Semarak Natal semakin meriah seiring akhir tahun menjelang. Berbagai persiapan Natal dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Pulau Jawa. Di antara berbagai acara adat, terdapat sebuah tradisi unik menyambut Natal yang telah diwariskan turun-temurun di wilayah ini, yakni Wayang Wahyu. Bagi masyarakat Jawa, wayang memang menjadi identitas budaya yang khas dan penuh amanat sehingga pesan-pesan edukasi seringkali diselipkan di dalamnya. Tetapi, berbeda dengan pertunjukan wayang pada umumnya yang menampilkan kisah Mahabarata atau Ramayana, Wayang Wahyu mengadaptasi kisah dari kitab suci kristiani atau yang awam disebut Alkitab.
Wayang Wahyu pertama kali dicetuskan pada tahun 1960 oleh Bruder Timotheus L. Wignyosoebroto, FIC. Inspirasi beliau diambil dari pertunjukan Wayang Kulit Purwa yang ia tonton dua tahun sebelumnya. Sekitar tahun 1970-1980, popularitas Wayang Wahyu melejit pesat sehingga pertunjukannya sering dilakukan di berbagai paroki.
Wayang Wahyu terbuat dari bahan kulit kerbau dengan teknik tatah sungging. Namun, karakternya dibuat tidak seperti gambar yang realistis. Perupaan Wayang Wahyu tidak berfokus pada kemiripan dengan tokoh aslinya, melainkan pada citra tokohnya. Inilah kedinamisan yang terkandung dalam budaya ini. Meski bertemakan tentang kisah-kisah kristiani, pada dasarnya tujuan dari Wayang Wahyu bukan untuk mengajak masyarakat masuk ke dalam agama kristiani, melainkan memperkenalkan nilai-nilai kebaikan yang dekat dengan masyarakat, yang mana nilai-nilai tersebut terdapat pula di dalam ajaran Alkitab. Ajaran kitab suci memang perlu dipahami, namun implementasinya jauh lebih penting, terlebih dalam kehidupan bermasyarakat. Implementasi kitab suci tersebut baru akan terbukti sungguh-sungguh dijalankan ketika umat dapat mengasihi sesamanya tanpa memandang agama mereka.
Oleh karena itu, tradisi ini menjadi sebuah bentuk toleransi. Pertunjukan wayang menjadi suatu bentuk keterbukaan; memperkenalkan kebaikan agama tanpa memaksakan siapa pun masuk ke dalam agama tersebut. Mendukung suasana Natal, tradisi ini memang cocok digunakan untuk mengisahkan cerita-cerita kristiani berkaitan dengan hari raya tersebut, seperti peristiwa kelahiran Yesus. Namun, pada dasarnya wayang juga merupakan adat yang mengakar dalam masyarakat Indonesia. Kolaborasi antara wayang yang berasal dari bumi Indonesia dengan ajaran agama kristiani yang berasal dari Barat membuktikan bahwa keberagaman dapat disatukan untuk melahirkan sebuah kebaikan, dalam hal ini amanat-amanat yang ditampilkan dalam pementasan wayang. Inilah yang dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia, negara dengan beragam agama dan latar belakang. Setiap orang berhak memilih agamanya masing-masing, dan penerapannya harus diamalkan dalam kehidupan masyarakat yang beragam. Seluruh umat beragama di Indonesia perlu berbaur, menciptakan interaksi harmonis antarpemeluk agama yang berbeda. Keberagaman masyarakat hendaknya berakibat kebersamaan, tidak terkekang sekat-sekat keagamaan.
Daftar Pustaka:
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang