|
|
|
|
Upacara Kasangsa atau Kasanga Tanggal 14 Aug 2020 oleh Widra . |
Umat Hindu Tengger mempercayai bahwa sembilan penjuru alam semesta ini dijaga oleh Manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Dewata Nawa atb Sanga yang meliputi Dewa Wisnu, Sambu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara dan Siwa. Upacara adat ini dilaksanakan tiap satu tahun sekali yang jatuh pada Panglong ke Sanga (9) setiap Bulan Kesanga menurut hitungan Kalender Tengger. Berbeda dengan Kasada, dalam upacara adat “Pujan Kasanga” terbagi menjadi 3 (tiga) sesi yaitu resik, puja mantra/bantenan dan mubeng dheso. Sarana yang dibutuhkan dalam sesi pertama adalah sesajen yang terdiri dari panggang ayam, tumpeng, bunga panca warna, pisang ayu, suruh dan jambe ayu.
Selain itu, persembahan yang berupa beberapa ekor ayam utuh dan bahan pangan lainnya dan pada akhir upacara adat persembahan ini akan diserahkan kepada para sesepuh Desa. Semua dikumpulkan di rumah Kepala Desa untuk dibacakan japa mantra oleh Dukun Adat yang disebut Rama Dukun Pandito. Masyarakat tengger mempercayai setelah sesi ini dilaksanakan maka diri pribadi masyarakat dan alam semesta khususnya di wilayah mereka telah disucikan. Kemudian untuk sesi ke dua Sesajen dan persembahan yang telah dibacakan sebelumnya , kemudian dibawa ke Pendopo Kantor Desa dengan iringan alat musik ketipung beserta jimat Desa warisan leluhur berupa potongan bambu kecil yang disebut tumbak sungga. Fungsinya sebagai sarana pembacaan mantera kedua oleh rama Dukun Pandito. Dalam ritual ini Dukun adat memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar dalam pelaksanaan Pujan Kasanga ini wilayah dan semua masyarakat tengger selalu dalam lindungannya. Setelah dibacakan doa kemudian sesajen ini pun ditanan di depan Kantor desa. Puncak upacara adat “Pujan Kasanga” dilanjutkan dengan keliling desa bersama seluruh warga. Selain warga, beberapa ogoh-ogoh pun tampak diarak mengelilingi desa Jetak dengan penerangan obor sambil membunyikan genta dan alat musik ketipung sebagai pengiring jalannya upacara “Pujan kasanga”. Di akhir rangkaian upacara ini , ogoh ogoh yang telah diarak ini pun dibakar beramai - ramai. Proses ini puk sebagai perlambang bahwa telah hilangnya hal-hal negatif di Desa Jetak. “Pujan Kasanga” bermanfaat untuk menetralisir kesucian umat, lingkungan desa dan alam semesta . Selain itu, upacara ini juga dipercaya bisa membebaskan para warga dari gangguan yang berasal dari jasmani dan rohani. "Terpenting itu, upacara ini dipercaya dari turun temurun bisa menghindarkan desa dari marabahaya dan musibah bencana alam. Ia juga meminta kepada masyarakat tengger untuk terus melakukan prosesi upacara ini setiap tahunnya. "Ini sebuah budaya , jangan sampai hilang dan jangan sampai punah. Harus dijaga dan dilestarikan warisan lelulur ini.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |