|
|
|
|
Tradisi Tambakboyoan Sukoharjo Tanggal 03 May 2023 oleh Haha_rany_21 . Revisi 4 oleh Haha_rany_21 pada 04 May 2023. |
Tayuban atau lebih dikenal dengan tambakboyoan, sudah menjadi tradisi warga Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Tradisi ini mulai dilakukan sejak adanya batu punden keramat yang berada di tengah desa. Warga menyebutnya batu gilang atau punden tambakboyoan. Batu ini dianggap sakral warga karena dulu awalnya berada di tengah sungai dan tidak bisa dipindahkan.
Tidak lama setelah batu itu ditemukan, ada salah satu warga yang bermimpi bahwa batu tersebut bisa dipindahkan jika diiringi dengan tayub (tarian) lengkap dengan musik gamelan. Setelah mencoba memindahkan kembali batu tersebut dengan tayub dan iringan gamelan, akhirnya batu bisa dipindahkan dan diletakkan di tengah desa. Sejak adanya batu tersebut banyak peristiwa unik yang terjadi di Desa Tambakboyo.
Salah satu peristiwa aneh namun nyata terjadi ketika adanya batu tersebut pada masa perang melawan agresi Belanda 1 dan 2. Pejuang kita banyak yang selamat karena bersembunyi di Desa Tambakboyo. Hanya Desa Tambakboyo yang tidak hancur ketika dijatuhi bom dan peluru dari pesawat dan tank, padahal desa lain banyak yang hancur. Peristiwa-peristiwa tersebut membuat warga Tambakboyo percaya akan kekuatan magis dari batu tersebut.
Warga percaya bahwa ada roh gaib yang menjaga batu itu yaitu roh Mbahurekso atau Eyang Kyai Guno Wijoyo. Berbagai bentuk ritual dilakukan di punden ini. Terdapat dua kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan dalam tradisi ini, yaitu menggelar kesenian tayub dan memberikan sajian dan doa ke punden Tambakboyo. Tradisi kesenian tayuban juga sering disebut Langen tayub, tarian ledhek atau tayuban.
Di dalam punden, warga juga melakukan ritual pengguguran nadzar. Siapapun yang ingin harapan nya terkabul maka ia bisa melakukan sedekah syukur di ritual ini. Sementara bagi warga Tambakboyo yang merupakan pengantin baru juga wajib mengelilingi punden sebanyak 3x dengan diiringi doa dari juru kunci. Begitu juga jika ada warga yang sakit maka pada saat ritual ini digelar juga wajib dibawa untuk mengitari punden agar bisa segera sembuh.
Sesaji yang harus dibawa ketika ritual ini berlangsung antara lain bunga setaman, pisang, kinang tembakau, pakaian baru atau bekas, serta beberapa uang sesuai kemampuan. Ritual ini dilaksanakan setiap jumat kliwon di antara akhir Bulan Agustus, September, atau awal Oktober. Warga Tambakboyo tidak pernah absen sekalipun untuk melakukan ritual ini, bahkan di masa covid 19 sekalipun. Sebelum pandemi, ritual bisa digelar selama tiga hari tiga malam. Namun di masa pandemi, ritual hanya dilakukan dalam sehari saja dengan cara sederhana dan terbatas.
Astuti, Sri Dyah (1983). Tayuban di Desa Tambakboyo, Kalurahan Tambakboyo, Kecamatan Tawang Sari, Kabupaten Sukoharjo, Surakarta. Skripsi thesis, Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |