CATATAN SENI BUDAYA BETAWI
MENGHIDUPKAN KEMBALI DAN MELESTARIKAN KEBUDAYAAN WAYANG SI RONDA ASLI BETAWI
Mella Ekawati dan Sasmita Arya Puspaningrum SMA NEGERI 90 JAKARTA ekawatimella@gmail.com
Indonesia adalah Negara kepulauan yang terbesar di Dunia yang terdiri dari 17.499 pulau dari Sabang hingga Merauke (AgusSubandrio, 2015). Sekitar 2.342 pulau telah berpenghuni (Sudirman Saad, 2007). Dengan banyaknya pulau yang ada di Indonesia juga mempengaruhi keanekaragaman yang ada di Indonesia, salah satunya adalah keanekaragaman Budaya.
Keragaman Budaya atau dalam bahasa inggris disebut “Cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Menurut KBBI, keanekaragaman budaya di maknai sebagai proses, cara atau pembuatan menjadikan banyak macam ragamnya tentang kebudayaan yang sudah berkembang. Hal ini dimaksudkan bahwa kehidupan bermasyarakat memiliki corak kehidupan yang beragam dengan latar belakang kesukuan, agama, maupun ras yang berbeda-beda.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena masyarakatnya terdiri atas kumpulan orang-orang atau kelompok-kelompok dengan ciri khas kesukuan yang memiliki beragam budaya dengan latar belakang suku bangsa yang berbeda (Widiastuti, 2013). Maka keragaman budaya yang ada di Indonesia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Pada arus globalisasi yang semakin berkembang pesat diberbagai negara mulai ditemukannya teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi. Bagi Indonesia, proses globalisasi sangat berdampak pada pemikiran atau sistem nilai kehidupan di Indonesia (Nurhaidah, 2015). Terutama bagi keragaman budaya yang ada di Indonesia.
Salah satu dampak globalisasi terhadap keragaman budaya yaitu semakin mudahnya budaya barat masuk ke Indonesia melalui berbagai media, seperti internet, televisi, maupun media cetak. Ha lini membuktikan pada era globalisasi ini masyarakat Indonesia lebih tertarik mengikuti serta mempelajari budaya barat dibandingkan dengan budaya Indonesia itu sendiri (Nurhaidah, 2015). Salah satu keragaman budaya yang terkena dampak globalisasi adalah kebudayaan asli betawi yaitu Wayang si Ronda.
Maksud dari penelitian kami adalah untuk mengenalkan menjelaskan, menghidupkan, mengembangkan, mempopulerkan kembali kebudayaan Wayang si Ronda dan mengeksplorasi mengenai Seni Pertunjukan Wayang si Ronda sebagai sebuah kebudayaan betawi. Wayang si Ronda ini sedikit berbeda dari wayang pada umumnya. Dalam Wayang si Ronda ini, pengertian wayang bukanlah arti yang sebenarnya melainkan, teater rakyat.
Mengenai wayang si ronda ini ada sedikit perdebatan yaitu tentang awal terbentuknya. Ada yang menyatakan bahwa wayang si ronda merupakan bentuk degradasi dari lenong preman akan tetapi pembuktiannya secara ilmiah tidak bisa diungkapkan. Disebut wayang ronda karena bentuk pentasnya itu berkeliling atau berputar sehingga tidak ada entry, semua pemain bisa masuk dari mana saja. Wayang Si Ronda lebih menyerupai lenong preman. Tidak ada dokumentasi yang menjelaskan, mana yang lebih dulu ada, Wayang Si Ronda atau lenong preman. Perbedaan yang paling menonjol terletak pada tempat berpentas. Wayang Si Ronda berpentas diatas tanah. Sedangkan lenong preman berpentas diatas panggung yang sengaja dibuat. Dalam pentasnya, Wayang Si Ronda menampilkan lakon sehari hari dan lakon jago, yang dilengkapi humor dan nyanyian. Wayang Si Ronda pernah ada di daerah pinggiranJakarta dan sekitarnya seperti : Kelapa Dua, Depok, Parung, danTangerang.
(GERAKAN LITERASI INDONESIA)
 
            Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
 
                     
            aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
 
                     
            Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang
