|
|
|
|
Tradisi Wayang yang Angkat Tema Alkitab, Wayang Wahyu Tanggal 22 Dec 2023 oleh Alexandraventimiglia . Revisi 7 oleh Alexandraventimiglia pada 22 Dec 2023. |
Semarak Natal semakin meriah seiring akhir tahun menjelang. Berbagai persiapan Natal dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Pulau Jawa. Di antara berbagai acara adat, terdapat sebuah tradisi unik menyambut Natal yang telah diwariskan turun-temurun di wilayah ini, yakni Wayang Wahyu. Bagi masyarakat Jawa, wayang memang menjadi identitas budaya yang khas dan penuh amanat sehingga pesan-pesan edukasi seringkali diselipkan di dalamnya. Tetapi, berbeda dengan pertunjukan wayang pada umumnya yang menampilkan kisah Mahabarata atau Ramayana, Wayang Wahyu mengadaptasi kisah dari kitab suci kristiani atau yang awam disebut Alkitab.
Wayang Wahyu pertama kali dicetuskan pada tahun 1960 oleh Bruder Timotheus L. Wignyosoebroto, FIC. Inspirasi beliau diambil dari pertunjukan Wayang Kulit Purwa yang ia tonton dua tahun sebelumnya. Sekitar tahun 1970-1980, popularitas Wayang Wahyu melejit pesat sehingga pertunjukannya sering dilakukan di berbagai paroki.
Wayang Wahyu terbuat dari bahan kulit kerbau dengan teknik tatah sungging. Namun, karakternya dibuat tidak seperti gambar yang realistis. Perupaan Wayang Wahyu tidak berfokus pada kemiripan dengan tokoh aslinya, melainkan pada citra tokohnya. Inilah kedinamisan yang terkandung dalam budaya ini. Meski bertemakan tentang kisah-kisah kristiani, pada dasarnya tujuan dari Wayang Wahyu bukan untuk mengajak masyarakat masuk ke dalam agama kristiani, melainkan memperkenalkan nilai-nilai kebaikan yang dekat dengan masyarakat, yang mana nilai-nilai tersebut terdapat pula di dalam ajaran Alkitab. Ajaran kitab suci memang perlu dipahami, namun implementasinya jauh lebih penting, terlebih dalam kehidupan bermasyarakat. Implementasi kitab suci tersebut baru akan terbukti sungguh-sungguh dijalankan ketika umat dapat mengasihi sesamanya tanpa memandang agama mereka.
Oleh karena itu, tradisi ini menjadi sebuah bentuk toleransi. Pertunjukan wayang menjadi suatu bentuk keterbukaan; memperkenalkan kebaikan agama tanpa memaksakan siapa pun masuk ke dalam agama tersebut. Mendukung suasana Natal, tradisi ini memang cocok digunakan untuk mengisahkan cerita-cerita kristiani berkaitan dengan hari raya tersebut, seperti peristiwa kelahiran Yesus. Namun, pada dasarnya wayang juga merupakan adat yang mengakar dalam masyarakat Indonesia. Kolaborasi antara wayang yang berasal dari bumi Indonesia dengan ajaran agama kristiani yang berasal dari Barat membuktikan bahwa keberagaman dapat disatukan untuk melahirkan sebuah kebaikan, dalam hal ini amanat-amanat yang ditampilkan dalam pementasan wayang. Inilah yang dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia, negara dengan beragam agama dan latar belakang. Setiap orang berhak memilih agamanya masing-masing, dan penerapannya harus diamalkan dalam kehidupan masyarakat yang beragam. Seluruh umat beragama di Indonesia perlu berbaur, menciptakan interaksi harmonis antarpemeluk agama yang berbeda. Keberagaman masyarakat hendaknya berakibat kebersamaan, tidak terkekang sekat-sekat keagamaan.
Daftar Pustaka:
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |