“Nama-nama Pejuang Yang Gugur Pada Peristiwa Bojongkokosan”
“Orang yang tidak tahu sejarah, tidak akan mengerti hari ini, dan tidak memiliki konsep untuk masa depan” Itulah kutipan pernyataan Bapak R.H. Eddie Soekardi pelaku sejarah pada peristiwa Bojongkokosan .
Setiap tanggal 10 Nopember, di pelataran Museum Palagan Bojongkokosan yang berada di Jalan Siliwangi No. 75, Desa Bojongkokosan, Kecamatan Parungkuda, Sukabumi, biasa tiap tahunnya Pemda dan masyarakat kabupaten Sukabumi memperingati Hari Pahlawan di museum tersebut. Sebuah museum yang di bangun sebagai tanda penghargaan bagi para pahlawan yang gugur pada Peristiwa Bojongkokosan yang terjadi tanggal 9 Desember 1945, yaitu pertempuran antara para pejuang Sukabumi melawan tentara Inggris dan NICA.
Saya selaku orang Cibadak , terkesan dan kagum dengan para pejuang peristiwa Bojongkokosan , yang sewaktu duduk di SMP Tamansiswa Cibadak sempat di ceritakan kisah heroik perjuangannya , dan juga langsung mendengarkan serta melihat kisah perjuangan para pejuang bojongkokosan di museumnya. Sungguh membanggakan orang Sukabumi khususnya, umumnya orang Jawa Barat, ternyata Sukabumi memiliki pejuang-pejuang heroik yang tak kalah dengan daerah lain nya di Nusantara ini. Tapi sayangnya peristiwa tersebut yang merupakan perang besar belum tercatat dalam sejarah nasional bangsa ini. Buktinya di buku-buku pelajaran buat para siswa tidak ada yang secara spesifik menceritakan peristiwa Bojongkokosan.
“Album Kenangan Keluarga Saat berkunjung Ke Meseum Palagan Bojongkokosan”
Oleh karena itu, tidak heran bila sesepuh Tentara Siliwangi sempat menumpahkan rasa sesal. Peristiwa Bojongkokosan yang berlangsung 9 Desember 1945 belum dicatatkan dalam sejarah nasional. Padahal, perang itu sejajar dengan peristiwa 10 November di Surabaya.
Saya berpendapat selayaknya, peristiwa bojongkokosan mendapat perhatian dari pemerintah untuk di jadikan peristiwa sejarah secara nasional dan para pejuang peristiwa tersebut selayaknya di jadikan pahlawan nasional, kenapa tidak, coba kita simak kilas balik sejarah perjuangan peristiwa bojongkokosan yang saya dapatkan cerita dan alurnya sewaktu bekunjung ke museum Bojongkokosan yang di dalam museum tersebut terdapat 4 (empat) buah vitrin, baling-baling dan kaca jendela pesawat, serta foto nama –nama pahlawan yang gugur dalam Peristiwa Bojongkokosan, serta tujuh buah maket yang menggambarkan tentang peristiwa di Bojongkokosan, dari mulai penyusunan kekuatan para pejuang sampai pemakaman Jenazah para pahlawan.
Berikut kilas balik Peristiwa Bojongkokosan :
“Peristiwa heroik itu berawal dari berita yang diterima para pejuang Sukabumi di Pos Cigombong. Ada serombongan truk konvoi sekutu menuju Sukabumi. Mendengar berita itu, Kompi III pimpinan Kapten Murad dan laskar rakyat Sukabumi segera menduduki tempat pertahanan di pinggir (tebing) utara dan selatan jalan di Bojongkokosan.
Selepas salat Ashar, konvoi tentara sekutu datang dari arah Bogor. Mereka diperkuat dengan puluhan tank, panser wagon, dan truk berisi ribuan pasukan Gurkha. Konvoi itu masuk garis pertahanan TKR. Saat mendekati tebing Bojongkokosan, pejuang dan rakyat melepaskan tembakan. Pasukan TKR dan laskar rakyat melakukan penyerangan secara sporadis.
Menyadari ada serangan, pasukan sekutu bersenjatakan peralatan perang modern melakukan pembalasan. Mereka membombadir pertahanan pejuang dengan tank baja dan senapan mesin. Balasan serangan sekutu membuat pertahanan pejuang menjadi sasaran lesatan peluru dan mortir.
Para pejuang berhasil lolos setelah beberapa jam melakukan penyergapan. Mereka meloloskan diri dari serangan balasan setelah hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan itu.
Melihat pejuang berhasil lolos, pasukan sekutu marah dan menyerang dengan membabi buta. Karena tidak terima, pejuang dan laskar rakyat kembali melakukan penyerangan terhadap konvoi tentara sekutu yang diboncengi tentara Belanda.
Pertempuran kembali terjadi di sepanjang jalan Bojongkokosan hingga perbatasan Cianjur seperti Ungkrak, Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh hingga Degung. Perang juga meluas hingga lintasan Ngaweng, Cimahpardi, Pasekon, Sukaraja, hingga Gekbrong di perbatasan Sukabumi-Cianjur.
Tentara sekutu yang dalam perjalanan ke Bandung itu dibuat gentar. Akhirnya komandan sekutu mengajak berunding dengan pemimpin TKR dan pemerintah setempat. Diwakili Komadan Resimen III, Letnan Kolonel (Letkol) Edi Sukardi, akhirnya disetujuilah usulan gencatan senjata.
Hanya saja, gencatan senjata hanya berlangsung sehari. Tentara sekutu melakukan tindakan tidak terpuji. Tepat 10 Desember 1945, tentara sekutu kembali membombardir Kecamatan Cibadak. Pengeboman itu tercatat dalam majalah Belanda Fighting Cocks karangan Kolonel Doulton. Serangan pesawat-pesawat tempur itu bahkan tercatat sebagai yang terbesar sepanjang Perang Dunia II. Sekutu melakukan pengeboman udara setelah mengetahui puluhan tetaranya tewas di tangan pejuang dan rakyat”
Pada persitiwa itu, 73 pejuang gugur (nama-nama pejuang sebagian tercatat di museum bojongkokosan). Selama dua jam, para pehlawan gagah berani itu menyergap konvoi militer Inggris yang dikawal beberapa tank jenis Stuart. Konvoi dihadang pasukan Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Sukabumi. Tercatat, 50 orang pasukan sekutu (Inggris) meregang nyawa, 100 lainnya terluka, dan 30 tentara hilang.
Memang, banyak hal yang bisa dipelajari dari generasi pejuang di negeri ini, antara lain semangat berjuang, keikhlasan, keteguhan hati, semangat pantang menyerah, keberanian, tidak mengejar imbalan dan seterusnya. Kita generasi muda sekarang banyak berhutang kepada generasi pejuang. Generasi yang tidak membutuhkan pamrih, penghormatan, dan fasilitas Negara. Karena berjuang memang butuh kesabaran dan pengorbanan baik harta maupun jiwa raga.
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.