Pemakaman merupakan bagian dari proses berduka dan meratapi kematian seseorang. Dalam pemakaman itu terdapat serangkaian prosesi yang sudah menjadi tradisi di setiap pemakaman. Tradisi pemakaman umumnya berbentuk suatu rangkaian kegiatan atau upacara yang dilakukan untuk mempersiapkan, menyucikan, dan menguburkan jenazah seseorang yang telah meninggal dunia. Tradisi pemakaman berbeda-beda tergantung pada agama, budaya, dan adat istiadat di suatu daerah atau negara. Sebagai contoh yaitu pemakaman muslim di Jawa. Tradisi adat pemakaman muslim di Jawa memiliki beberapa keunikan dan sarat akan nilai serta makna yang perlu dipahami khususnya bagi anak muda saat ini.
Di daerah Jawa, setelah pengumuman kematian diumumkan, warga umumnya datang melayat memberikan santunan duka kepada keluarga yang ditinggalkan. Santunan duka ini berupa beras, uang, atau bahan makanan seperti mie, dsb. Menurut Sholikhin (2010), beras atau bahan makanan diberikan sebagai bentuk dukungan moral bagi keluarga/pihak yang ditinggalkan karena setelah diberikan, beras tsb. kemudian dimasak dan disuguhkan kepada keluarga dan orang yang bertakziah. Adapun proses pemakaman umat muslim secara singkat diawali dengan mensucikan jenazah, mensholati, dan menguburkan jenazah dalam liang lahat menghadap ke arah kiblat.
Namun, terdapat upacara tradisi kematian yang masih dilangsungkan masyarakat Jawa hingga kini yaitu brobosan. Brobosan berarti menerobos, yaitu jalan bergantian sebanyak tiga kali di bawah keranda atau peti jenazah yang sedang diangkat. Brobosan dilakukan setelah keranda jenazah dikeluarkan dari dalam rumah menuju tengah halaman. Menurut warga di Jawa Timur sendiri, prosesi ini dilakukan oleh anak dan cucu sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua mereka yang telah meninggal dunia. Prosesi tersebut sebelumnya diawali dengan perwakilan permintaan maaf oleh keluarga bila semasa hidup sang jenazah pernah memiliki salah serta memastikan bahwa beliau tidak memiliki hutang baik uang ataupun janji.
Di beberapa daerah di Jawa, terutama di daerah pedesaan, ada pula tradisi menggelar upacara kirab jenazah sebelum dilakukan pemakaman. Upacara ini melibatkan para tetangga dan kerabat yang mengiringi jenazah dari rumah almarhum ke tempat pemakaman dengan cara berjalan kaki sambil membawa bendera kuning/putih dan membaca doa/tauhid.
Tradisi pemakaman di Jawa tidak hanya berhenti di sana. Pasca menguburkan jenazah, keluarga akan melaksanakan tahlilan selama tujuh hari berturut-turut. Tahlilan adalah acara berdoa bersama dan membaca Al-Quran untuk mendoakan almarhum. Menurut kepercayaan warga, hal tersebut dilakukan karena arwah seseorang yang sudah meninggal masih berada di rumah. Dengan demikian, keluarga hendaknya diharapkan tidak jauh-jauh dari rumah dan mendoakan beliau. Tradisi kenduri pun secara khusus dilaksanakan pada hari ke-3, 7, 40, 100, atau 1000 setelah kematian serta setiap satu tahun kematian (disebut mendak) untuk mengirim doa diikuti dengan makan bersama dan pembagian nasi berkat.
Secara keseluruhan, tradisi pemakaman Muslim di Jawa merupakan bagian penting dari budaya dan identitas Jawa yang sangat kaya. Melalui tradisi ini, nilai-nilai seperti kebersamaan, penghormatan, dan rasa sosial dapat terus dijaga dan dilestarikan.
REFERENSI Sholikhin, M. (2010). Ritual dan Tradisi Islam Jawa: Ritual-ritual dan tradisi-tradisi tentang kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan kematian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Islam Jawa. Penerbit Narasi.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...