826), ketika sedang mengadakan kunjungan ke Candi Panataran bersama dengan Dr. Horsfield, seorang ahli Ilmu Alam. Hasil kunjungan tersebut dicatat dalam bukunya, ”History of Java” yang terbit dalam dua jilid. Selanjutnya penelitian terhadap candi ini juga dilakukan para peneliti, seperti J. Crawford, seorang asisten residen di Yogyakarta; van Meeteren Brouwer (1828); Junghun (1844); Van Heekeren (1848); Jonathan Rigg (1848); dan N.W. Hoepermans (1866); Andre de la Porte dan J. Knebel (1867); J.L.A. Brandes (1887); dan NJ. Krom (1921).
Setelah berdirinya Oudheidkundige Dienst (Jawatan Purbakala) pada tahun 1913 yang menangani urusan kepurbakalaan di Indonesia, maka penanganan atas candi ini menjadi lebih intensif. Hingga saat ini pelestarian Candi Panataran dan candi-candi lainnya di wilayah Jawa Timur ditangani oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur yang berkantor di Trowulan, Mojokerto. Bentuk pelestarian yang telah dilakukan pada candi Panataran antara lain Studi Teknis Arkeologis (1993/1994), pemugaran Bale Agung (1994), dan perkuatan bagian kaki tingkat III Candi Induk (2000 dan 2001).
Bangunan ini menempati areal seluas 13.560 meter persegi yang terbagi menjadi tiga halaman. Pembagian ruang ini menyerupai pembagian ruang pada bangunan suci di Bali. Bangunan utama terletak pada bagian yang terdalam. Bangunan yang terdapat dalam kompleks Candi Panataran ini antara lain:
Arca dwarapala
	- Halaman I :
	1. Sepasang arca Dwarapala pada pintu masuk halaman I yang memiliki angka tahun 1242 Saka (1320 Masehi)
	2. Dua batur pendopo tanpa atap yang berukuran besar
	3. Candi Angka Tahun yang berinskripsi angka tahun 1291
	Saka (1369 Masehi)
	4. Sepasang miniatur candi
	- Halaman II :
	1. Dua batur pendopo
	2. Sepasang arca Dwarapala
	3. Candi Naga
- Halaman II : Candi Induk Panataran (pada restorasi tahun 1917 telah berhasil merekonstruksi bagian tubuh candi yang hingga saat ini diletakkan di sebelah candi induk ini).
Candi Naga
Komplek Candi Panataran dibangun, digunakan, dan dihormati oleh raja-raja dari tiga kerajaan yang berbeda masa selama kurang lebih 250 tahun, yaitu masa Kadiri, Singasari, dan Majapahit. Prasasti Palah yang berangka tahun 1119 Saka (1197 Masehi), ditulis oleh Raja Srengga atau Kertajaya, raja terakhir Kerajaan Kadiri/Daha, menyebutkan bahwa dahulu raja melakukan ritual kepada Bhatara di Palah setiap hari. Dengan demikian dapat diketahui bahwa nama asli dari Candi Panataran adalah Palah. Nama Palah juga dijumpai di dalam Kakawin Nagarakrtagama (yang ditulis oleh Prapanca 1365 Masehi), yaitu pada pupuh 61 bait 2 yang mengisahkan perjalanan kembali Hayam Wuruk ke Palah pada tahun 1361 M. Angka tahun termuda dijumpai pada kolam petirtaan berangka tahun 1337 Saka (1415 Masehi) yang terletak di sebelah tenggara kompleks candi.
	Candi Angka Tahun
	
	Candi ini tidak hanya penting pada masa lalu, tetapi hingga saat ini kita masih dapat memetik pesan moral yang tercermin dari relief cerita yang sangat kaya dan beragam. Beberapa relief cerita pada bangunan di Kompleks Candi Panataran yang dapat kita teladani antara lain:
	• Sang Satyawan
	• Sri Tanjung
	• Bubuksah – Gagang Aking
	• Ramayana (Hanoman Duta)
	• Kresnayana
	• relief cerita binatang (Tantri Kamandaka).
	Dengan demikian marilah kita bersama menjaga warisan nenek moyang kita dan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.
 
            Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
 
                     
            aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
 
                     
            Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang
