×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Prasasti

Elemen Budaya

Naskah Kuno dan Prasasti

Provinsi

Jawa Timur

Candi Penataran

Tanggal 30 Dec 2014 oleh Prayogi .

Candi Panataran merupakan salah satu kompleks candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang terdapat di Jawa Timur. Kompleks Candi Panataran terletak di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut, tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Lokasi ini mudah untuk diakses karena terletak di dekat jalan menuju Makam Proklamator Republik Indonesia, Bung Karno.

Candi Panataran pertama kali ditemukan pada tahun 1815 oleh Sir Thomas Stamfort Raffles (1781 – 1826), ketika sedang mengadakan kunjungan ke Candi Panataran bersama dengan Dr. Horsfield, seorang ahli Ilmu Alam. Hasil kunjungan tersebut dicatat dalam bukunya, ”History of Java” yang terbit dalam dua jilid. Selanjutnya penelitian terhadap candi ini juga dilakukan para peneliti, seperti J. Crawford, seorang asisten residen di Yogyakarta; van Meeteren Brouwer (1828); Junghun (1844); Van Heekeren (1848); Jonathan Rigg (1848); dan N.W. Hoepermans (1866); Andre de la Porte dan J. Knebel (1867); J.L.A. Brandes (1887); dan NJ. Krom (1921).

Setelah berdirinya Oudheidkundige Dienst (Jawatan Purbakala) pada tahun 1913 yang menangani urusan kepurbakalaan di Indonesia, maka penanganan atas candi ini menjadi lebih intensif. Hingga saat ini pelestarian Candi Panataran dan candi-candi lainnya di wilayah Jawa Timur ditangani oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur yang berkantor di Trowulan, Mojokerto. Bentuk pelestarian yang telah dilakukan pada candi Panataran antara lain Studi Teknis Arkeologis (1993/1994), pemugaran Bale Agung (1994), dan perkuatan bagian kaki tingkat III Candi Induk (2000 dan 2001).

Bangunan ini menempati areal seluas 13.560 meter persegi yang terbagi menjadi tiga halaman. Pembagian ruang ini menyerupai pembagian ruang pada bangunan suci di Bali. Bangunan utama terletak pada bagian yang terdalam. Bangunan yang terdapat dalam kompleks Candi Panataran ini antara lain:

Arca dwarapala

- Halaman I :
1. Sepasang arca Dwarapala pada pintu masuk halaman I yang memiliki angka tahun 1242 Saka (1320 Masehi)
2. Dua batur pendopo tanpa atap yang berukuran besar
3. Candi Angka Tahun yang berinskripsi angka tahun 1291
Saka (1369 Masehi)
4. Sepasang miniatur candi

- Halaman II :
1. Dua batur pendopo
2. Sepasang arca Dwarapala
3. Candi Naga

- Halaman II : Candi Induk Panataran (pada restorasi tahun 1917 telah berhasil merekonstruksi bagian tubuh candi yang hingga saat ini diletakkan di sebelah candi induk ini).

Candi Naga

Komplek Candi Panataran dibangun, digunakan, dan dihormati oleh raja-raja dari tiga kerajaan yang berbeda masa selama kurang lebih 250 tahun, yaitu masa Kadiri, Singasari, dan Majapahit. Prasasti Palah yang berangka tahun 1119 Saka (1197 Masehi), ditulis oleh Raja Srengga atau Kertajaya, raja terakhir Kerajaan Kadiri/Daha, menyebutkan bahwa dahulu raja melakukan ritual kepada Bhatara di Palah setiap hari. Dengan demikian dapat diketahui bahwa nama asli dari Candi Panataran adalah Palah. Nama Palah juga dijumpai di dalam Kakawin Nagarakrtagama (yang ditulis oleh Prapanca 1365 Masehi), yaitu pada pupuh 61 bait 2 yang mengisahkan perjalanan kembali Hayam Wuruk ke Palah pada tahun 1361 M. Angka tahun termuda dijumpai pada kolam petirtaan berangka tahun 1337 Saka (1415 Masehi) yang terletak di sebelah tenggara kompleks candi.

Candi Angka Tahun

Candi ini tidak hanya penting pada masa lalu, tetapi hingga saat ini kita masih dapat memetik pesan moral yang tercermin dari relief cerita yang sangat kaya dan beragam. Beberapa relief cerita pada bangunan di Kompleks Candi Panataran yang dapat kita teladani antara lain:
• Sang Satyawan
• Sri Tanjung
• Bubuksah – Gagang Aking
• Ramayana (Hanoman Duta)
• Kresnayana
• relief cerita binatang (Tantri Kamandaka).
Dengan demikian marilah kita bersama menjaga warisan nenek moyang kita dan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...